Hindari Ucapkan 10 Ungkapan Ini Depan Anak


Mungkin Anda sudah tahu kata-kata semacam, “Kamu nakal!”, “Coba lihat kakakmu, harusnya kamu seperti kakak, dong!”, “Tulisanmu jelek sekali,” “Awas, ya, nanti Mama laporin Papa,” terlalu tajam untuk anak. Tetapi, dalam kondisi-kondisi tertentu, kata-kata itu seolah terlontar begitu saja.

Tentu, ada efek buruk dari setiap kata tajam yang dilontarkan orang tua kepada anaknya. Dan, ternyata, ada juga, lho, kata-kata yang tampaknya biasa saja, bahkan dimaksudkan untuk memuji, melindungi, atau memberi semangat, yang sebaiknya dihindari orang tua.

Simak beberapa kata-kata yang kerap kita ucapkan kepada anak, dan alasan sebaiknya kata-kata itu Anda hindari:
 
1. ”Bagus sekali! Pintar, deh, kamu.”
Menurut Jenn Berman, Psy.D., penulis The A to Z Guide to Raising Happy, Confident Kids,  penelitian sudah membuktikan bahwa mengucapkan kata-kata pujian, seperti, “Anak pintar,” atau, “Kakak keren, deh!” setiap kali anak bisa melakukan sesuatu membuat ia tergantung pada afirmasi Anda ketimbang motivasi diri sendiri.

Ini bukan berarti Anda tidak boleh memberi anak apresiasi, ya. Menurut psikolog Rini Hildayani dari Universitas Indonesia, sebaiknya Anda tidak selalu memuji setinggi langit apa pun yang dilakukan anak, dan jika hendak memberi dia apresiasi, katakan secara spesifik alasannya.

Misal, “Wah, Adik sudah bisa membereskan mainan sendiri." Daripada mengatakan, “Penampilanmu tadi super keren, deh,” lebih baik katakan, “Tadi penampilan kalian seru, ya. Mama suka, deh, lihat kalian menyanyi dengan gembira.” 
 
2. “Kalau kamu banyak berlatih, pasti hasilnya sempurna.”
Suatu ketika, Mabel (9),gadis kecil saya, berkomentar, “Aku nggak suka kata-kata ‘practice makes perfect.” Saya menanyakan alasannya. “Nobody is perfect, Mom!”

Benar, semakin banyak berlatih, maka keterampilan anak akan semakin terasah. Namun, kata-kata ini bisa menjadi tekanan bagi anak untuk selalu menang atau menjadi hebat.Joel Fish, Ph.D., penulis 101 Ways to Be a Terrific Sports Parent mengungkap bahwa kata-kata ini mengirim pesan kepada anak bahwa jika dia membuat kesalahan, artinya dia tidak berusaha keras atau malas.

“Saya sering melihat anak-anak yang kesal, menghukum, dan bertanya kepada diri sendiri, ‘Apa yang salah dengan diriku?Aku sudah berlatih, berlatih, dan berlatih, tapi tetap saja aku bukan yang terbaik,’” kata Fish.

Lalu, apa yang sebaiknya Anda ucapkan untuk memberi anak semangat? Dorong anak agar berusaha maksimal karena dia akan berkembang (bukan menjadi sempurna atau terbaik), dan tunjukkan apresiasi atau rasa bangga Anda atas setiap perkembangannya.
 
3. “Nggak apa-apa…. Kamu baik-baik saja, kok.”
Ketika berlatih taekwondo, Mabel jatuh, wajahnya tertendang lawan, dan menangis, hati saya seperti mencelat.Secara instingtif, saya ingin meyakinkan dia tidak apa-apa.Saya sempat maju beberapa langkah menuju tengah lapangan, tetapi saya segera urungkan, kembali duduk di pinggir, mengamati pelatih mengatasi masalah dan membawa dia ke luar lapangan.

Saat anak mengalami masalah atau terluka, mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja sebenarnya malah akan memperburuk keadaannya. "Anak menangis karena dia merasa tidak sedang baik-baik saja," kata Dr. Berman. Tugas Anda adalah menolong dia memahami dan mengatasi emosinya sendiri, bukan menguranginya.

Beri pelukan dan empati akan perasaan atau sakit yang dia rasakan, misalnya dengan mengatakan, “Tadi kamu terjatuh cukup keras, ya.” Lalu, tanyakan apa yang dia inginkan: plester, pelukan, atau keduanya. Waktu itu, saya bertanya kepada Mabel, dia bilang, dia ingin dipeluk, dan… es krim cokelat.
 
4. “Cepetan, dong!”
Drama di pagi hari: anak tak mau segera bangun, sarapannya lamaaa sekali, lalu dia tidak mau dibantu saat mengancingkan baju dan mengikat tali sepatunya, padahal dia belum mampu melakukannya dengan baik dan cepat.

Anda sudah mulai gemas, karena sudah diburu-buru waktu, takut terlambat tiba di sekolah.Tetapi, memburu-buru dia dengan teriakan, “Cepetan, doooong! Duuuh…. Kakak lama banget, sih! Kamu terlambat, nanti dihukum, lho!” hanya akan menambah stres pada dirinya, menurut Linda Acredolo, Ph.D., coauthordariBaby Minds.

Lembutkan suara dan intonasi Anda, katakan, “Kita harus segera berangkat,” yang memberi pesan bahwa Anda berdua adalah ‘tim’ yang sama. Bisa juga, Anda buat permainan. “Yuk, cepet-cepetan, siapa yang selesai duluan pakai sepatu, Mama atau kamu.”
 
5. “Kita nggak akan mampu membelinya.”
Ini adalah kalimat yang mudah untuk menghentikan rengekannya saat anak ingin membeli mainan baru.Tetapi, ini membawa pesan kepada anak bahwa Anda tidak memiliki kemampuan mengelola dan mengontrol uang, yang ternyata bisa menakutkan untuk anak-anak.

Demikian menurut Jayne Pearl, penulis Kids and Money.Anak-anak yang lebih besar mungkin akan lebih kritis, saat tahu Anda malah membeli sesuatu yang mahal, padahal belum lama dia mendengar Anda tidak memiliki uang untuk membeli mainannya.

Cari kata-kata lain yang lebih bijak, seperti, “Kita nggak akan membeli mainan itu, ya, karena kita perlu membeli sesuatu yang penting untuk kita.”Kalau dia memaksa dan mengatakan bahwa mainan itu juga penting untuknya? Ini adalah saat yang tepat untuk mengajak dia memahami cara membuat anggaran dan mengelola uang.

Baca juga : Solusi Atasi Anak Sering Berkata Kasar 

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed