Efek Negatif Bullying pada Anak


Anak bagaikan kertas putih. Apa yang dicoret orang tua akan membekas. Apalagi ingatan anak bagaikan spons yang menyerap apapun yang diterimanya. Jadi, orang tua perlu belajar agar tindakannya yang bertujuan membentuk karakter dan memotivasi anak memang baik.

Untuk itu, menurut Rosdiana Setyaningrum Tarigan M.Psi, MHPEd, psikolog anak dari Rumah Sakit Pluit, terutama sekali orang tua harus menghapus budaya bullying di rumah. Bullying yang menggunakan kekerasan, ancaman, atau mengintimidasi anak, baik secara fisik, verbal maupun psikologis, harus dihentikan. Perundungan fisik itu antara lain menampar, memukul, mencubit, bahkan menyentil anak. Perundungan verbal --biasanya disertai menyerang psikologi anak juga—seperti memaki, menghardik atau mengeluarkan kata-kata yang mempermalukan, membanding-bandingkan anak, serta kata-kata yang bersifat mengintimidasi.

“Budaya bullying tidak mendatangkan efek jera atau membuat anak jadi patuh, justru mendatangkan efek negatif pada anak” ujar Rosdiana. Efek negatif itu antara lain:

1. Mengganggu ikatan antara orang tua dan anak. Ikatan yang seharusnya didasari atas cinta, akhirnya dilandasi ketakutan dan kebencian. Anak pun merasa tak dihargai. Padahal, harga diri jadi modal penting agar mentalnya berkembang sehat.

2. Kekerasan bisa melahirkan resistensi pada kekerasan. Artinya, yang tadinya anak sakit dan takut setelah ditampar, di kali berikutnya tak takut lagi, malah cenderung berontak. Parahnya, di saat yang sama, kelakuan orang tua selaku pelaku bully juga cenderung meningkat. Sekali tamparan melayang, kali lain tangan terasa lebih ringan untuk menampar.

3. Anak akan belajar bahwa cara yang keras, entah memukul atau menghardik, itu cara ekspresikan perasaan dan menyelesaikan masalah. Pem-bully melahirkan pem-bully juga. Cukup banyak penelitian yang menunjukkan, anak yang mendapat perlakuan keras dari orang tuanya tanpa disadari akan melakukan cara yang sama untuk anak-anaknya. Siklus kekerasan pun akan berulang dari generasi ke generasi.

4. Selain berpotensi menjadi pelaku kekerasan, anak di-bully di rumah juga rentan menjadi mangsa para pelaku bully. Kenyataan ini didapat dari 70 penelitian dengan mengamati 200 ribu anak yang dimuat di Jurnal Child Abuse and Neglect.


Topic

#MentalMerdeka

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia