Pendidikan Vokasional Untuk Anak


Saat ini, pemerintah Indonesia sedang menaruh perhatian pada sekolah vokasional atau sekolah kejuruan. Salah satu negara yang dijadikan acuan dan dipandang amat berhasil mewadahi keragaman dalam sistem pendidikannya adalah Jerman. Anak-anak di Jerman mengikuti pendidikan pra sekolah di Kinderkrippe dan Kindergarten sebelum berusia 6 tahun. Setelah itu, anak wajib masuk ke Grundschule atau Sekolah Dasar hingga usia 9 tahun, setara kelas 4 SD. Kemudian, berdasarkan bakat, minat dan kemampuannya, guru akan memberi rekomendasi untuk memilih Hauptschule, Realschule, atau Gymnasium.

Sebanyak 25 persen anak akan melanjutkan sekolah ke Hauptschule, atau sekolah utama sampai kelas 9 atau 10. Hal-hal yang dipelajari adalah yang dapat dipraktekkan saat bekerja. Tamat dari Hauptschule, siswa sudah dapat magang di berbagai perusahaan. Sekitar 40 persen lulusan Grundschule akan melanjutkan ke Realschule hingga kelas 10. Di Realschule, anak-anak belajar berbagai mata pelajaran dasar seperti matematika, sejarah, bahasa, sains, dan ketrampilan-ketrampilan kerja. Lulusan Realschule adalah tenaga terdidik yang siap bekerja, atau dapat melanjutkan pendidikannya ke politeknik atau Berufsfachschulen selama tiga tahun untuk disiapkan menjadi tenaga-tenaga profesional.

Pendidikan vokasional di Jerman menjalin hubungan erat dengan perusahaan-perusahaan. Siswa wajib mengikuti program-program magang atau kerja nyata di sela waktu sekolahnya. Selebihnya, 25 persen lainnya akan masuk ke Gymnasium, semacam SMA hingga kelas 12-13. Kurikulum di Gymnasium besar bobot teorinya dan menuntut tingkat penguasaan yang tinggi. Masa belajar di Gymnasium akan diakhiri dengan ujian bernama Abitur; ujian esai dan lisan pada tiga mata pelajaran pilihan siswa.

Lulusan Gymnasium dapat melanjutkan pendidikan di universitas. Jalur pendidikan yang beragam dan fleksibel di Jerman, membuat lulusan sekolah di Jerman lebih siap masuk ke dunia kerja. Penghargaan masyarakat juga tak melulu tentang menjadi sarjana, mengambil gelar master atau bekerja di manajemen sebuah perusahaan. Keragaman di dalam sistem pendidikan juga menciptakan masyarakat yang dapat menghargai keragaman profesi dan pekerjaan. (foto: 123rf)

Baca juga : Cermat Menabung Biaya Pendidikan Anak

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia