Tahap Tumbuh Kembang Bakat Anak


Pernah merasa khawatir dengan masa depan anak Anda? Apa pekerjaannya kelak? Apa profesi yang tepat untuknya? Bukik Setiawan, ahli bakat anak, penulis buku Bakat Bukan Takdir, menuturkan pengalamannya menemani tumbuh kembang bakat putrinya, Ayunda Damai (10). Berikut kisahnya.

Asyiknya Eksplorasi
Sejak Damai kecil, kami memberi banyak stimulasi dalam bentuk permainan. Permainan yang kami maksud adalah aktivitas menantang tanpa target khusus. Semangatnya lebih pada eksplorasi, agar anak mendapat kesempatan mencoba beragam aktivitas. Kami membacakan cerita dari buku, agar anak mengeksplorasi kecerdasan aksara. Kami ajak bermain lego, agar anak mengeksplorasi kecerdasan logika dan imajinasinya. Di lain kesempatan, Damai melihat latihan menari agar dia mengeksplorasi kecerdasan tubuh dan musik. Kami juga mengenalkannya tumbuhan dan hewan yang ada di sekitar, agar dia mengeksplorasi kecerdasan alam. Bermain flying fox? Ya! Agar anak merasakan kecerdasan tubuhnya. Agar mengenal kecerdasan musiknya, Damai kami ajak bermain gamelan.

Sementara, agar dia mengenal kebutuhan dan aspirasinya, serta kecerdasan diri, kami banyak mengajukan pertanyaan dan meminta pendapatnya. Saya mendongeng interaktif agar Damai bisa merasakan kecerdasan aksara dan kecerdasan relasi. Dan, masih banyak lagi pilihan aktivitas yang kami kenalkan kepadanya. Meski bertujuan eksplorasi, manfaat aktivitas-aktivitas bermain sebenarnya lebih besar lagi. Bermain mungkin terkesan tidak serius. Tapi melalui permainan, perilaku alami anak justru muncul. Selain anak gembira bermain, kami pun jadi lebih memahami anak.

Siklus Perkembangan Bakat Anak
Setelah eksplorasi, lalu apa yang harus saya lakukan? Bingung. Lalu, saya mencoba mencari bermacam referensi lewat buku dan internet. Sampai suatu ketika saya menemukan penjelasan dari Howard Gardner, seorang profesor psikologi pendidikan sekaligus konseptor dari teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Gardner menjelaskan tahapan sejak awal anak mengenali kecerdasan majemuk hingga tahap kreatif. Sayangnya, penjelasannya terlalu singkat, hanya dua halaman. Penjelasan pokok-pokoknya saja, tapi tidak menjabarkan apa yang harus saya lakukan sebagai orang tua dalam menyiapkan anak untuk berkarier cemerlang.

Berdasar kesulitan tersebut, saya menyusun sebuah konsep yang saya sebut sebagai Siklus Perkembangan Bakat. Fase awal dari siklus ini telah kami praktikkan pada anak. Fase akhir dari konsep ini sudah saya praktikkan sendiri, sehingga saya pun berani mundur sebagai PNS (Dosen). Siklus perkembangan bakat, terdiri dari 4 fase. Diawali dari fase eksplorasi (0 - 7 tahun), belajar mendalam (7 - 13 tahun), arah karier (Di atas 13 tahun) hingga fase berkarier (di atas 18 tahun).

Ajak Anak Mengenal Dirinya
Pada fase eksplorasi, fase yang telah saya lakukan bersama anak, ada 3 tugas yang harus dilakukan orang tua yaitu stimulasi, kenali dan refleksikan kecerdasan majemuk anak. Setelah memberikan stimulasi dan mengenali kecerdasan majemuk sebagaimana saya ceritakan di awal tulisan, saya pun lakukan refleksi bersama Damai. Prosesnya sederhana, ngobrol kecil bersama Damai, tentang maskot-maskot kecerdasan majemuk yang saya buat sendiri. Dari obrolan ringan ini, membantu anak untuk lebih mengenal kelebihan dirinya.

Fase berikutnya adalah fase belajar mendalam. Ada 4 tugas perkembangan bakat, yaitu fokus belajar, gemar belajar, tekun belajar dan belajar mendalam. Fokus belajar adalah proses memandu anak untuk menentukan sendiri bakat yang akan jadi fokus pengembangan. Dari berbagai pilihan yang kami diskusikan, Damai memilih piano dan menulis di blog sebagai fokus belajarnya. Setelah fokus belajar, tantangan perkembangan bakat anak semakin menantang, yakni menumbuhkan kegemaran belajar anak. Belajar karena suka, bukan karena ujian atau karena ikut lomba.

Mulai Merancang Arah Kariernya
Hari-hari ini kami terus bergembira menemani Damai mengembangkan bakatnya pada fase belajar mendalam. Damai menyusun portofolio bakatnya di dua kanal utama, yaitu blog untuk bakat menulisnya, dan kanal Youtube untuk bakat bermain pianonya. Apakah Damai akan jadi penulis? Atau, jadi pemain piano? Masih jauh. Damai belum masuk Fase Arah Karier. Pada fase itu, Damai akan mengeksplorasi ekosistem bakatnya dengan terlibat langsung di dalamnya. Meski telah mulai dilakukan sekarang, nantinya upaya mengenalkan hasil karya bakatnya pada masyarakat luas akan dilakukan lebih intensif.

Berdasarkan hasil fase belajar mendalam dan eksplorasi ekosistem bakat, Damai akan menyusun arah kariernya yang akan jadi dasar baginya dalam menentukan pilihan jurusan dan profesinya. Pilihan yang akan kami hormati, karena kami tahu pilihan itu berdasarkan proses panjang sejak kecil. Siklus perkembangan bakat menghubungkan proses tumbuh kembang anak dengan pengembangan karier di masa dewasa. Fase eksplorasi membuat anak menyadari kecerdasan majemuknya. Fase belajar mendalam membuahkan kebiasaan belajar yang tangguh dan mandiri sekaligus penguasaan satu atau lebih bakat. Capaian arah karier adalah anak mempunyai arah karier yang kuat sesuai potensi dan impiannya yang telah teruji dalam fase sebelumnya. Dengan semua capaian itu, anak lebih siap untuk berkarier.

Saya, sebagaimana orang tua lain, tidak ingin terlambat. Saya tidak ingin anak-anak kita menjelang lulus kuliah masih saja gagap menjawab setelah lulus mau jadi apa. Pengembangan bakat anak bukan aktivitas sambilan di tengah kerja keras mengejar nilai dan ijasah. Bukan pula tentang menjadi juara di berbagai lomba. Pengembangan bakat anak adalah cara kita membantu anak menyadari siapa dirinya, berkarya, dan memberi manfaat sesuai kekuatan dirinya. Pengembangan bakat anak adalah tentang masa depan anak-anak kita. Mari stimulasi, kenali, dan kembangkan bakat anak!


 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia