Efek Negatif Kebiasaan Menyontek pada Anak



Pernahkah ketika Anda kanak-kanak atau remaja dulu menyontek? Atau Anda pernah memergoki atau mendapat laporan dari guru bahwa anak Anda ketahuan menyontek saat pelajaran? Bisa juga, Anda termasuk orang tua yang memaklumi masalah menyontek, dan berpikir hal ini tidak akan berdampak panjang, hanya terjadi saat usia anak-anak.
 
Sebenarnya, menyontek tak sekadar mengintip atau meniru pekerjaan teman atau orang lain. Ada banyak perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai menyontek, di antaranya bertanya langsung kepada teman saat mengerjakan ujian, membuat catatan kecil berisi petunjuk atau kunci jawaban, atau copy paste tugas sekolah dari internet tanpa menyebutkan sumbernya (ini dikatakan plagiarisme).
 
Baca juga: Anak Kepergok Menyontek. Ini Solusinya!

Jika Anda merasa menyontek bukan hal besar, mungkin karena memang menyontek hampir menjadi hal yang ‘lumrah’ atau biasa terjadi di dunia pendidikan sejak lama. Sebuah penelitian yang dilaporkan oleh Dr. Denise Pope dari Stanford University Graduate School of Education beberapa tahun lalu mengulas soal tingkat kecurangan pelajar sekolah menengah yang mencapai 70 persen.
 
Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa pelajar yang berprestasi pun menyontek sama seringnya seperti pelajar yang kurang berprestasi. Kenapa? Menurut Dr. Joan Munson, Ph.D., seorang psikoterapis, ini bisa jadi disebabkan oleh semakin banyaknya tes dan ujian yang harus dikerjakan oleh anak, bahkan sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Dan, hal ini kemudian menimbulkan jiwa kompetitif dalam diri mereka.
 
Baca juga: 3 Alasan Anak Menyontek

Walaupun sepertinya ‘lumrah’, menyontek itu ‘berbahaya’. Pasalnya, mereka yang terbiasa menyontek dan menyalin pekerjaan orang lain, akan kesulitan untuk mengembangkan ide. Mereka berpikir lebih baik diam daripada menyampaikan idenya karena merasa takut salah, menganggap bahwa menyontek adalah jalan pintas yang memudahkan dirinya sendiri. Hal ini mengakibatkan mereka tak pernah berinovasi, sehingga kreativitasnya pun menurun. Padahal, inovatif dan kreatif, bukankah itu yang sangat Anda inginkan ada di dalam diri si kecil agar ia tumbuh jadi orang yang sukses kelak?
 
Menyontek juga menandakan bahwa seseorang tidak memiliki integritas diri. Tahukah Anda, dari sinilah bibit-bibit korupsi kelak di kemudian hari mulai ditanam, jika Anda membiarkan ini dilakukan anak.

Jangan diam saja ketika Anda menemukan anak mulai suka menyontek atau melakukan tindakan plagiat untuk tugas sekolahnya (atau malah Anda ‘mendukung’ hal tersebut karena merasa itu juga memudahkan hidup Anda). Kalau tidak, inilah yang akan terjadi pada anak:
 

1. Tidak mandiri.
Menyontek akan menyebabkan anak memiliki rasa ketergantungan kepada orang lain, karena ia terbiasa mengandalkan orang lain dalam melakukan tugas. Padahal, dalam hidupnya, anak tidak selalu berada dalam kemudahan dan bersama orang lain yang siap membantunya. Anak perlu mengembangkan kemandirian, menolong dirinya sendiri dalam menghadapi banyak masalah, dan ini menyebabkannya memiliki self esteem.

2. Mudah menyerah.
Ketika anak merasa tak mampu mengerjakan sesuatu, dan tak ada orang lain yang dapat membantunya, ia akan menjadi lebih mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. Mengapa tantangan diperlukan? Anak akan belajar meningkatkan keterampilan dan menemukan solusi-solusi berbeda untuk tiap masalah yang dihadapinya.  

3. Tidak jujur.
Menyontek adalah tindakan yang tidak dibenarkan. Tak heran jika anak yang menyontek akan berusaha menutupi perbuatannya dan mencari alasan ketika ketahuan. Ini bisa jadi merupakan bibit ketidakjujuran dan korupsi yang harus segera Anda atasi.
 

Baca juga:
Anak Belajar Lewat Meniru
3 Kebiasaan Mama Ini Bantu Anak Rajin Belajar
Gaya Belajar Anak
Memberdayakan ART untuk Membantu Menemani Anak Belajar di Rumah
 
Foto: 123rf
Updated: Desember 2021

 
 


Topic

#usiasekolah #parenting #pendidikan #sekolah #sekolahtatapmuka #hariantikorupsisedunia

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia