6 Tip Dukung Anak Bersaing Sehat

Salah satu kegiatan yang digemari banyak sekolah dan orang tua adalah mengikutkan anak ke dalam aneka lomba. Kompetisi memang dapat mendorong anak melakukan yang terbaik, namun kompetisi saja tidak cukup untuk membuat anak siap memiliki ‘daya saing’ ketika ia dewasa.

Siap Berkompetisi?
Anak tidak lahir dengan dorongan berkompetisi, tapi belajar untuk itu. Menurut Dr. Chintya E. Johnson dari North Carolina State University, anak-anak tidak mulai membandingkan diri dan bersaing dengan anak lain sampai usianya 5 tahun. Meski demikian, mereka belum paham makna kompetisi. Mereka senang bermain dan menang, tapi mudah kehilangan minat jika kalah.Pada usia 10 - 11 tahun barulah anak dapat menerima kekalahan dengan besar hati. Masalah-masalah lebih besar bisa muncul ketika keinginan orang tua agar school anaknya menjadi pemenang justru lebih mendominasi.

Pada dasarnya, anak-anak suka menyenangkan hati orangtua dan gurunya. Jika menang menjadi pengalaman menyenangkan, maka kalah bisa menjadi sesuatu yang serius. Usia yang masih muda membuat mereka belum siap menerima kritik, merasa tertekan, malu atau tidak berharga. Jika ‘menang’ terus-menerus ditekankan, maka anak akan belajar untuk menempuh segala cara termasuk bersikap egois dan agresif demi tujuannya.

Belajar Bekerja Sama
Ketika banyak orang percaya bahwa kompetisi adalah jalan menuju kesuksesan, para ahli telah banyak melakukan riset sejak akhir 1800-an yang membuktikan bahwa bekerja sama justru memberikan lebih banyak manfaat bagi anak-anak. Dalam kerja sama, anak menumbuhkan keinginan untuk bekerja bersama orang lain mencapai tujuan bersama, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, berkomunikasi yang lebih baik, empati, serta menumbuhkan rasa menjadi bagian dari sebuah kelompok.

“Kerjasama dapat mengeluarkan hal-hal terbaik dalam diri kita, dan ini telah terbukti dalam berbagai bidang, “ kata Perry W. Buffington,Ph.D. Anak-anak yang pandai bekerja sama, biasanya memiliki nilai tinggi di sekolah. Orang-orang yang memiliki kemampuan kerja sama yang baik cenderung memiliki pendapatan lebih tinggi. Kerja sama juga meningkatkan kreativitas.

Sebuah penelitian oleh Cooperative Learning Center pada pemain hoki menunjukkan bahwa yang cenderung suka bekerja sama adalah orang-orang yang mudah menyesuaikan diri dan secara fisik lebih sehat daripada rekan mereka yang kompetitif. Mereka pun cenderung merasa memiliki kendali atas hidupnya dan tidak selalu mencari persetujuan orang lain.

Apa yang dapat kita lakukan untuk mendorong anak-anak berkompetisi dengan sehat sekaligus belajar bekerja sama?
  • Rencanakan kegiatan bersama anggota keluarga dan masing-masing diberi kesempatan jadi pemimpin dan pengikut. Ini mendorong kebiasaan untuk brainstorming, mengambil keputusan bersama, dan mempertimbangkan kebutuhan setiap anggota keluarga.
  • Ketika anak berkumpul bersama teman-teman, tanyakan kegiatan apa yang ingin mereka lakukan bersama-sama.
  • Tawarkan banyak permainan berkelompok dan kompetisi dalam bentuk permainan. Kenalkan mereka pada permainan yang membutuhkan strategi dan kerjasama untuk bisa menang.
  • Ajari anak menerima kekalahan dan kekecewaan dengan kegiatan yang ‘melawan diri sendiri’ seperti berapa banyak kamu bisa melempar bola dalam 1 menit?
  • Jika anak mengikuti lomba atau kompetisi, perhatikan etika berkompetisi seperti menang, kalah, aturan permainan, benar dan salah. Jangan terdorong mengajak anak memanipulasi aturan agar bisa menang.
  • Banyak gunakan kata ‘saling’. Ajak anak membalas perbuatan baik teman, mengucapkan selamat, menghibur kesedihan, saling berbagi informasi, ide, bertukar permainan, dan sebagainya. (foto: 123rf)

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia