Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Lewat Bricks


Ternyata, bukan hanya kreativitas dan imajinasi yang tumbuh saat anak bermain bricks, kepercayaan diri anak dan rasa kebersamaan dalam tim juga bisa dilatih, jika dimainkan berkelompok.
 
Demikian diungkapkan oleh Ananto Kusuma Seta, Ph.D, staf ahli bidang inovasi dan daya saing Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Indonesia, saat peluncuran kampanye ‘LEGO Build Amazing’ beberapa waktu lalu di Jakarta. “Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lebih menyarankan anak-anak bermain bricks berkelompok untuk menumbuhkan rasa gotong royong,” katanya.
 
Selain itu, ia menambahkan bahwa Kemdikbud juga akan menggandeng LEGO menjadi media pendukung program barunya di tahun ajaran baru nanti, yaitu Pembangunan Karakter dan Literasi. “Hal terpenting dari permainan bricks LEGO adalah sebuah media bagi anak-anak untuk membentuk kecerdasan mereka. Lewat permainan ini, kita bisa memaksimalkan kemampuan imajinasi anak-anak,” tuturnya lagi.
 
Anda dan si kecil bisa jadi sudah tak asing lagi dengan bricks LEGO. Balok kecil aneka warna itu memang dapat disusun bebas menjadi karakter atau bentuk apa saja sesuka hati pemainnya. Dan siapa saja bisa berkreasi, karena ada berbagai seri LEGO, dengan besar dan kecil balok yang disesuaikan dengan kategori umur pemain.

Psikolog anak, Irma Gustiana Andriani, M.Psi, Psi, mengatakan bahwa selain tumbuhnya kreativitas dan imajinasi, bermain bricks secara berkelompok juga dapat mengembangkan keterampilan sosial antara teman sebaya. “Anak belajar memahami keberadaan orang lain, bersabar menghadapi teman yang mungkin berbeda karakter dengannya. Kemampuan komunikasinya juga akan lebih terasah. Dan yang terpenting, keterampilan memimpin kelompok, serta menerima ide orang lain, bisa semakin berkembang,” tutur Irma.

Bermain bricks, menurut Irma, juga bisa  mendukung program pembangunan karakter dan literasi yang sedang direncanakan pemerintah, jika disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Namun, katanya, bricks bukan satu-satunya media belajar untuk mengembangkan karakter dan pemahaman literasi. “Permainan tradisional dan cerita rakyat juga bisa dihidupkan kembali. Selain mengenalkan akar budaya masyarakat Indonesia yang senang guyub melalui permainan tradisional kelompok, juga bisa mengembangkan nilai-nilai luhur cinta tahah air,” sambung Irma.
 
Berkenaan dengan akan masuknya LEGO ke sekolah-sekolah, Ananto mengungkapkan, tergantung kesediaan sekolah itu sendiri. “Kami pasti tawarkan, tapi digunakannya permainan ini sebagai media pembelajaran, sekolah sendiri yang menentukan. Tingkat SD dan SMP, bagaimana bupatinya, dan tingkat SMA dan SMK pun tergantung bagaimana kebijakan gubertnurnya. Kami berikan otonomi kepada tiap-tiap sekolah agar tidak memaksakan kehendak,” jelas Ananto.

Untuk itu, Irma menyarankan, jika memungkinkan, sebaiknya para guru pun diberikan pelatihan dalam mengembangkan kreativitas dan keterampilan bermain bricks, sehingga transfer informasi dan pengetahuan kepada anak akan lebih optimal. (Wita Nurfitri)

Baca juga: Ajak Anak Merakit Robot dari Lego 


 
 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia