Homeschooling, Yakin Orang Tua Bisa Jadi Guru?

Homeschooling, Yakin Orang Tua Bisa Jadi Guru?


“Berminat homeschooling untuk anak? Memangnya bisa jadi guru? Memangnya mampu mengajari anak semua pelajaran? Memangnya dulu nilai kamu di sekolah bagus? Memangnya kamu bisa mengikuti? Pelajaran sekolah anak zaman sekarang makin sulit, lho, nggak kayak zaman kita sekolah dulu.”
 
Pernah dicecar dengan pertanyaan ini dari orang terdekat saat mengutarakan niat ingin melaksakanan homeschooling untuk anak? Padahal, mulai saja belum.
 
Bukan hanya untuk Anda yang baru mulai tertarik dan mempelajari, sebetulnya celotehan serupa sering diterima juga oleh orang tua yang baru memulai atau sudah menjalankan homeschooling. Kalimat-kalimat ini tidak perlu terlalu dimasukkan ke pikiran. Sebab, sebetulnya banyak salah kaprah mengenai definisi dan praktik homeschooling yang sesungguhnya.
 
Pada dasarnya, homeschooling atau home education adalah sebuah bentuk pendidikan dengan orang tua atau keluarga sebagai penentu utama sekaligus penyelenggara. Mengutip dari Rumah Inspirasi, yang menjadi pembeda utama dari sekolah konvensional/formal dengan homeschooling adalah bahwa dengan menyekolahkan anak ke sekolah konvensional/formal, artinya orang tua mendelegasikan tugas pendidikan anak pada institusi. Sementara, dengan memilih homeschooling, tugas pendidikan dipegang penuh secara mandiri oleh orang tua atau keluarga.
 
Orang Tua Harus Jadi Guru?
Masih dari Rumah Inspirasi, fungsi utama orang tua homeschooling bukanlah menjadi guru. Orang tua justru memiliki peran seperti kepala sekolah dan fasilitator belajar anak.
 
Orang tualah yang memikirkan secara detail proses pendidikan anak, mulai dari kurikulum hingga materi ajar yang digunakan. Hal tersebut tentu juga disesuaikan dengan kebutuhan serta minat anak. Inilah yang dianggap kelebihan dari homeschooling, yakni proses pendidikan benar-benar melibatkan anak secara utuh.
 
Nah, untuk proses belajarnya, orang tua bisa mengundang guru, tutor, atau mengikutkan anak les, serta mencari materi online yang sesuai dengan kurikulum yang sudah dibuat. Artinya, orang tua tidak harus serta merta jadi guru di seluruh bahan pelajaran.
 
Menentukan Kurikulum untuk Anak
Nah, dalam menentukan kurikulum, orang tua bisa memilih metode yang bersifat sangat tidak terstruktur atau sering disebut dengan unschooling hingga yang terstruktur seperti sekolah atau disebut dengan school at home.
 
Dalam laman Rumah Inspirasi yang yang didirikan oleh praktisi homeschooling, Papa Aar dan Mama Lala yang sudah menerapkan model pembelajaran ini untuk tiga anaknya disebutkan bahwa pada model homeschooling yang mengacu pada sekolah, orang tua atau keluarga bisa menggunakan acuan kurikulum nasional atau kurikulum yang digunakan di sekolah Internasional seperti Cambridge IGCSE.

Yang Paling Penting
Yang paling penting dan perlu digarisbawahi dalam menjalankan homeschooling adalah orang tua benar-benar terlibat aktif dalam proses pendidikan anak. Sehingga, orang tua benar-benar harus menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk fokus pada pendidikan anak.
 
 
Baca juga:
Sistem Pengajaran Homeschooling
Beda Sekolah Formal dan Homeschooling
Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling untuk ABK
 
LTF
FOTO: FREEPIK

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia