Cegah Anak-Anak Jadi Generasi yang Mengalami Learning Loss Akibat Pandemi




Tidak sedikit orang tua yang menyadari bahwa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sekolah daring ini anak-anak mengalami penurunan nilai akademis. Anak-anak mengeluh bahwa pemahaman yang mereka peroleh dari sekolah daring kurang optimal bila dibandingkan dengan sekolah tatap muka. Gangguan sinyal internet, gaya belajar yang tidak sesuai dengan kehendaknya, serta harus duduk di depan layar membuat mereka rentan stres dan akhirnya memengaruhi mood untuk belajar. Tentu saja, itu semua berkonsekuensi kepada rapor mereka.
 
Psikolog Sri Purwita Mintarti, B.A. (Hons), MPsych., Psi. yang kerap disapa Ninong dari Gemala Ananda menyadari hal tersebut sebagai salah satu konsekuensi dari pembelajaran selama pandemi, yakni learning loss. Ia menjelaskan bahwa learning loss bisa mengakibatkan menurunnya kemampuan atau hasil belajar karena adanya jeda dalam proses pendidikan.
 
Para pemerhati pendidikan mengamati fenomena global learning loss seperti ini mengancam masa depan generasi anak-anak kita lantaran mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat pendidikan secara optimal akibat ditutupnya sekolah.
 
Ninong sendiri menyebut bahwa learning loss merupakan kejadian yang biasa terjadi, bahkan sebelum pandemi. Menurutnya, kondisi ini biasa dialami anak setelah liburan panjang. “Anak libur, (biasanya) ada beberapa konten pelajaran atau kebiasaan di sekolah yang anak lupa,” tuturnya.
 
Akan tetapi, ia sendiri menyadari bahwa di situasi pandemi ini, kekhawatiran akan learning loss semakin besar. “Ini global. Di seluruh dunia, ya, karena kita memang sama-sama menghadapi pandemi ini dan kita tidak tahu kapan akan berakhir,” ujarnya.
 
Dampak Learning Loss Di Masa Depan
Ninong berkata, “Kalau penurunan ini tidak dikelola, maka learning loss ini akan jadi kerugian yang sangat besar bagi anak-anak kita di masa depan. Nanti mungkin 5-10 tahun ke depan, kalau kita ngomongin konten akademis, kemungkinan mereka akan kehilangan konten tersebut.” Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap modal mereka di usia produktif atau saat bekerja.
 
Ia juga menyorot masalah stres yang dialami anak-anak karena harus menghadapi berbagai kendala selama sekolah daring. Stres ini bila tidak dikelola dapat berdampak pada kinerja anak-anak saat dewasa. Mereka akan lebih mudah pesimistis serta menghindar dari masalah atau tekanan.
 
Titik Beratnya di Orang Tua
Ninong berpendapat bahwa untuk meminimalkan risiko learning loss ini dibutuhkan peran orang tua. Sebab, menurut Ninong, tidak dapat dipungkiri bahwa belajar daring tidak seoptimal belajar tatap muka. “Kita memang sekarang dalam situasi serba salah, dalam tanda petik, ya. Peran yang selama ini dilakukan oleh guru di sekolah, sekarang tertransfer ke orang tua. Sekarang orang tua yang mengambil banyak peran dalam mendampingi anak melakukan proses belajarnya,” ungkapnya.
 
Ia menambahkan, “Saya tidak bilang bahwa orang tua harus menjadi seperti guru. Karena orang tua bukan guru. Tapi orang tua bisa mendampingi, mengenal bagaimana anak melewati proses belajarnya dari hari ke hari.”
 
Baca juga: Anak Belum Boleh Sekolah Offline, Ciptakan Suasana Nyaman Belajar dari Rumah
 
Langkah Orang Tua
Ada beberapa hal yang disarankan Ninong untuk meminimalkan risiko learning loss, antara lain:

  • Ubah Pola Pikir
Ninong berkata, “Yang pertama, kita harus mengubah mindset kita tentang arti atau proses belajar mengajar. Sebelum pandemi, orang tua cuma ngedrop anak sekolah, anak diurus guru.” Menurut Ninong, ini adalah saatnya orang tua lebih mengambil peran atas kegiatan belajar anak.
  • Pandang Anak sebagai Subjek
Orang tua perlu memandang anak-anak bukan lagi sebagai objek yang harus menerima pelajaran ini dan itu. Posisikan mereka sebagai subjek yang bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan merasa perlu untuk belajar. “Nah di sinilah peran orang tua untuk menumbuhkan minat belajar itu pada anak,” ujarnya.
  • Melihat Ketertarikan Anak-Anak
Ninong menyarankan kepada orang tua untuk memberikan materi pelajaran sesuai dengan ketertarikan anak-anak. Menurutnya, walaupun anak-anak tidak bisa belajar optimal selama pandemi, bukan berarti mereka harus kehilangan banyak pengetahuan. Orang tua bisa mencari ketertarikan anak untuk eksplor pengetahuan baru. Sebab, anak punya kemampuan untuk mengaitkan ilmu yang baru ia dapat dengan apa yang sudah didapatkan sebelumnya. “Dengan demikian, anak bisa survive,” ujar Ninong yakin.
 
Di samping itu, Ninong juga berkata, “Kalau apa yang dipelajari anak-anak nyambung dengan kehidupannya, maka lebih bisa diterima. Kalau belajar akademik terpisah dan tidak ada kaitannya dengan kehidupannya, ya, jadinya anak cuma menghafal.”
 
 
Ninong memberikan pesan positif bahwa anak-anak sebetulnya sangat adaptif, apalagi bila didukung oleh orang tua yang juga adaptif.  “Saya tidak terlalu khawatir dengan fenomena learning loss kalau di rumah dikondisikan orang tua mengawal proses tumbuh kembang anak dalam kesehariannya,” pungkasnya.
 
 
Baca juga:
7 Tip Atasi Drama Belajar dari Rumah
Rekomendasi Perangkat Sekolah Selama Belajar dari Rumah
 
LELA LATIFA
FOTO: FREEPIK
 

 


Topic

#usiasekolah #parenting #pendidikan #sekolah #belajardarirumah

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Cegah Anak-Anak Jadi Generasi yang Mengalami Learning Loss Akibat Pandemi

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia