Anak Laki-laki Lebih Mungkin Ingin Mencoba Pacaran



“Mama, aku punya pacar. Yang itu pacarku,” ujar si kecil sambil menunjuk salah satu temannya dari kejauhan saat Anda menjemputnya pulang sekolah. Sudah pernah mengalami ini, Ma? Apa yang ada di pikiran Anda saat itu?
 
Aduh, anak zaman sekarang memang banyak yang sudah kenal pacaran, bahkan di usia yang sangat muda, yakni SD. Barangkali, geli rasanya mendengar si kecil mengaku punya pacar. Atau, Anda mungkin cemas dan berpikir apakah anak Anda terlalu cepat dewasa, terlalu centil, atau khawatir bahwa itu akan memengaruhi perkembangan psikologis dan prestasinya di sekolah.
 
Psikolog Ajeng Raviando mengatakan bahwa orang tua tidak perlu terlalu khawatir. “Di masa prapubertas ini biasanya udah muncul, tuh, ketertarikan kepada lawan jenis,” ujarnya. “Sebetulnya, ini bukan hal yang terlalu serius. Pacaran anak-anak itu, kan, beda dengan ketika ia sudah SMP atau SMA,” jelas Ajeng.
 
Perbedaan Anak Laki-laki dan Perempuan
Ajeng menyebut bahwa salah satu faktor yang membuat anak punya keinginan pacaran adalah peer pressure, anak terpicu oleh teman-teman lain yang sudah berpacaran sehingga ia merasa berbeda atau tersisih bila tidak pacaran juga.
 
Ajeng mengutarakan pendapat bahwa yang biasanya lebih penasaran untuk pacaran adalah anak laki-laki. Teman sebaya juga menjadi faktor pendorong di mana bila ada satu anak yang sudah pacaran, maka yang lain mengikuti. “Cuma penasaran aja,” ujar Ajeng.
 
Sementara, hal berbeda berlaku pada anak perempuan. Ajeng mengatakan bahwa anak perempuan akan lebih serius dalam memandang pacaran. “Karena mereka lebih cepat matang,” ungkapnya.
 
Haruskah Dilarang?
Ajeng berpesan bahwa ketika anak mengutarakan bahwa ia memiliki pacar, orang tua sebaiknya menghindari bersikap reaktif dan menentang. Menurut Ajeng, yang sering terjadi orang tua langsung menghakimi, melarang, dan menceramahi anak ketika membicarakan soal pacar dan cinta.
 
Ia menambahkan, “Ternyata kita selama ini sudah berhasil mendidik anak kita untuk bisa mengekspresikan kasih sayang pada orang lain”. Ia beranggapan bahwa inilah yang sering kali dipandang sebelah mata atau bahkan dilewati begitu saja oleh orang tua.
 
“Lebih baik ajak anak ngobrol. Misal, menurut kamu pacaran itu apa? Kenapa kamu ingin pacaran? Dengarkan dulu jawaban dia, konsepnya bagaimana,” tuturnya.

Menurut Ajeng, sangat penting mengetahui pemahaman konseptual apa yang dimiliki oleh anak-anak tentang pacaran sehingga orang tua bisa memberi penjelasan dan pengarahan yang sesuai kebutuhannya dan lebih bisa diterima.
 
Ajeng mengatakan bahwa dengan mengajak anak berkomunikasi, mereka jadi lebih bisa jujur kepada orang tua. “Bayangkan bahayanya kalau mereka ngumpet-ngumpet pacaran.” Justru, menurut Ajeng, ketika anak mau bercerita ke orang tuanya, ini adalah sebuah pertanda baik bahwa anak percaya kepada orang tuanya. “Ini hal yang sensitif, lho, buat anak-anak. Mereka khawatir Mama-Papanya tahu, mereka akan dicela, diledek-ledek,” ujarnya.   
 
Ajeng menambahkan, "Nggak perlu dilarang. Nanti dia malah penasaran dan mengotak-kotakkan, bahwa anak perempuan harus bergaul dengan perempuan saja, anak laki-laki harus bergaulnya dengan laki-laki. Nanti, kemampuan sosialisasinya jadi terbatas, jika mereka berkumpul bersama teman-teman yang sama jenis kelaminnya saja.”
 
Baca juga:
Lakukan Ini Bila Anak Mengaku Sudah Punya Pacar
Anak Pacaran, Kapan Perlu Cemas?
 
LTF
FOTO: FREEPIK

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia