7 Kiat Mendisiplinkan Anak Tanpa Kekerasan



Memukul memberikan rasa sakit pada fisik anak. Sebetulnya, hal yang sama juga terjadi ketika kita membentaknya. Bentakan bisa menyakiti perasaan anak. Lebih dari itu, bentakan juga bisa menjadi jurang kedekatan anak dengan orang tua.
 
“Niatnya biar dia lebih disiplin.” Ya, kalimat seperti ini memang sering dikemukakan ketika anak berbuat ulah. Menurut Psikolog Keluarga Nessi Purnomo, M.Si., Psikolog, baik pukulan atau bentakan sebaiknya dihindari dalam upaya melatih anak menjadi disiplin. Menurut Nessi, kekerasan seperti pukulan atau bentakan memang bisa menghentikan anak dari perilaku yang dianggap buruk oleh orang tua dalam waktu sekejap, tapi tidak akan membuat anak belajar apa-apa. “Dipukul itu, kan, sakit. Di samping itu, ia melihat ada ekspresi orang tua yang tidak menyenangkan. Jadi anak berpikir ini perilaku yang mengerikan. Misalnya, oh kalau saya melakukan ini, Mama akan marah dan memukul, dan membuat saya jadi sakit,” ujarnya memberikan contoh. Anak hanya akan belajar berhenti karena takut sakit, bukan karena mengerti apa yang dianggap salah.
 
Menurut Nessi, hal-hal semacam itu akan teringat di otak anak sampai dewasa. Mereka bisa saja berpikir bahwa orang tuanya tidak menyayanginya.
 
Oleh karenanya, bagaimana, sih, cara menjaga agar anak tetap disiplin tapi tanpa menggunakan kekerasan? Berikut ini beberapa kiat yang bisa dilakukan orang tua:


1. Mulai dari Orang Tua

Nessi berkata, “Kalau orang tua ingin anak-anak menjadi disiplin, ya, disiplinkan dulu orang tuanya sendiri.” Anak-anak belajar lebih cepat daripada sekadar diberitahu. Oleh karenanya, bila orang tua berharap anak-anak makan tanpa sambil screen time, maka orang tua juga jangan melakukannya.

2. Sampaikan Ekspektasi

Nessi menjelaskan bahwa disiplin adalah perihal perilaku anak yang kita harapkan. Sering kali orang tua marah-marah duluan ketika ada hal yang tidak sesuai ekspektasinya. Padahal, sebelumnya mereka tidak memberitahukan ekspektasi tersebut pada anaknya. Nessi mencontohkan, ada satu masa di mana anak suka melempar-lempar barang, yakni di antara usia 6-9 bulan. Nah, orang tua sudah bisa mendisiplinkan ini.
 
“Dilempar sekali diambilin. Dua kali, masih diambil. Ketiga kalinya, orang tua mulai kesal. Berikutnya orang tuanya marah-marah. Anaknya nggak tahu kenapa orang tuanya marah,” jelasnya. Oleh karenanya, orang tua bisa jelaskan di awal, misalnya dengan kalimat, “Ini sendok untuk ambil makanan dan dimasukkan ke mulut, ya.” Kalimat yang berisi ekspektasi ini akan lebih efektif ketimbang Anda berteriak, “Jangan dilempar, dong!”


3. Sesuaikan dengan Usia Anak

“Yang harus diperhatikan (dalam mendisiplinkan) adalah kita harus menyesuaikan dengan usia anak,” ujar Nessi. Akan tetapi, sering kali orang tua terjebak pada pikiran bahwa anaknya masih terlalu kecil. “Anak kecil tahu apa, sih. Eh, anak kecil tahu banyak, lho,” ujarnya. Ia menambahkan, “Jadi, kalau mau mendisiplinkan anak, ya lihat dulu perkembangannya sedang ada di mana.”
 
Mengambil contoh, anak suka lempar-lempar barang tadi, menurut Nessi, di usia ini anak sudah bisa merangkak, maka ketika mereka melempar barang, orang tua bisa mendisiplinkan dengan cara mengajak mereka merangkak mengambil benda tersebut.


4. Buat Kesepakatan

Nessi menyarankan agar orang tua selalu membuka ruang diskusi dengan anak seputar aturan. Misal, untuk menjaga anak tetap disiplin selama sekolah dari rumah, orang tua bisa mengajak anak diskusi tentang jam berapa ia perlu bangun pagi agar punya cukup waktu untuk bersiap sebelum sekolah, jam berapa dan berapa lama ia boleh main gadget, dan pukul berapa ia harus tidur malam. Dengan mengakomodir pendapatnya dan menjadikannya ke dalam bentuk kesepakatan, anak-anak akan lebih termotivasi untuk mengikutinya.

5. Tempelkan Jadwal

Turunkan kesepakatan tadi ke dalam bentuk jadwal harian untuk si kecil. Buat semenarik mungkin, misalnya saja ke dalam bentuk jam dinding yang diarsir warna berbeda untuk setiap kegiatan. Tempelkan di tempat yang mudah terlihat agar si kecil selalu ingat.

6. Orang Tua Konsisten

Hal yang sangat penting dalam mendisiplinkan anak menurut Nessi adalah konsistensi. “Anak-anak itu pintar banget, deh. Kalau orang tua mengalah saat mereka menangis, mereka akan mengulanginya lagi,” ujarnya. Inkonsistensi orang tua yang semacam ini akan jadi bumerang di mana anak-anak akan menjadikan tangisan sebagai cara menaklukkan Anda agar mengikuti kemauannya.

7. Sabar

Hal yang tak kalah penting adalah sabar. “Ini nggak bisa ya, dilakukan dengan singkat. Nggak mungkin dua hari bisa langsung berhasil,” ujar Nessi. Jadi, kesabaran dan waktu jadi kunci.
 
 
Baca juga:
5 Strategi Membangun Kedisiplinan Anak
5 Trik Mendisiplinkan Balita dengan Cepat
7 Kesalahan Orang Tua Mendisiplinkan Anak
Cara Papa Mengajarkan Anak Disiplin
Waktu Terbaik Anak Belajar Tentang Disiplin
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia