Mata Minus pada Anak

Menurut dr. Retno Sasanti Wulandari, SpM, dari RS Premier Bintaro, anak-anak yang mengalami rabun jauh memang kebanyakan sudah pada usia sekolah, walaupun ada juga yang berusia di bawah lima tahun sudah butuh kacamata. Banyak kasus dimana seseorang tidak merasa pandangannya buram, tapi itu karena yang dilihat sehari-hari bukan sesuatu yang standar, jadi dia tidak punya pembanding.
 
Kalau periksa mata dengan baca chart dengan ukuran huruf yang makin lama makin kecil, ada syarat yang harus dipenuhi, misalnya bisa baca sampai batas ini berarti ia memang tidak perlu kacamata. Anak-anak juga sering tidak menyadari kalau matanya buram, ketika dibawa periksa ke dokter mata oleh orang tuanya barulah ketahuan ternyata matanya sudah minus sekian. Orang tua biasanya heran karena anaknya tidak pernah mengeluh. Ya, itu karena yang anak lihat sehari-hari bukan sesuatu yang standar, jadi tidak sadar pandangannya buram.
 
Gangguan refraksi pada anak-anak umumnya memang rabun jauh atau mata minus, dan ada juga yang silinder atau kombinasi minus dan silinder. Tapi ada beberapa kasus anak yang matanya rabun dekat atau mata plus. Ini berbeda dari mata plus orang dewasa di atas usia 40 tahun yang terjadi karena proses penuaan. Mata plus pada anak-anak terkait dengan bentuk bola matanya.
 
Bola mata normalnya berbentuk cenderung bulat. Jika bentuknya melonjong, maka terjadilah gangguan refraksi. Jika melonjongnya secara horisontal, jadinya mata minus. Sedangkan jika melonjongnya secara vertical, jadinya mata plus. Tak perlu panik kalau pada pemeriksaan ditemukan mata plus pada anak, dan jangan mengira ada kesalahan periksa. Yang penting cepat dideteksi sehingga bisa cepat dikoreksi.

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia