5 Ragam Profesi Pilihan Anak Masa Kini


Anak-anak zaman sekarang sedikit berbeda dengan anak-anak zaman dahulu. Di era akhir 90-an, rata-rata anak sekolah dasar bercita-cita ingin menjadi dokter, guru, insinyur, polisi, pilot, bahkan menjadi presiden. Namun berdasarkan survei yg dilakukan oleh surat kabar Mainichi Shimbun (Jepang) tahun 2016 ini terhadap anak-anak kelas 4 sebuah sekolah dasar di Osaka-Jepang, jawaban terbanyak anak-anak justru ingin menjadi seorang atlet sepak bola. Menurut mereka, profesi ini bisa membuat mereka keren. Di posisi kedua, masih banyak anak yang ingin menjadi dokter karena profesi tersebut sangat dihormati masyarakat Jepang. Namun yang mencengangkan, cita-cita favorit ketiga anak-anak adalah menjadi seorang youtuber.

Setelah ditanya lebih lanjut oleh para guru, barulah diketahui bila mereka ingin menjadi youtuber karena terinspirasi oleh youtuber Jepang terkenal, Hikakin. Menurut mereka, menjadi youtuber seperti Hikakin yang memiliki jutaan follower dan diperbincangkan banyak orang adalah profesi yang hebat. Selain itu, mereka juga termotivasi menjadi youtuber karena dapat menghasilkan ratusan juta Yen per bulan dan tak perlu sekolah. Hmm…, awalnya sih baik, ya, Ma, kalau anak-anak memiliki cita-cita yang kekinian. Tapi kalau sudah mulai menghilangkan motivasi belajar di sekolah apalagi mengunggah video dirinya melompat dari tempat tinggi atau memelorotkan celana anak lain demi meraih banyak penonton atau tanda jempol di akun media sosial, tentu sudah tidak sehat lagi, ya? Kalau sudah begini, orang tua perlu mengintervensi anak agar tidak salah mempersepsi profesi.

Berikut saran dari psikolog Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd., untuk menjelaskan profesi-profesi modern yang menjadi cita-cita anak masa kini.

1. Atlet Profesional
Melihat kemenangan pasangan Liliyana dan Tontowi di nomor ganda bulutangkis Olimpiade 2016, si kecil dapat saja terinspirasi menjadi atlet bulu tangkis. Menurut Rosdiana, apa pun cita-cita yang diungkapkan anak-anak perlu mendapat tanggapan positif dari orang tuanya. ”Tanggapi dengan serius. Ini berlaku di usia berapa pun,” pesan Rosdiana. Untuk cita-cita menjadi atlet, biasanya anak baru bercita-cita menjadi atlet setelah menjajal olahraga tertentu. “Nah, saat ia mengatakan ingin menjadi atlet profesional, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan,” ujarnya lagi.

Cari tahu mengapa ia termotivasi menjadi atlet. Lalu, ajak anak berlatih olahraga yang diminati secara serius. Saat anak merasakan latihan serius, beritahu bahwa atlet profesional perlu berlatih agar dapat berprestasi. Setelah berprestasi, barulah atlet bisa mendapat hadiah atau penghasilan. “Sembari menjelaskan hal-hal penting untuk menjadi atlet, selingi dengan kisah perjuangan figur atlet favorit anak, karena ia perlu hal nyata untuk mendapatkan bayangan seperti apa sebenarnya atlet profesional itu,” ujar Rosdiana. Saat anak menyimak kisah si atlet, semangati pula bahwa ia bisa menjadi seperti itu, asalkan ia rajin berlatih sambil belajar dengan baik di sekolah.

2. Youtuber
Maraknya anak-anak muda yang sukses menjadi pengunggah video YouTube atau kerap disebut youtuber, membuat anak-anak juga bercita-cita menjadi youtuber. “Profesi ini sekarang memang sedang menjadi tren di kalangan anak. Orang tua perlu menyikapinya dengan bijak saat mendengar anaknya ingin menjadi youtuber,” ujar Rosdiana.

Pertama-tama, yang perlu dilakukan orang tua adalah mempelajari seluk beluk YouTube terlebih dahulu. Mulai dari video apa saja yang ada di dalam sana, video bagaimana yang meraih banyak viewer, apa saja aturan di negara kita terkait tata cara mengunggah video di dunia maya, hingga bagaimana membuat serta mengunggah video di YouTube. Lalu, jelaskan pada anak bahwa untuk menjadi youtuber, anak perlu selalu mengikuti perkembangan di luar. Baik melalui berita di televisi, koran, maupun mendengarkan masukan dari orang dewasa dan teman-teman sebaya. Selain itu, tunjukkan video YouTube yang bagus.

“Biasanya kalau anak masih usia Taman Kanak-Kanak, ia masih sekadar senang kalau diajak membuat dan mengunggah video bersama orang tuanya. Nah, untuk anak yang sudah berusia Sekolah Dasar, bisa diajarkan keterampilan membuat video tersebut,” tambah Rosdiana. Semangati anak untuk membuat video yang unik, kreatif dan memiliki angle berbeda dari yang sudah ada. Selain itu, ajari cara meraih banyak pengikut maupun penonton tanpa harus mengunggah video yang menyertakan unsur kekerasan, seks, menghina, atau mempermalukan orang lain. “Katakan, bahwa belum tentu kalau kontennya ramai dikunjungi orang lantas mendapat sponsor. Bisa saja, si pemilik produk tidak menyukai hal-hal yang memperlihatkan kekerasan, seks, dan sebagainya,” ujar Rosdiana.

3. Fashion Designer
Saat anak mengatakan ingin menjadi seorang perancang busana, hindari menilai kepantasan cita-cita tersebut berdasarkan pembedaan gender. Ingat, ya, Ma, profesi apa pun itu, tak perlu diidentifikasi berdasarkan gender. Laki-laki atau perempuan, sah-sah saja kok untuk menjadi perancang busana.

Sebelum menjelaskan profesi ini, gali sebanyak-banyaknya figur desainer terkenal di dalam maupun luar negeri. Cetak atau ambil beberapa contoh hasil desain pakaian yang dihasilkan. Kemudian, arahkan anak untuk belajar mewujudkan keinginan dengan memupuk kemampuan yang menunjang profesi tersebut. “Katakan, kalau kamu ingin menjadi desainer, kamu harus belajar menggambar dulu dan mencari referensi tentang produk budaya dan inspirasi seni. Salah satu yang mudah, ya, ke museum. Di sana ada banyak benda bersejarah dan bernilai seni tinggi yang memperkaya imajinasi untuk menghasilkan sebuah rancangan,” ungkap Rosdiana.

Berikan contoh-contoh busana yang memiliki nilai seni tinggi serta mengambil ide dari produk budaya. “Sense of art yang diperlukan untuk menjadi seorang desainer ini memang tidak muncul dengan sendirinya. Ini perlu dikenalkan dahulu lewat berbagai media,” ujar Rosdiana lagi. Satu lagi, jika obsesi anak untuk menjadi perancang busana lantas membuat ia kerap lama bersiap untuk pergi, jangan buru-buru memarahi dan menyalahkan cita-citanya ya Ma. “Cukup ajari anak manajemen waktu sebelum bepergian. Bila ia lama mencocokkan baju, beri batas waktu agar ia bisa cepat memutuskan pakaian yang akan dikenakan dan tak mengganggu kepentingan orang lain,” pesan Rosdiana.

4. Video Games Designer
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh situs Fatherly pada Oktober 2015, terhadap anak berusia 8-9 tahun di Amerika Serikat menunjukkan bahwa profesi yang paling diinginkan anak-anak tersebut adalah menjadi video games designer. Tak jauh berbeda, berdasarkan pengalaman Rosdiana melakukan asesmen terhadap murid suatu SMA di Jakarta juga menunjukkan mereka sangat ingin menjadi desainer games.

“Biasanya, anak bercita-cita ingin menjadi video games designer karena ia memang suka bermain games,” ujar Rosdiana. Jangan buru-buru berburuk sangka anak akan kecanduan main games. Katakan pada anak bahwa untuk menjadi video games designer, ia harus kreatif, memiliki sense of art, menguasai keterampilan memprogram komputer, dan pintar matematika sebagai dasar untuk menguasai program komputer. Jika anak serius ingin mengasah bakatnya dalam keahlian ini, bantu carikan informasi dimana anak bisa belajar komputer dengan baik. Dan, ajaklah anak mengikuti kelas trial untuk menjajaki sejauh apa minat anak terhadap pemrograman komputer.

Seandainya kegiatan ekstrakurikuler anak terlampau padat untuk dijejali lagi kemampuan komputer, pertimbangkan kembali untuk mengurangi les atau kegiatan yang tidak terlalu dibutuhkan. “Misalnya, kalau anak memang tidak lemah dalam pelajaran sekolah, tidak perlu harus ikut les pelajaran lagi,” saran Rosdiana.

5. Blogger
Cita-cita ini mirip dengan keinginan anak menjadi youtuber. Hanya, bukan mengunggah video saja namun juga berkreasi membuat tulisan dan foto. Sebelum mengajari anak bagaimana menjadi seorang blogger yang hebat, pelajari dulu seluk beluk tentang blog. Sampaikan pada anak bahwa sebelum mulai menjadi blogger, ia perlu belajar cara berkomunikasi yang baik dan mengonsep sebuah tulisan. “Beri tahu bahwa ia perlu menguasai keterampilan yang mendukung profesi ini, seperti, mahir berbahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya juga,” ujar Rosdiana.

Tak lupa pula untuk menyampaikan bahwa menjadi populer karena memiliki blog juga memiliki sisi negatif. Kadang, orang akan lebih mengamati kita yang memiliki blog yang ramai diperbincangkan. Jika salah membuat unggahan, orang akan segera bereaksi negatif. Tak heran,
ada banyak haters yang akan menghujat blog seseorang yang tidak sejalan dengan prinsipnya.

“Oleh karena itu, anak juga perlu belajar bagaimana menyampaikan pendapat yang sopan dan fasih. Juga memperhatikan gerak-geriknya agar selalu pantas di mata masyarakat,” ujar Rosdiana lagi.

6. Chef and Baker
Melihat banyaknya chef dan baker yang memiliki acara televisi juga kerap diundang ke acara di pusat perbelanjaan, anak-anak bisa timbul keinginan untuk menjadi seorang ahli memasak. “Ini bisa berlanjut sampai ia dewasa dan menjadi profesi sungguhan, lho, kalau diseriusi,” ujar Rosdiana.

Oleh karena itu, Anda perlu mengarahkan benar agar keinginan ini tak pupus di tengah jalan terlalu cepat. Anda dapat menyemangati anak mulai dari mencari resep bersama-sama, menakar bahan-bahan, dan mencoba membuat resep sederhana. Jika anak telah merasa bahwa memasak itu tak mustahil, selanjutnya ia akan lebih mudah belajar memasak atau mencoba resep lain.

“Intinya, beri kesempatan anak mencoba dahulu agar berminat,” ujar Rosdiana. Setelah orang tua merasa anak benar-benar berminat dan belum bosan, ajak ia melihat tempat kursus memasak anak-anak. Bila perlu, ajak anak mengikuti kursus singkat memasak. “Tidak salah, kok, memfasilitasi anak untuk mengembangkan keinginannya,” ujar Rosdiana.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia