Membesarkan Anak Pembelajar

Seorang anak pembelajar memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk bisa menguasai sesuatu. Dorongan itu yang akan membuatnya berani mencoba dan tekun berlatih untuk menguasai sesuatu yang ingin Ia bisa lakukan. Tak hanya tentang membaca atau matematika, tetapi untuk belajar segala hal mulai dari naik sepeda, membuat menara balok,  hingga membuat program komputer, atau kelak mempelajari sejarah satu kebudayaan kuno.

Berdasarkan hal di atas tadi, ada beberapa peranan orang tua dalam mendorong anak untuk menjalani proses belajar yang aktif. Hal-hal yang dapat orang tua lakukan untuk membesarkan anak-anak pemelajar, yaitu:

1.    Menumbuhkan citra diri yang positif
Anak-anak yang memiliki citra diri yang positif cenderung akan menjadi pemelajar yang mandiri. Mereka merasa nyaman dengan dirinya dan percaya bahwa ia dicintai apa adanya. Apa yang bisa Mama lakukan untuk menumbuhkan citra diri yang positif pada anak? Jangan ragu mengatakan bahwa Anda mencintainya tanpa syarat. Memberi kesempatan anak untuk mandiri melakukan berbagai hal juga akan membuat mereka merasa sebagai anak yang mampu sehingga mereka memiliki pandangan yang positif tentang dirinya.

2.    Menciptakan lingkungan yang aman untuk eksplorasi

Dengan satu atau lebih anak yang sedang belajar di rumah, barangkali sulit bagi Mama untuk mengharapkan rumah senantiasa dalam keadaan bersih dan rapi. Tidak apa-apa, Ma, Anda tak berkurang hebatnya. Anak-anak perlu merasa aman ketika mereka mencoba melakukan sesuatu yang baru, membantu Anda memasak misalnya, atau meniru eksperimen yang ada di buku sains yang Anda belikan. Setelah mereka selesai, Anda bisa mengajak anak membereskan ruangan bersama-sama.

3.    Memberi kesempatan luas untuk bermain bebas
Saat masuk SD, sebenarnya anak-anak belum diharapkan lancar membaca dan menulis. Memang tugas guru di sekolah dasar untuk membuat anak-anak lebih lancar membaca dan menulis. Namun, guru di Sekolah Dasar berharap anak-anak yang masuk ke kelas mereka sudah dapat memusatkan perhatian dan mempertimbangkan keberadaan orang lain. Dua hal ini tak dapat dicapai melalui flash card atau aplikasi di tablet, melainkan berkembang saat anak-anak bermain dengan teman-temannya. Bermain adalah belajar bagi anak-anak, Ma. Jadi berilah mereka kesempatan untuk bermain bebas bersama teman-teman sebaya maupun berbeda usia.

4.    Menghargai pertanyaan anak
Seorang anak pemelajar dapat belajar sendiri, mereka bisa mengajari dirinya sendiri untuk melakukan apa saja, tak perlu tergantung guru atau tutor. Langkah pertama untuk bisa mengajari diri sendiri adalah belajar bertanya. Untungnya, secara alamiah anak-anak suka bertanya. Mama bisa menjadi contoh bagi anak-anak agar suka bertanya. Setiap kali Mama dan anak menemukan hal baru, tanyakan seuatu dan cari kemungkinan jawabannya bersama anak. Jika anak menanyakan sesuatu, hargai pertanyaannya.

5.    Melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari

Belajar tak hanya ikut kursus di berbagai tempat. Ketika Mama mengajak anak ikut berbelanja, membiarkan mereka membantu menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, sebenarnya mereka sedang belajar. Ketika menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga (tentu sesuaikan dengan usianya ya, Ma!), anak juga akan belajar melakukan problem solving (menyelesaikan masalah).

6.    Memberi contoh
Jika Mama ingin memiliki anak pemelajar, maka Mama harus lebih dahulu menjadi seorang pemelajar. Anak-anak adalah peniru yang ulung. Dengan cepat mereka akan melihat orangtuanya menghargai belajar sebagai proses yang menyenangkan. Ada banyak cara untuk menunjukkan pada anak-anak bahwa kita selalu belajar. Mencoba resep baru, melakukan riset sebelum liburan, adalah contoh-contoh sehari-hari bagaimana kita membuka diri pada perubahan dan mau belajar pengetahuan atau ketrampilan baru.


     7.    Mengenali gaya belajar anak
Setiap anak belajar dengan cara yang berbeda-beda. Mama dapat mengajak anak ngobrol tentang macam-macam cara belajar. Apakah ia lebih mudah mempelajari sesuatu dengan mendengarkan, melihat contoh, atau justru melakukannya sendiri. Ceritakan juga bahwa setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Ajak anak mengenali apa yang istimewa pada dirinya. Pengetahuan mengenai cara belajar diri sendiri akan membantu anak belajar lebih efektif.

8.    Mengizinkan anak membuat kesalahan
Kesalahan adalah bagian dari belajar. Pada kenyataannya, kebanyakan anak mengalami kegagalan dalam prosesnya untuk berhasil. Ingatlah bagaimana anak belajar berjalan atau berbicara. Sikap kita sebagai orang tua terhadap kesalahan anak akan mempengaruhi pandangan anak mengenai dirinya sebagai seorang pemelajar. Jika kita bereaksi berlebihan saat anak membuat kesalahan, besar kemungkinan mereka akan takut salah dan takut mencoba. Sebaliknya jika Mama memandang kesalahan sebagai bagian dari kesempatan belajar, anak akan memandang kesalahan sebagai sesuatu yang wajar ketika sedang belajar. Mereka akan segera menyadari bahwa belajar sesuatu membutuhkan waktu, usaha, dan tenaga.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia