5 Informasi Penting Tentang Home Schooling




Di masa pandemi ini, tidak sedikit orang tua yang mulai berniat banting setir untuk tidak mendaftarkan anak mereka ke sekolah formal. Dari pandemi yang mengharuskan anak-anak belajar daring ini, banyak orang tua yang berkaca bahwa pendidikan yang utama adalah tugas orang tua.
Di samping itu, beberapa orang tua juga mengeluhkan bahwa pembelajaran via daring memang kurang optimal karena tidak bisa benar-benar mengakomodasi kebutuhan anak. Nah, homeschooling yang dilaksanakan langsung oleh keluarga di rumah dirasa lebih mampu memahami dan memfasilitasi kebutuhan anak atas pembelajaran yang paling sesuai.
Anda juga tertarik memilih homeschooling saja untuk anak tapi belum punya bekal pengetahuan apa-apa tentang model pembelajaran ini? Simak informasi berikut ini.


1. Homeschooling itu apa, sih?Homeschooling disebut juga dengan home education, yakni sebuah model pendidikan yang mana keluarga bertanggung jawab sendiri atas proses pendidikan anak-anak. Keluarga berperan memilih kurikulum dan menentukan penyelenggaraan pembelajaran secara mandiri untuk anak-anaknya.
 

2. Apa, sih, bedanya homeschooling dengan sekolah konvensional?Baik homeschooling maupun sekolah konvensional, dua-duanya merupakan model pendidikan yang bertujuan untuk memberi bekal pengetahuan, nilai, dan karakter untuk anak-anak.
 
Mengutip dari Rumah Inspirasi yang didirikan oleh praktisi homeschooling, Papa Aar dan Mama Lala yang sudah menerapkan model pembelajaran ini untuk tiga anaknya, ada beberapa perbedaan mendasar antara homeschooling dengan sekolah konvensional, yakni:
 

  Sekolah Konvensional Homeschooling / Home Education
Sistem Pendidikan Ada standarisasi. Seluruh murid, wali murid, dan pendidik mengikuti standart sistem ini. Disesuaikan atau customized berdasarkan kebutuhan anak dan kondisi keluarga. Jadi, penyelenggaraan homeschooling di tiap keluarga sangat mungkin berbeda.
Kurikulum Diatur terpusat. Materi ajar sudah ditentukan. Orang tua (keluarga) menentukan sendiri kurikulum dan bahan ajar untuk anak.
Jadwal Belajar Tetap. Semua warga sekolah harus mengikuti. Fleksibel bergantung kesepakatan orang tua dengan anak
Peran Orang Tua Relatif minim karena mengikuti pendidikan dijalankan oleh guru dan mengikuti sistem. Sangat vital dalam mendesain dan melaksanakan pendidikan sesuai kebutuhan tiap anak.

3. Tapi, kok, ada anak homeschooling yang pakai guru? Di dalam homeschooling, bukan berarti orang tua harus menjadi pengajar seluruh materi. Orang tua adalah penentu kurikulum dan materi ajar. Orang tua bisa memutuskan menggunakan tenaga pendidik profesional untuk mengajari anak sesuai dengan kurikulum dan materi yang sudah ditentukan tadi. Banyak kok, orang tua yang menerapkan homeschooling memanggil guru ke rumah karena mereka tidak menguasai materi yang harus diajarkan tersebut.
 

4. Memangnya ada, ya, sekolah yang khusus menyediakan pilihan homeschooling? Jadi kurikulumnya sudah disiapkan oleh mereka dan orang tua tinggal mendaftar?Saat ini memang masih banyak yang memaknai homeschooling ini mentah-mentah sebagai ‘sekolah di rumah’ atau ‘sekolah tanpa perlu berangkat ke sekolah’, atau ‘guru sekolah datang ke rumah’. Tentu saja tidak demikian.
 
Masih mengutip dari Rumah Inspirasi, di Indonesia, masih banyak salah kaprah di mana ada lembaga-lembaga yang mempromosikan diri sebagai homeschooling. Kembali lagi pada prinsip homeschooling di mana orang tua (keluarga) menjadi penentu seluruh sistem pendidikan, maka kurikulum juga disiapkan oleh orang tua. Hanya saja pada praktiknya, orang tua bisa menggunakan bantuan lembaga eksternal seperti kursus, bimbel, guru privat, dan lain sebagainya.
 
Jadi, bila ada lembaga yang struktur kegiatannya berbentuk seperti sekolah (kurikulum, belajar-mengajar, waktu khusus belajar), maka lembaga itu lebih tepat disebut sekolah fleksibel atau flexy school. Proses sekolahnya lebih fleksibel dibanding sekolah standar, misalnya jadwal masuk sekolah yang hanya beberapa kali dalam seminggu.
 

5. Anak-anak Homeschooling nggak bisa punya ijazah, dong?Anak homeschooling bisa mendapatkan ijazah dengan mengikuti ujian kesetaraan atau yang sering disebut dengan ujian paket. Anak-anak bisa mengikuti tiga jenjang, yakni Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA). Ijazah ini nantinya bisa digunakan bila ingin melanjutkan pendidikan formal di jenjang berikutnya.
 
Bagaimana caranya? Untuk mengikuti ujian paket ini, Anda perlu mendaftar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Pastikan PKBM yang Anda pilih memiliki NPSN (Nomor Pokok Sekolah Nasional).


Baca juga:
Persiapan Anak Homeschooling
Beda Sekolah Formal dan Homeschooling
8 Cara Memotivasi Si Kecil Kembali Semangat Sekolah Daring Setelah Liburan
Anak Belum Boleh Sekolah Offline, Ciptakan Suasana Nyaman Belajar dari Rumah
 
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia