Aturan Anak Ajak Teman Main ke Rumah


Jika sebelumnya anak selalu tampak malu-malu ketika diperkenalkan dengan teman sebayanya, kini ia justru mulai menikmati acara bermain bersama dengan temannya itu. Tak jarang, justru Andalah yang kewalahan memintanya pulang, sekadar untuk makan atau tidur siang. Ternyata, bagi anak, acara bermain dengan temannya (playdate) jauh lebih mengasyikkan dibanding rutinitas hariannya yang lain.

Ya, anak memang tengah mengembangkan kemampuan sosialnya. Ia mulai menyukai kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya, setelah sebelumnya ia terbiasa hanya berinteraksi dengan orang tua atau kakak adiknya. Tapi, jangan menganggap kegiatan bermainnya ini sebagai hal tak berguna atau membuang-buang waktu, Ma. Playdate membantu anak membangun pertemanan yang lebih akrab dengan teman-temannya.

Prof. Sarah Martin, psikolog anak dari Simmons College, Boston, juga mengatakan bahwa pengalaman pertama anak berteman merupakan contoh yang ia ingat saat ia membangun pertemanan lainnya kembali. Di sinilah anak juga membangun kepekaannya untuk belajar menjadi teman yang baik dan diperlakukan baik oleh teman-temannya.

Apakah anak sudah siap?
Menurut Roslina Verauli, M.Psi, psikolog dari Rumah Sakit Pondok Indah, yang perlu dipahami pertama kali oleh orang tua adalah kapan sebenarnya anak tertarik untuk bersosialisasi. Menurut Vera, panggilan akrab psikolog dan mama dari satu orang putra ini, terdapat tahapan-tahapan perkembangan sosial anak. Di usia 0 – 3 bulan, anak biasanya belum mengerti. Didekati oleh siapapun anak pasti mau. Berlanjut ke usia 4 – 7 bulan, anak mulai mengenal siapa mamanya, siapa anggota keluarganya, dan siapa orang asing. Sehingga saat didekati orang yang tidak ia kenal, ia mulai menunjukkan penolakan. Di usia 7 bulan – 3 tahun, anak mulai belajar meresponsbalik perilaku orang lain. “Tapi, ini pun hanya kepada orang terdekatnya saja, belum dengan temannya. Baru di usia 3 – 4 tahun ke atas, si kecil mulai mengerti dengan konsep pertemanan dan di usia inilah ia biasanya mendapat teman pertamanya,” ucap Vera.

Di rentang usia inilah playdate baru efektif bila dilakukan. “Di bawah usia 2 – 3 tahun, fokus anak masih tentang dirinya sendiri. Ini mamaku, ini mainanku. Saat disertakan dalam playdate, ia akan sibuk bermain sendiri atau mencari perhatian mamanya,” tutur Vera. Menurutnya, kalaupun anak bisa bersikap baik dengan teman mainnya, sebenarnya lebih dikarenakan ia melihat perilaku sang mamanya terlebih dulu yang bersikap baik, bukan karena si kecil sadar konsep berteman.

Namun, Vera juga tidak melarang bila Anda ingin mencoba untuk menyertakan anak dalam playdate sedari dini. Dalam buku The A to Z Guide to Raising Happy, Confident Kids, psikolog anak Jen Berman, PhD, juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada kata terlalu dini untuk memulai playdate. “Stimulasi baru yang si kecil dapatkan dengan bermain bersama anak lain, sangat baik untuk perkembangan otaknya.”

Jika si kecil sudah berada di rentang usia yang memungkinkannya untuk melakukan playdate, berarti ia juga mungkin sudah siap untuk mengundang temannya untuk datang dan bermain ke rumah. Nah, inilah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengatur waktu playdate:

Siapa yang bisa diajak
Tentunya, anak Anda bisa memilih sendiri teman yang ingin ia ajak bermain. Entah itu teman di sekolah, ataupun tetangga di lingkungan rumah. “Tapi, Anda juga bisa turut mendukung agar anak lebih sociable dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang potensial agar anak bertemu teman sebayanya. Acara kumpul arisan dengan teman-teman mama yang juga membawa anak misalnya,” ucap Vera.

Menurut Vera, kadang orang tua berharap anaknya memiliki kemampuan sosial, namun pengalaman anak untuk melakukannya tidak ada. “Misalnya, disekitar rumahnya tidak ada anak kecil, teman di sekolahnya pun terbatas,” kata Vera. Di sinilah acara arisan mama bisa dimanfaatkan sebagai arena playdate anak, agar anak mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. Biarkan juga anak membangun pertemanan dengan lingkungan pertemanan yang variatif. “Bertemu teman dengan latar belakang yang beragam, dapat mengajarkan anak tentang perbedaan masing-masing teman, misalnya bagaimana cara bersikap kepada tiap temannya, dan membuat si kecil lebih peka terhadap petunjuk-petunjuk sosial di sekitarnya.”

Di mana lokasinya?
Anda yang tinggal di lingkungan perumahan dengan banyak anak seusia si kecil, mungkin akan memilih rumah sebagai tempat bermain anak dengan teman-temannya. Selain membuat Anda lebih tenang karena pengawasan terhadap anak lebih mudah dilakukan, Anda juga tidak perlu mengeluarkan biaya lagi dibandingkan bila Anda harus mengajak mereka bermain ke playground. “Saat main di rumah, anak belajar dari mama bagaimana cara menjadi tuan rumah yang baik,” ucap Vera. Anak belajar bahwa dia tidak bisa mengabaikan tamunya, belajar untuk berbagi mainannya untuk dimainkan bersama, juga belajar peka dengan kebutuhan teman-temannya selama bertamu.

Lalu, bagaimana dengan bermain bersama di luar rumah? “Sama seperti memilih teman bermain anak, syaratnya adalah harus variatif,” jawab Vera. Selain sebagai penyegaran, aktivitas bermain seperti di playground memberikan si kecil kesempatan untuk mencoba jenis permainan
baru, bahkan mendapatkan teman baru. “Outdoor activity juga mengajarkan anak untuk belajar mengantri atau bergantian dalam menikmati permainan yang ada.”

Menurut Vera, hal ini memang rentan akan konflik, tapi anak akan jadi kaya pengalaman dalam memecahkan masalah dan belajar bagaimana cara memperlakukan temantemannya.


 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia