Anak Pacaran, Hindari Lakukan 2 Hal Ini



“Kecil-kecil sudah pacaran, mau ngapain.”
“Hah pacaran? Kamu kan, masih kecil.”
“Nggak boleh pacaran. Belajar dulu yang benar. Kalau sudah besar, baru boleh.”
“Mama-Papa dulu pas masih SD atau SMP nggak pernah ada yang pacaran.”
“Haha pacaran. Itu cuma cinta monyet.”
 
Apakah ini salah satu respons Anda ketika mengetahui anak Anda yang sudah memasuki praremaja pacaran? Tentu saja anak-anak sekarang berbeda degan masa kecil Anda. Mereka mengalami pubertas yang lebih cepat. Marilyn Benoit, M.D., psikiater anak dan remaja di Pennsylvania, AS mengatakan, “Secara biologis, itulah yang diperintahkan tubuh mereka untuk dilakukan. Mereka berada pada tahap awal pubertas. Dan secara sosial, saat itulah mereka belajar menegosiasikan hubungan.”
 
Justru Harus Didampingi
Alih-alih melarang dan memarahi di awal, ada baiknya orang tua justru mengambil langkah bijak untuk mendampingi pengalaman pertama mereka tersebut agar jadi pembelajaran yang tepat bagi anak-anak tentang hubungan dan masa remaja yang sehat, serta bagaimana melindungi dirinya sendiri.
 
Lantas, apa yang sebaiknya tidak dilakukan orang tua ketika mengetahui anak praremajanya berpacaran?
 

Berpikir Negatif
Salah satu kekhawatiran orang tua dari pacaran mungkin adalah anak-anaknya akan melakukan tindakan asusila. Jangan dulu berpikir negatif, Ma. "Yang benar-benar ingin dibicarakan oleh anak Anda adalah perasaan, yakni bagaimana jantungnya berdetak lebih cepat ketika dia berpikir tentang melihat anak laki-laki di latihan band, atau seberapa menyenangkan rasanya ketika dia menyapa, "kata Benoit.
 
Justru segera membombardir si praremaja dengan obrolan seperti, “Jangan macam-macam,” “Hati-hati, tidak boleh sentuhan,” dan lain sebagainya tidak akan berbuah baik. Elizabeth Miller, M.D., profesor pediatri di University of Pittsburgh School of Medicine, AS mengatakan bahwa hal tersebut meremehkan perasaan yang sehat. Ia menuturkan bahwa praremaja tidak begitu tertarik dengan kontak fisik itu sendiri. “Pertanyaan mereka umumnya lebih polos. Mereka ingin tahu cara mendekati seseorang yang mereka anggap menarik,” ujarnya. Akan tetapi, mereka menjadi takut lantaran respons orang tua sendiri.
 
Pikiran-pikiran negatif tersebut justru membuat si praremaja jadi berjarak dan menutup diri. "Biarkan mereka membimbing percakapan, dan dengarkan dengan cermat apa yang sebenarnya ditanyakan,” pungkas Elizabeth.
 

Menjadi Komentator 
Anda mungkin hanya menganggap apa yang dijalani si praremaja sekarang sebagai cinta monyet. Akan tetapi, berhati-hatilah untuk tidak meremehkannya.
 
“Bagi seorang anak praremaja, cinta muda terasa begitu serius,” ujar Lynn Ponton, M.D., psikiater anak dan remaja di San Francisco. Ia berkata, "Anak-anak ingin seseorang mendengarkannya dan membantu mereka memahami apa yang mereka alami, bukan untuk memberi tahu mereka bahwa ini akan berakhir besok."
 
Maka, jadila orang tua yang mendampingi mereka dengan baik. Beri mereka saran tentang mengelola emosi, apa yang sebaiknya dilakukan, kecurangan, dan kebaikan.
 
Buat Aturan Kencan
Mungkin ini tip yang Anda tunggu-tunggu. Cobalah untuk membuat aturan dasar tentang interaksi 'romantis' sejak awal, bahkan sebelum ada rasa ingin tahu dari si praremaja. Menjabarkan aturan di muka dapat mengurangi kemungkinan konflik di kemudian hari. Di samping itu, hal ini bertujuan untuk membuat anak paham bahwa tidak apa-apa tertarik untuk mengenal seseorang lebih baik selama sesuai dengan aturan keluarga.
 
Yang dimaksud dengan aturan kencan adalah dengan siapa mereka boleh pergi tidak dengan orang tua, kapan waktunya, dan berapa lama. Di samping itu, pastikan juga membuat aturan untuk mengajak 'teman spesial' ke rumah agar Anda mengenalnya.
 
 
Baca juga:
Lakukan Ini Bila Anak Mengaku Sudah Punya Pacar
Anak Pacaran, Kapan Perlu Cemas?
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia