Saat Si Kecil Punya Musuh


Salah satu hal buruk yang bisa terjadi di dalam hubungan pertemanan anak adalah permusuhan. Mereka yang awalnya kemana-mana berdua bagai tak bisa dipisahkan tiba-tiba saling tidak menyapa dan bahkan menolak bertemu. Si kecil pun berulang kali mengatakan, “Kami sudah tidak berteman, Ma!” Sesekali juga ia menegaskan, “Sekarang dia adalah musuhku!”
 
Eileen Kennedy-Moore, Ph.D., psikolog klinis dan penulis The Unwritten Rules of Friendship berpesan bahwa ketika anak mengalami permusuhan, maka bukan tugas orang tua untuk menyelesaikannya. Alih-alih turun tangan untuk menyelesaikannya, orang tua hanya bertugas untuk menemani mereka selama punya masalah dan mendampingi mereka dalam menyelesaikannya.
 
Lantas, apa saja yang perlu dilakukan orang tua menurut Eileen?

1. Dengarkan Ceritanya

Saat ia bercerita, Anda bisa berperan sebagai alat perekam suara yang menerima semua perkataannya. Bercerita akan membuatnya lebih baik. Namun, bagi anak yang memiliki kecenderungan lebih tertutup dan diam, bercerita menjadi hal yang sulit.  Nah, jika Anda mendapati ada yang berbeda dari hubungan pertemanannya dan ia tidak kunjung memulai bercerita, Anda bisa mencoba memancingnya dengan pertanyaan “Lily, kok, sudah lama tidak main ke sini, ya?”. Pertanyaan tersebut diharapkan bisa memancingnya untuk bercerita.

2. Tidak Menginterupsi dan Menyalahkan

Siapa, sih, yang suka dipotong saat sedang bicara? Anak-anak pun begitu. Jangan sampai Anda memotong ceritanya, apalagi menyalahkan dan menyudutkannya tentang apa yang ia alami dengan pertemanannya dan keputusan yang diambilnya. Anak-anak datang pada Anda untuk bercerita karena menginginkan empati atau bahkan sebuah pembelaan. Menyalahkannya hanya akan membuatnya enggan bercerita pada Anda di kemudian hari.

3. Menunjukkan Empati

Saat ia sedang bercerita, Anda bisa menunjukkan empati seperti mengatakan, “Hmm.. kamu kesal sekali ya, pasti.” Dengan mendapat empati Anda, ia akan merasa lebih tenang dan dapat berusaha mengendalikan emosinya.

4. Berhati-hati Berkomentar

Orang dewasa sekali pun tetap harus berhati-hati komentar saat sedang mendengarkan curhat sang anak. Jaga agar Anda tidak keceplosan mengeluarkan kata-kata yang menyudutkan teman anak Anda. Hal ini bisa memperbesar kebencian sang anak pada temannya. Selain itu, juga berpotensi membuat anak Anda jemawa karena merasa dirinya paling benar dalam kejadian tersebut.
Sebaiknya, Anda berada pada posisi netral. Namun, hal ini tentu berbeda apabila anak Anda berhenti berteman dengan seseorang karena bullying.


5. Investigasi

Permusuhan anak mungkin akan berlangsung beberapa lama. Sebelum menjadi demikian parah, Anda bisa membantu ia menyelesaikan hal tersebut. Cara awal yang Anda perlukan adalah dengan melakukan investigasi. Tangkap apa saja yang menjadi inti masalah dari anak Anda.
 
Namun, jangan jadikan ia satu-satunya sumber. Anda bisa mencoba mencari tahu dengan mengamati keseharian si kecil, menanyakan ke guru atau ke teman-teman yang lain. Dengan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi secara obyektif, Anda bisa melaju ke tahap berikutnya


6. Evaluasi Bersama Si Kecil

Anda bisa mengajaknya bercerita dan menanyakan pendapatnya tentang apa yang sebetulnya terjadi di antara ia dan temannya. Anda bisa mencocokkan perkataannya dengan data yang Anda miliki. Jika ada fakta yang tidak sesuai, jangan tuduh ia sebagai “pembohong” atau “tukang mengarang cerita”. Sebaliknya, ajak ia evaluasi apa yang menyebabkan ia bermusuhan. Apakah hal tersebut karena ada satu sikapnya yang menyakiti temannya atau membuat temannya terganggu. Jika iya, ajarkan ia untuk memperbaiki hal tersebut agar kejadian yang sama tidak berulang di pertemanan yang lain.

7. Mengajak Mengingat Masa Pertemanannya

Pertemanan seorang anak akan menuju ke tahap lebih serius atau bermakna saat memasuki usia 6 atau 7 tahun. Artinya, di usia tersebut mereka mulai mengerti definisi teman dan mulai memilih-milih teman. Mereka akan berteman dengan anak yang memiliki kesamaan ketertarikan dengannya atau anak yang selalu mau berada dengannya saat suka maupun duka.
 
Anda bisa mengajak anak Anda untuk merenung dan mengingat-ingat kembali hubungan pertemanannya. Anda bisa coba memantik ingatannya dengan mengatakan, “Padahal dulu kalian selalu bersama, lho. Kalau sudah main berdua sampai susah dipisahkan.” Saat ia sudah mulai mencoba mereka-reka tentang hubungan pertemanannya, Anda bisa sambung dengan, “Apa nggak sayang kalau sekarang tidak berteman lagi? Kan, kalau kalian berteman lagi, kalian pasti jadi tim tenis yang hebat. Ingat nggak, waktu kamu menang pertandingan. Itu kamu satu tim sama dia, lho.”


8. Mengajarkan Minta Maaf

Maaf mungkin menjadi salah satu kata yang paling sulit diucapkan bagi anak-anak. Tapi dengan segala kelembutan Anda, Anda bisa mendorongnya untuk meminta maaf pada teman apabila memang ia lah yang bersalah pada kejadian tersebut.

9. Mengajarkan Menjadi Pemaaf

Apabila memang diketahui bahwa bukan anak Anda yang bersalah dan menjadi penyebab permusuhan, Anda perlu mengajarkannya untuk memaafkan kesalahan temannya. Ajarkan padanya tentang indahnya memaafkan.
 
 
Baca juga:
Anak Sering Bermusuhan dengan Teman
Ketika Anak dan Teman Bertengkar
Anak Mudah Marah, Wajarkah?
Ini Cara Anak Menyalurkan Amarah
Solusi Hadapi Anak Pemarah
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: PIXABAY
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia