Trik Agar Anak Preteen Mau Tidur Lebih Cepat


 

Mama dan papa mungkin masih ingat masa-masa sekolah dulu. Kita belajar mati-matian sampai larut malam, karena besok ada ulangan. Pagi hari, masih terkantuk-kantuk kita berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah masih ngantuk. Jam pertama, kedua, dan di jam ke tiga kertas ulangan dibagikan. Mata makin berat, jantung semakin kencang berdebar, guru menuliskan soal di papan tulis. Tulisan guru tampak buyar, pikiran kita pun ambyar. Apa yang sudah kita pelajari terbang dari otak kita.
 
Sebuah artikel dalam situs National Sleep Foundation menyebut, tidur adalah makanan buat otak. Anak usia 6 sampai 13 tahun memerlukan waktu tidur malamnya selama 9 – 11 jam. Tapi, kita kerap merasa cemas melihat anak kita tidurnya lama sekali. Padahal kalau anak kurang tidur, berarti makanan untuk otaknya pun kurang.

Yang terjadi pada otak saat kita tidur
Apaan, sih, marah-marah nggak jelas? Mama pernah bingung mendapati anak mengamuk, banting pintu kamar, mengunci pintu, dan mendekam di kamar. Setelah mengamuk, dia tertidur sampai sulit dibangunkan.

Mungkin ia lelah. Begitu pikir kita, ya, Ma. Betul, kurang tidur membuat anak kelelahan. Riset menunjukkan bahwa kurang tidur bisa merusak suasana hati dan memicu depresi. Suasana hati yang buruk dan depresi akan kembali membuat anak sulit tidur. Untuk memutus siklus itu, ahli tidur menyarankan agar orang tua fokus pada kebiasaan tidur yang sehat. Anak-anak besar ini harus mulai tidur lebih awal untuk mendapat jam tidur sebanyak 8 - 10 jam semalam. Ini harus konsisten, dan anak dibangunkan terjadwal selama seminggu termasuk week end.

Tapi kalau Mama menjelaskan soal itu ke anak-anak yang beranjak besar ini, pasti mereka cuma tertawa. Tidur sore? Memangnya aku bocil? Mama nggak tahu kalau ada yang namanya gadget, ada medsos yang menghubungkan aku dan teman-temanku 24 jam?

Gunakan pendekatan yang asyik, Ma. Bicara dengan anak baru mau gede sebetulnya tidak terlalu sulit, asalkan Mama punya data akurat. Anak-anak zaman now senang diajak bicara agak ilmiah. Coba jelaskan ini: 

 

  • Kamu mau tumbuh setinggi apa? Tinggi badan seseorang selain ditentukan oleh faktor genetik, juga ditentukan oleh asupan gizi dan kecukupan tidurnya. Mengutip kata Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), ahli tumbuh kembang (dalam acara Ngobrol Bareng di IG Live Ayahbunda), hormon pertumbuhan muncul pada jam 11 malam. Kalau jam 10 malam anak sudah lelap atau tidur fase deep sleep, hormon pertumbuhan akan bekerja maksimal. Tidur siang tidak ada gunanya, karena tidak ada hormon pertumbuhan di jam itu. Puncak pertambahan tinggi badan terjadi pada usia 14 – 16 tahun pada anak perempuan. Sedangkan pada anak laki-laki terjadi pada usia 16 – 19 tahun. 
     

  • Kamu mau pintar atau pas-pasan? Kecerdasan seseorang diturunkan dari orang tua. Tapi kepandaian diperoleh dari belajar, berlatih, dan tidur cukup. Karena tidur cukup berarti memberi kesempatan pada kotak memori di otak untuk menyimpan berbagai informasi atau ilmu yang sudah kita pelajari. Kalau otak terus menerus dipaksa bekerja – ibarat gelas yang dipaksa diisi terus sampai luber, ilmu di kotak memori yang ingin kita panggil kembali saat ulangan, hilang. Kurang tidur malah membuat kita jadi pelupa.
     

  • Menjadi tukang ngambek itu nggak asyik, nggak punya teman. Kurang tidur dapat mengganggu kerja otak yang bernama amigdala – yang mengatur emosi. Kalau kurang tidur, amigdala meningkat aktivitasnya sehingga kita tidak dapat mengendalikan perasaan buruk. Kita jadi mudah tersinggung.
     

  • Kurang tidur membuat kita jadi rakus. Karena kurang tidur, kita jadi mudah lelah. Dalam keadaan lelah, kita cenderung ingin makan apa saja untuk mendapatkan energi segera. Biasanya anak-anak akan memilih makanan tinggi kalori seperti donat, junk food, dan jadi mager (malas gerak). 
     

Konsisten membantu anak
Apa pun kata anak, Mama harus konsisten mendisiplin jam tidurnya. Pola tidur yang sehat harus dijalani oleh anak selama masa tumbuh kembangnya. Karena sejalan dengan perkembangan usia dan bertambah aktivitasnya, jam tidurnya akan berkurang dengan sendirinya.
 
Beri kesempatan anak di sore hari untuk melakukan aktivitas fisik untuk mengimbangi aktivitas otaknya selama di sekolah. Aktivitas fisik akan membuat peredaran darah lancar, sehingga otak mendapat oksigen lebih baik. Sehingga ia masih punya energi untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan tugas sekolahnya.
 
Minta anak untuk melakukan aktivitas yang lebih santai sebelum tidur malam, misalnya membaca novel kesukaannya, bukan nonton YouTube. Jaga juga makanannya, hindari makanan dan minuman yang mengandung gula sebelum tidur malam, karena gula akan meningkatkan energi dan membuatnya sulit tidur. Keluarkan laptop dari kamarnya, dan minta supaya ia tidak tidur dengan ponselnya.


Baca juga:
7 Kesempatan Emas yang Terlewat Akibat Si Kecil Kurang Tidur
5 Fakta tentang Tidur Siang
5 Tahap Perkembangan Anak Usia Praremaja
Komunikasi dengan anak praremaja
2 Hal yang Bikin Tidur Anak Lebih Nyenyak
 

IMMA RACHMANI
FOTO: FREEPIK

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia