Peran Orang Tua dalam Pertumbuhan Anak.

Bagaimana peran orang tua sehingga milestones atau perkembangan fisik dan psikologis anak ini bisa terlalui dengan baik, serta hasilnya maksimal bagi anak? Seorang psikolog, Ajeng Raviando, dari Teman Hati Konseling menyarankan, orang tua sebaiknya memberi pendampingan yang sesuai.

Kapan berfungsi sebagai orang tua, sebagai teman bermain, atau sebagai sahabat. Ketiga peran tersebut sangat dibutuhkan sesuai perkembangan usia anak. Orang tua juga harus pandai-pandai melakukan pengawasan. Kapan mengawasi dari dekat, dari jauh, termasuk tepat kapan saat memberikan kepercayaan pada anak.                     

Untuk anak yang muncul bakatnya di usia dini, tentunya berikan ruang pada anak untuk berkembang. Seperti kata Ajeng, awalnya mungkin hanya untuk having fun, tapi ternyata dalam tahap selanjutnya, prestasi perlu diperhitungkan. “Karena di usia 6 - 12 tahun, anak membutuhkan keberhasilan untuk memupuk rasa percaya diri,” jelas Ajeng lagi.        

Sejalan dengan yang diungkapkan Ajeng, tahap pertumbuhan anak, tidak hanya terjadi pada motorik dan fisiknya, tetapi juga psikisnya. Pertumbuhan psikis anak dirasakan oleh Dwina Oktaria, ibu 2 anak. Putri pertamanya, Dhania Larasati (7), mulai menunjukkan kemandiriannya. Di usia tersebut, Dhani mulai berinisiatif membantu pekerjaan rumah tangga. Mulai dari hal-hal ringan, seperti meletakkan piring kotor ke dapur sampai membantu si mbak mengelap alat-alat makan yang telah dicuci.                           
           
Tapi, di sisi lain, kemandirian itu ditunjukkan dengan cara lain. Dhani mulai menunjukkan otoritasnya pada adiknya yang baru berusia 3 tahun, cenderung bossy. Dhani juga makin pintar bicara, bahkan sering kali membantah perkataan orang tuanya. “Saya sering geregetan menghadapi Dhani. Kalau salah menanganinya, saya takut kebiasaan membantah ini berlanjut,” curhat Dwina.            
Sementara dalam menghadapi milestones perkembangan psikis anak, pada kasus Dhani, anak perlu merasakan keberhasilan dalam melakukan hal-hal sehari-hari. Misalnya, mampu mandi sendiri, mampu membereskan tempat tidur, dll. Ajeng mengatakan, “Tanggung-jawab yang bisa diberikan ke anak meliputi kemampuannya mengerjakan tugas-tugas secara mandiri tanpa disuruh. Berikan pujian bila anak berhasil melakukan tugasnya dengan baik. Ini juga cara memupuk rasa percaya dirinya.”                    

Perkembangan psikis lainnya yang lebih kompleks adalah seperti yang dialami Rianti pada putrinya Kiki. Rianti Kusumaningrum, yang sedang pusing dengan kelakuan putri sulungnya yang menjelang remaja. Kiki Maheswari (12) sedang ‘sadar penampilan’. “Saya tidak keberatan dia memilih pakaian sesuai seleranya. Namun, kalau mau pergi, susahnya dia memilih baju yang mau dipakai. Malah ujung-ujungnya tidak jadi pergi, alasannya bajunya tidak ada yang sesuai. Perasaan saya kasihan bercampur kesal,” kata Rianti.

Tapi, jangan takut Ma, jadilah sahabat yang mengerti ‘kegalauannya’. Kalimat seperti, “Mama dulu juga begitu.” Mungkin akan membuka jalan bagi anak untuk mengerti apa yang sedang dialaminya. “Berikan pemahaman pada anak tentang perubahan saat menjelang remaja. Hal ini akan membuat anak lebih siap mental menghadapi dirinya,” kata Ajeng.        

Ajeng menjelaskan, anak akan mengalami suatu periode yang disebut masa keemasan. Saat itu, anak akan sangat peka terhadap berbagai rangsangan serta pengaruh dari luar. Anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis, mulai dari perkembangan kognitif (berpikir), perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik, serta perkembangan sosial.

Lonjakan perkembangan ini terutama terjadi saat anak berusia 0 - 8 tahun, dan tidak akan terulang kembali di periode selanjutnya. Pada perkembangan dini, orang tua harus betul-betul memberi perhatian khusus, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia