5 Kesalahan yang Bisa Dilakukan Orang tua pada Anak

Selain mama, papa adalah role model bagi anak. Papa berperan besar dalam membentuk kestabilan emosi anak, karena papa mengasuh sekaligus mendisiplinkan. Berbagai studi mengungkapkan keterlibatan papa dalam membesarkan anak dengan penuh kasih sayang dan suportif akan berkontribusi besar bagi perkembangan kognitif, bahasa, kemampuan sosial maupun akademis, serta rasa percaya dirinya.
 
Sebegitu besar pengaruh papa dalam perkembangan anak, sehingga wajar jika papa harus menahan diri untuk tidak melakukan 5 hal berikut pada anak:
 
Mengkritik
Anda penggemar berat sepakbola dan ingin mengenalkan anak pada permainan ini. Jadilah saat weekend Anda mengajaknya bermain bola di taman. Namun, saat si kecil menendang bola, Anda mulai mengajarinya hal-hal teknis menendang bola.

“Berdirinya jangan begitu, dong! Tendang bolanya pakai kaki yang ini, ya,” dan berbagai jenis instruksi lainnya. Si kecil yang awalnya antusias mungkin akan merasa putus asa karena berpikir cara menendangnya kurang benar. Ingat, yang Anda ajari adalah anak-anak, bukan atlet sepakbola.

Jadi, biarkan anak bersenang-senang bermain bola tanpa harus selalu mendengar kritikan Anda. Lama-lama ia akan terbiasa dan bisa menendang dengan benar.
 
Mengganti peraturan
Peraturannya, makan malam harus dilakukan bersama di meja makan. Ini peraturan yang Anda buat, dan berlaku juga buat si kecil karena Anda ingin mengajarkannya tata cara makan yang benar.

Namun suatu saat, Anda makan di sofa depan TV karena tidak ingin melewatkan acara favorit malam itu. Anda mesti konsisten, Pa! Jangan menggonta-ganti peraturan hanya untuk menguntungkan Anda.

Selain mama yang mungkin cemberut melihat kelakuan Anda, si kecil pun akan kebingungan. Peraturan yang sudah Anda buat dan disepakati bersama harus diterapkan, apa pun konsekuensinya, agar si kecil juga belajar menaati peraturan tersebut.
 
Mengabaikan
“Pa, kita main bareng, yuk,” pinta si kecil kepada Anda. Namun saat itu Anda sedang asyik dengan hobi Anda, mengutak-atik mobil. Si kecil pun kecewa karena merasa diabaikan.

Dalam mengasuh anak, Anda perlu hadir sepenuhnya dan menyediakan waktu untuknya saat ia membutuhkan Anda. Jika memungkinkan, hentikan aktivitas yang kurang perlu agar bisa bermain bersamanya. Tidak perlu mengorbankan segalanya juga, sih.

Cari win-win solution, misalnya dengan menawarkan kepada si kecil, “Bagaimana kalau kita bermain menjadi montir bengkel?” Jika ia setuju, Anda bisa tetap menyalurkan hobi dan mendapat bantuan gratis. Kalau ia tidak mau, tidak perlu dipaksa. Cukup katakan, “Oke, beri Papa waktu 5 menit lagi untuk membereskan ini, ya. Setelah itu kita main bersama.”
 
Menuntut
Salah satu kebanggaan seorang papa adalah saat ia berhasil mengajarkan anaknya mengendarai sepeda roda dua. Namun, sebelum si kecil mahir bersepeda, ia perlu latihan berulang-ulang agar lancar, bahkan adakalanya terjatuh dari sepeda.

Nah, pada saat seperti ini, kesabaran Anda sangat diperlukan. Jangan terlalu menuntut si kecil karena ia bukan orang dewasa yang bisa paham instruksi dengan cepat. Terlalu banyak tuntutan kepada si kecil ibarat menaruh beban berat di pundaknya yang akan membuatnya sulit melangkah. Ingat saja, waktu Anda kecil juga Anda tidak langsung lancar bersepeda dengan hanya 1-2 kali latihan, bukan?
 
Terlalu memanjakan
Anda tipe papa yang sangat menyayangi anak? Ingat, menyayangi tidak sama dengan memanjakan, lho. Anda juga perlu menerapkan disiplin dan kebiasaan baik. Biasanya, karena jarang bertemu anak, para papa berusaha mengompensasinya dengan membahagiakan anak atau ingin menjadi papa yang ‘asyik’, lantas bersikap terlalu lunak dan membolehkan si kecil melanggar aturan-aturan.

Padahal, si kecil perlu dikenalkan pada sikap disiplin dan mandiri agar ia terbiasa. Tuntutan untuk bisa disiplin dan mandiri akan sangat terasa saat si kecil mulai masuk sekolah. Jadi, biasakan sejak dini, Pa!
 
Foto: 123 RF

Baca juga:
Efek Negatif Terlalu Memanjakan Anak
Penyebab Balita Bertingkah Manja dan Rewel

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia