Edukasi Seks Saat Anak Pubertas

Bicara soal pubertas dan seksualitas memang tak nyaman pada awalnya. Tapi, semakin Anda terbuka, maka pembicaran ini akan lebih mudah. Soal edukasi seks juga bukan pembicaraan mati, sekali dibicarakan maka selesai. “Edukasi seks itu adalah diskusi yang harus terus-menerus dilakukan orang tua bersama anaknya,” tegas Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan UI. Namun, ini perlu strategi supaya pembicaraan terasa nyaman baik untuk Anda maupun anak-anak. Ini kiatnya:

Dengarkan pertanyaan anak. Tunjukkan Anda tertarik dan menghargai pertanyaan maupun pendapatnya agar anak mempercayai Anda sebagai narasumber soal seksualitas bagi mereka.

Jawab secara jujur dan terbuka. Tapi, jelaskan jawaban ini secara bertahap sesuai perkembangan anak dan pengetahuan anak. Misalnya, untuk anak usia 8-9 tahun, jawaban tidak perlu terlalu mendetail. Bertanya balik, selain mengukur sejauh mana anak mendapatkan informasi, juga memberikan waktu bagi kita untuk menenangkan diri dan memikirkan jawabannya. Setelah memberikan penjelasan, Anda bisa memastikan tingkat pemahamannya dengan bertanya: “Apakah penjelasan Mama sudah menjawab pertanyaanmu?” Jika memang belum puas, Anda tuntaskan agar anak tidak mencari ke sumber lain.

Saat melakukan edukasi seks, Anda bisa juga memasukkan unsur moral dan agama yang Anda anut. Namun, lagi-lagi masuknya dengan halus. Jangan seperti khotbah, karena tidak mempan dan malah membuat anak seolah-olah dihakimi. Misalnya, anak tidak sengaja melihat di televisi hubungan seks bisa dilakukan pasangan yang bukan suami istri. Anda bisa mengatakan: “

Di Barat, hubungan seks memang biasa terjadi. Tapi, budaya kita tidak demikian, juga agama kita. Mama pikir, sih, ada benarnya. Berpacaran bebas bisa membuat anak dilahirkan tanpa Papa. Karena, saat mamanya hamil, bisa jadi Papanya sudah punya pacar lain. Karena, mereka tidak diikat perkawinan. Nah, apakah kamu mau punya risiko seperti itu?”

- Edukasi seks bukan melulu bicara pubertas dan seksulitas, Anda pun perlu bicara soal kesehatan reproduksi, pergaulan (misalnya cara berpakaian dan bertingkah), penyakit seksual dan kejahatan seksual (belajar soal bagian tubuh pribadi dan soal sentuhan. Juga, apa yang harus dilakukannya jika ada orang yang memaksa menyentuh atau membuatnya tak nyaman sehubungan dengan area pribadi itu).

- Bantulah anak dengan menghindarkannya dari paparan yang bisa makin meningkatkan gairahnya, sehingga konsentrasi belajar dan bergaulnya terganggu. Misalnya, pastikan anak menonton film sesuai umurnya, buatlah parental lock untuk internet (misalnya http://www.wikihow.com/Filter-Porn-Web-Sites-on-Your-Computer)

- Berikan buku yang membuat anak bisa memahami puber dan seksualitas dirinya, misalnya buku Why?: Puberty (Pubertas) oleh Ji-eun Jeon, terjemahan terbitan Elek Komputindo dan Apa yang Terjadi pada Diriku untuk versi khusus perempuan ditulis oleh Susan Meredith dan versi khusus laki-laki Alex Frith, terjemahan diterbitkan Erlangga,  

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia