Cegah Anak Lakukan 3 Permainan Berbahaya dengan Cara Ini


Beberapa waktu lalu, video permainan skip challenge sempat viral di berbagai media sosial. Pasalnya adegan dalam video itu mempertontonkan siswa sedang melakukan permainan dengan menekan dada temannya sekeras-kerasnya hingga temannya itu hilang kesadaran atau pingsan. Setelah beberapa saat, teman tersebut siuman, dan menurutnya ia mendapat sensasi pengalaman yang menegangkan, tetapi menyenangkan. 

"Padahal aktivitas ini sangat berbahaya. Karena saat bagian dada ditekan dengan kuat, napas akan terhenti, sehingga semua organ tubuh terancam  kekurangan oksigen akut, terutama otak," kata Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, Koordinator Kelompok Ahli di Lakespra TNI AU dr Saryanto, Jakarta.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Efendy pun ikut mengimbau agar para siswa tidak melakukan skip challenge, "Permainan Skip Challenge sangat berbahaya bagi siswa, dan ini harus diberikan larangan keras. Guru dan Kepala Sekolah perlu memberikan perhatian terhadap aktivitas siswa di lingkungan sekolah," tegas Mendikbud Muhadjir Effendy dalam rilis yang disampaikan Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu (11/3/2017).

Selain  skip challenge, ternyata  ada lagi video permainan challenge lain  yakni, salt and ice challenge dan erase challenge. Permainan salt and ice challenge dilakukan dengan menaburkan garam pada bagian tubuh tertentu – biasanya pada lengan – kemudian meletakkan es batu di atasnya. Padahal, campuran garam dan es pada kulit dapat menimbulkan reaksi radang akibat suhu yang sangat dingin, yaitu mencapai minus 18 derajat Celcius – lebih dingin dari es. Bahkan efek pada kulit setara dengan luka bakar tingkat dua dan tiga. Selama melakukan aksi permainan ini, jaringan yang mengalami pendinginan, dapat mati rasa. Sehingga peserta aksi tidak lagi merasakan dingin padahal cedera yang ditimbulkan terus berkelanjutan.

Sedangkan pada eraser challenge, anak membuat tulisan pada permukaan kulit tangan, kemudian dihapus dengan kencang menggunakan penghapus. Akibatnya, kulit jadi terluka, bahkan sampai berdarah. Menanggapi hal itu, Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait,  dalam beberapa kesempatan mengatakan, hak tersebut murni mengandung unsur kekerasan dan tidak membangun karakter anak.

Mengapa mereka melakukan adegan permainan berbahaya yang menyebabkan cedera dan melukai diri sendiri? Jawabannya adalah dengan memfilmkan diri sendiri melakukan hal yang tidak lazim, dinilai dapat mendongkrak popularitas. Apalagi, seiring dengan platform YouTube yang semakin meningkat penggunanya. Selain itu, ajakan dan tekanan dari teman sebaya juga ikut memengaruhi keputusan seseorang melakukan tantangan ini. Apalagi, anak-anak masih sangat rentan terpengaruh ajakan teman.

Memang, pada video yang beredar, baik skip challenge, salt and ice challenge, dan eraser challenge banyak dilakukan oleh siswa sekolah menengah. Namun, di tengah-tengah kemudahan akses informasi saat ini, kita tentu sulit memastikan apakah anak-anak yang masih usia sekolah dasar, aman dari paparan video tersebut. Mengingat mereka pun seringkali perlu mencari informasi dari gadget.

Sebagai orang tua, ada baiknya  Anda menerapkan langkah-langkah untuk membentengi anak dari pengaruh bahaya permainan tersebut. Psikolog Astrid WEN, M.Psi, dari PION Clinician memberikan tipnya berikut ini:
1. Jika Anda mengetahui anak menemukan video challenge tersebut, ajak anak berdiskusi. Tanyakan apa yang baru saja ia temukan. Beri kesempatan kepada anak untuk berbicara dan menceritakan apa yang ia tahu. Untuk memancing opini anak, lontarkan pertanyaan. Misalnya, “Menurut kamu, seru tidak challenge itu? Kalau kamu diajak teman-teman melakukannya, kamu akan bagaimana?”
2. Beri tahu anak bahwa permainan itu berbahaya, beserta penjelasan bahwa menurut dokter luka yang diakibatkan serupa dengan luka bakar. Tunjukkan kepada anak gambar bagian tubuh yang terluka. Demikian halnya dengan permainan challenge lain.
3. Permainan salt and ice challenge memiliki penjelasan dari sisi sains. Maka, Anda dapat juga memberi pemahaman kepada anak mengenai hal ini.
4. Katakan kepada anak bahwa Anda ingin mereka tetap aman sehingga bisa bisa bermain dan bersenang-senang bersama tanpa menyakiti diri sendiri.
5. Biasanya, tolok ukur suatu permainan dinilai keren adalah karena sedang menjadi tren dan viral di media sosial. Oleh sebab itu, berikan alternatif permainan yang juga menantang, sehingga membuat anak tetap terlihat keren dan tetap aman tanpa ikut-ikutan tren permainan challenge. Misalnya, manequine challenge, bus challenge, bottle challenge, atau dance challenge. Bisa juga dengan bermain bola atau aksi bela diri. (Alika Rukhan)



Baca Juga: Hati-hati, Anak Meniru Adegan Skip Challenge!

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Cegah Anak Lakukan 3 Permainan Berbahaya dengan Cara Ini

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia