Pengalaman Jadi Guru Tamu di Sekolah Anak


Selain mendekatkan hubungan orang tua dengan guru, manfaat lain menjadi guru tamu atau sukarelawan di sekolah adalah bisa memantau sendiri bagaimana kegiatan anak bersama komunitas di sekolahnya. Mama Anna Sholihah dan Mama Agustina Fitria Aryani berbagi pengalaman saat menjadi guru tamu di sekolah anaknya:

1. Anna Sholihah, 34, Entrepreneur,
Saya sempat beberapa kali menjadi volunteer dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah Reya (6), putri pertama saya. Partisipasi saya antara lain adalah menulis artikel untuk dimuat dalam buletin bulanan sekolah, ikut serta dalam acara parents teaching day, juga berkontribusi dalam acara syukuran sekolah. Selain itu, saya bersama suami juga turut menyusun buku tahunan bagi siswa TK. Kebetulan, suami saya yang seorang desainer grafis dipercaya menyusun layout buku tahunan Sekolah Bestariku.

Waktu acara parents teaching day, saya bersama siswa lainnya diminta memberikan materi pelajaran bebas, namun terkait dengan tema yang sedang dipelajari anak-anak pada waktu itu, yaitu tentang makanan sehat. Jadilah kami mengajak anak-anak cara membuat canape dari roti, telur dadar, keju, tomat, dan anggur, sambil disisipi materi tentang pentingnya setiap jenis makanan— karbohidrat, sayur, lauk, dan buah, bagi tubuh kita.

Untuk ibu-ibu yang tidak punya pengalaman mengajar anak-anak seperti saya, pengalaman ini cukup menantang alias sempat bikin saya agak “mati gaya” di tengah acara mengajar. Bagaimana cara memberikan materi yang fun bagi anak-anak, sambil tetap bisa mengajak mereka fokus mengikuti instruksi. Syukurnya, anak-anak senang diajak mencetak makanan menggunakan cetakan kue berbagai bentuk dan menggabungkan semuanya dengan tusuk sate. Setelah selesai, hasil karya mereka bisa disantap bersama teman-teman.

Untuk acara syukuran yang diadakan dalam rangka kelulusan murid-murid TK B, sekolah meminta kontribusi perwakilan dari orang tua masing-masing kelas untuk merancang koreografi tarian sederhana bagi anak-anak. Ceritanya, pada hari syukuran, anak-anak bersama orang tua akan diminta melakukan gerakan tersebut bersama-sama, ala-ala gerakan flashmob yang dilakukan secara rombongan di tempat umum. Senang dan seru melihat orang tua bersama anak-anak menari bersama-sama pada hari H.

Keikutsertaan saya dalam kegiatan sekolah dimulai ketika Reya duduk di bangku Taman Bermain. Awalnya, pihak sekolah meminta kesediaan saya untuk menulis cerita tentang pengalaman sehari-hari bersama Reya di rumah, untuk dimuat dalam buletin bulanan sekolah. Saya ingat, waktu itu Reya senang sekali mendapatkan bingkisan berisi buku cerita anak dari pihak sekolah. Setiap orang tua yang menulis artikel untuk buletin memang mendapatkan bingkisan buku cerita sebagai wujud ungkapan terima kasih dari pihak sekolah atas kontribusi cerita kami.

Saya senang bisa terlibat dalam kegiatan sekolah, karena bisa menyaksikan secara langsung seperti apa aktivitas murid-murid  di sekolah setiap harinya. Bagi saya pribadi, keikutsertaan saya sebagai volunteer dalam kegiatan-kegiatan sekolah adalah dalam rangka membangun memori menyenangkan bagi Reya tentang masa kanak-kanaknya. Kelak, ia akan ingat bahwa Bubu-nya (panggilan Reya untuk mama), pernah bersama-sama dengannya dan teman-teman sekelasnya melakukan aktivitas yang seru di sekolah.

Kalau ditanya bagaimana tanggapan Reya tentang kesediaan Bubu-nya ikut serta dalam kegiatan sekolah, sebenarnya tanggapan dari dia, sih, biasa biasa saja, ha ha ha.... Mungkin karena memang sejak awal, pihak sekolah sudah rutin melibatkan orang tua dalam kegiatan anak-anak di sekolah. Berhubung lumayan sering berkunjung, saya bisa melihat perkembangan Reya di sekolah secara lebih detail. Saya juga banyak bermain dengan teman-teman sekelas Reya, sehingga sayangnya sudah seperti dengan keponakan sendiri.

2. Agustina Fitria Aryani, 39
Konsultan perencana keuangan
Saya mulai aktif terlibat dalam kegiatan sekolah sejak anak saya, Theona (6), duduk di bangku TK A, Sekolah Karakter. Jadi total baru 2 tahun belakangan ini saya ikut terjun dalam kegiatan sekolah. Tapi, dalam waktu yang terbilang singkat ini saya senang karena bisa mengenal sesama orang tua murid maupun para guru di sekolah. Baik orang tua maupun guru-guru di sekolah anak saya amat kooperatif dan bisa saling menghargai masukan atau ide dari pihak lain.

Di sekolah, saya pernah ikut serta menjadi guest teacher. Waktu itu pihak sekolah menawarkan kepada semua orang tua murid, dan saya mengajukan diri secara sukarela. Sebelum mengajar, saya meminta masukan tentang materinya dari Theona, karena yang akan hadir nanti adalah teman-teman sekelasnya. Theona bersemangat sekali membantu saya menyiapkan bahan-bahan untuk mengajar. Kebetulan waktu itu saya membawakan eksperimen sains tentang perubahan wujud benda, misalnya perubahan dari benda padat ke benda cair, kecepatan larut gula di dalam air, perubahan warna air apabila ditetesi zat tertentu, dan juga perbedaan antara garam, pasir, dan terigu. Sehari sebelumnya, kami bahkan mengadakan gladi resik dulu untuk memastikan agar eksperimen berjalan lancar.

Ketika hari H tiba, saya mengajak anak-anak untuk melakukan sendiri eksperimennya secara bergantian. Kelihatan sekali mereka tampak antusias dan penasaran, mengapa air bisa berubah warna menjadi bening dalam eksperimen tersebut. Beda warna, ternyata beda pula kecepatan perubahan warnanya! Mereka juga ingin tahu mengapa gula yang dicampur air panas lebih cepat larutnya daripada gula yang dicampur air biasa. Dalam eksperimen, saya sengaja menggunakan bahan-bahan yang biasa ditemukan di rumah, seperti gula, garam, terigu, pewarna makanan, dan juga cairan pemutih. Jadi di lain waktu, anak-anak bisa mencoba melakukan eksperimen
sendiri di rumah, karena sudah tahu caranya.

Yang bikin tambah seru lagi, kegiatan mengajar ini diadakan di rumah saya sendiri karena bersamaan dengan program home visit dari sekolah. Program home visit adalah memindahkan kegiatan kelas dari sekolah ke rumah salah seorang siswa. Waktu itu memang tiba giliran rumah kami yang ketempatan. Pengalaman mengajar ini amat berkesan bagi saya. Theona juga senang karena ikut terlibat dalam persiapan mengajar dan teman-temannya kelihatan bersemangat sekali saat mengikuti
eksperimen.

Selain menjadi guest teacher, saya juga ditunjuk menjadi koordinator kelas dan kini diberikan tanggung jawab menjadi bendahara Komite Sekolah. Tugas saya sebagai koordinator kelas adalah mengkoordinir pada orang tua murid jika ada kegiatan sekolah yang melibatkan orang tua. Saya juga pernah bertugas menjadi koordinator kelas level playgroup sampai TK untuk kegiatan parenting sharing yang diadakan setahun tiga kali. Baru-baru ini, saya juga diajak teman ikut serta menjadi panitia perpisahan TK B yang hendak memasuki jenjang SD.

Bagi saya, keikutsertaan dalam kegiatan sekolah adalah pengalaman berharga karena saya bisa ikut terlibat secara aktif dalam proses pendidikan anak. Memang terkadang Theona mengeluh karena waktu bermain saya dengannya jadi berkurang lantaran banyak waktu ibunya yang tersita untuk mengurus berbagai kegiatan. Tapi itu semua terbayarkan ketika melihat ekspresi gembira Theona saat mengikuti acara-acara di sekolah yang berjalan lancar.

(foto: 123rf)

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia