Profil Sekolah: Sekolah HighScope Indonesia


Pernah ada kejadian di sekolah, seorang anak bernama A tersinggung dengan temannya si B. Si A lalu mengajak kawan-kawannya agar menjauhi si B. Anak B pun dikucilkan oleh teman-temannya selama beberapa pekan, dan membuat B stres dan tidak mau sekolah. Pemahaman tentang teknik mengidentifikasi kasus perundungan (bullying) atau konfl ik seperti diceritakan di atas, sangat diperlukan oleh orang tua dan anak, untuk membantu mereka menjalani jalinan pertemanan sehat. Pola pertemanan yang seru dan sehat, tak hanya menjadikan anak bahagia, sehat, terasah keterampilan sosial, namun juga membantu mereka menentukan identitas dirinya.

Untuk membekali orang tua serta anak dengan pemahaman tersebut, Sekolah HighScope Indonesia (SHI) menyelenggarakan program yang komprehensif bernama Healthy Friendship, yang melibatkan psikolog anak. “Kami memberlakukan pendekatan berbeda. Jika di kelas 1 ada kegiatan membuat surat kepada teman, role play hingga puppet show, mulai kelas enam, anak-anak sudah mulai mendapat bekal pemahaman tentang bullying, ujar Reni Sawitri dari Departemen Psychology and Counselling - SHI TB.Simatupang. Setelah program Healthy Friendship dikampanyekan kepada anak, SHI juga membekali para orang tua mengenai program ini dengan menyelenggarakan Parents Workshop dengan tema “Pola Asuh yang Sehat Membangun Pola Pertemanan yang Sehat Pada Anak”. SHI mengundang Anna Surti Ariani dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia yang menjelaskan soal piramida pertemanan sehat. Katanya, “Pertemanan sehat bisa terjadi jika anak memiliki keterampilan sosial yang tepat. Skill itu akan dimiliki anak yang percaya diri, memiliki hubungan yang baik dengan orang tua, serta dibesarkan oleh orang tua yang bahagia.

Jadi, jika anak-anak kita menjalani pertemanan yang tidak sehat, maka harus ditangani juga kondisi-kondisi yang menjadi latar belakangnya.” Retno Dewi Nuratri, mama dari Nadia Dewi Hertidhi (kelas 2-3), memberikan pendapatnya “Parenting yang baik akan melahirkan anak-anak percaya diri dan akhirnya bisa menjalankan pertemanan sehat serta mengambil pembelajaran positif dari proses itu. Salah satu waktu komunikasi yang efisien bagi saya dan anak adalah ketika menjemputnya. Di mobil, kami bisa ngobrol dengan enak, memberi masukan dan solusi. Saya jadi tahu juga apakah perlu ada intervensi, perlu mendiskusikannya dengan guru, atau cukup monitoring dan membiarkan anak menerapkan solusinya.”

Pengalaman Imelda Enersianti, mama dari Galuh Asmoro Krisianati (kelas 4-5), lain lagi. “Anak saya sudah terbiasa dengan Program Healthy Friendship, dan ia terbiasa melakukan social problem solving sejak Early Childhood Educational Program. Yang istimewa, ketika ada di antara mereka yang berkonflik, secara natural selalu ada anak lain yang datang menengahi tanpa mesti disuruh gurunya. Tak hanya sekadar minta maaf, anak-anak pun menggali persoalan, mengungkapkan perasaannya masing-masing, mencari solusi bersama, dan melaksanakan resolusi yang disepakati. Mereka belajar menyelesaikan masalah dalam pertemanan, sesuatu yang mungkin tak semua orang dewasa menguasainya.” (foto: dok istimewa)

Sekolah HighScope Indonesia:
Website: www.highscope.or.id
Email: info@highscope.or.id
Telp. 087785622487
Facebook: Sekolah HighScope Indonesia

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia