7 Tip Atasi Drama Belajar dari Rumah


 

Walaupun sudah beberapa bulan berjalan, sekolah dari rumah tetap punya tantangan tertentu bagi keluarga Anda. Ada saja drama yang dihadapi. Misal, si kecil yang tak pernah betah bertahan di depan laptop atau komputer hingga jam pelajaran daring selesai, si kecil yang menolak belajar dari rumah, atau si kecil yang malah main saat guru sedang tidak bicara dengannya.
 
Waaah, rasanya memang campur aduk sekali, ya, Ma, saat mendampingi anak belajar dari rumah ini. Psikolog Katarina Ira Puspita, M.Psi., punya beberapa tip yang bisa Anda coba saat si kecil sudah mulai drama. Apa sajakah?


1. Komunikasikan dari Awal

Menurut psikolog yang kerap disapa Karin ini dalam sesi Live Meet Up di Instagram Live @parentingindonesia ini mengatakan bahwa drama ini bisa dicegah dengan cara menjelaskan pada anak sejak awal tentang jadwal tiap hari. “Nanti adik akan sekolah, ketemu sama guru dan teman-teman, ya. Jadi dari jam sekian sampai sekian, duduk dulu di depan laptop, dengerin gurunya,” ujarnya memberi contoh.
 
Menurut Karin, bagi anak yang lebih muda seperti usia preschool atau kelas 1 - 2 SD yang belum paham jadwal, cara ini bisa membantu mereka meregulasi dirinya sendiri. “Mereka jadi tahu apa yang harus dilakukan. Drama dia nangis, minta stop, bisa diminimalisir,” ujarnya.


2. Distraksi Kebosanannya

Karin mengungkapkan sebuah hasil penelitian bahwa dalam belajar online, umumnya peserta hanya bisa fokus selama 20 menit di awal saja. “Mahasiswa pun juga, lho, apalagi anak-anak,” ujarnya.
 
Nah, setelah 20 menit, bila si kecil tampak mulai bosan, Anda bisa melakukan trik mendistraksi kebosanannya. “Ia kelihatan mulai melihat ke sana-sini, mulai bosan, kita distrak juga kebosanannya,” ujar Karin. Caranya adalah dengan memberikan aktivitas yang waktunya tidak banyak. Misal, minum dulu atau makan snack, atau jalan di sekeliling rumah, lompat-lompat sebentar. “Boleh main, tapi nggak main games ya, nggak nonton YouTube juga, yang susah untuk diajak balik lagi belajar. Ajak saja main mobil-mobilan, misalnya, 5 menit,” ujarnya.
 
Orang tua harus mengomunikasikan dan membuat perjanjian soal ‘break’ ini, misalnya dengan menyampaikan bila jarum jam sudah menunjuk angka sekian, maka anak harus kembali ke depan laptop. Atau, Anda juga bisa menggunakan timer. Anak harus kembali ke hadapan guru saat timer bunyi.


3. Aktivitas Fisik Sebelum Mulai Belajar

Menurut Karin, anak-anak punya tipe yang berbeda-beda. “Ada anak yang energinya besar. Kebayang, kan, energinya besar tapi tidak tersalurkan,” ujarnya.
 
Karin menyarankan untuk anak dengan tipe seperti ini, orang tua bisa mengajaknya bangun lebih pagi dan melakukan aktivitas fisik dulu seperti jalan-jalan atau bersepeda untuk menyalurkan energinya sebelum memulai belajar. Di samping itu, aktivitas fisik juga membuat mereka lebih bisa fokus.


4. Berikan Sesuatu untuk Dimainkan

Untuk anak dengan tipe kinestetik, tentu akan susah bila mereka harus terus duduk di depan layar. Akhirnya, mereka pun jadi tidak bisa fokus. Untuk itu, Karin menyarankan untuk memberikan sesuatu pada anak, misalnya gym ball atau play dough yang bisa diremas saat guru sedang menjelaskan. Ini bertujuan agar mereka tetap fokus menyelesaikan belajar daring.

5. Stay Minimalist

Karin menyarankan agar meja belajar yang digunakan anak untuk sekolah daring sebaiknya tidak terlalu banyak pernak-pernik karena bisa mengganggu fokus mereka. “Peralatan pun cukup buku dan pensil saja,” ucapnya.

6. Bangun Struktur

Ada juga curhatan dari para Mama yang menyebut bahwa ketika anak belajar di rumah, mereka lebih tidak kooperatif, berbeda dengan ketika di sekolah. “Kalau di sekolah, strukturnya jelas. Guru dilihat sebagai otoritas. Nah, kalau di rumah, biasanya orang tua lebih bisa dinegosiasi,” kata Karin.
 
Oleh karenanya, penting bagi orang tua untuk membangun struktur dengan tegas tentang apa yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh. Bila sudah terbiasa, anak akan lebih mudah diarahkan.


7. Berikan Kepercayaan

Untuk anak yang sudah lebih besar, misalnya usia pra remaja, penanganannya tentu berbeda dengan yang masih kecil. Ada Mama yang mengeluhkan anaknya nampak lebih banyak rebahan saat belajar daring. Menanggapi ini, Karin berkata bahwa anak yang lebih besar memang umumnya sudah lebih bisa mengatur dirinya sendiri.
 
Menurutnya, ketika mereka mengerjakan tugas dengan tepat waktu dan hasilnya juga baik, maka orang tua tidak perlu khawatir. Bila ada yang tidak beres, baru didiskusikan cara yang efektif untuk belajar dari rumah dengan anak.
 
 
Baca juga:
7 Tip Mendampingi Anak Belajar di Rumah Selama Sekolah Ditutup
6 Cara Membuat Anak Lebih Tertarik untuk Belajar
Bila Orang Tua Tak Beri Izin, Anak Boleh Belajar di Rumah
Memberdayakan Pengasuh untuk Membantu Menemani Anak Belajar di Rumah
4 Aplikasi Belajar Untuk Anak
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
 

 
 
 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia