Kapan Anak Bisa Terpapar Kuman?

Di era fobia kuman seperti sekarang ini, sah-sah saja kalau kita merasa bersalah karena memberi dot yang sudah jatuh ke lantai pada si kecil (tanpa dibersihkan dulu, lagi). Nyatanya, nyaris mustahil bisa selalu mensterilkan anak Anda dari kuman. Simak delapan jalan pintas yang sama sekali tak akan mengganggu kesehatan si kecil (plus menghemat waktu Anda).

Membersihkan tangan dengan tisu basah setelah mengganti popok
Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat adalah cara terbaik menjaga kebersihan tangan. Tapi, tisu basah bisa juga  mengenyahkan sebagian besar kuman yang ‘ikut’ bersama pup, kata Arjun Srinivasan, M.D., medical epidemiologist di Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta.
Bila membersihkan tangan dilakukan di perjalanan, ia merekomendasikan menggunakan tisu basah, busa, atau cairan pembersih tangan berbasis alkohol. (Pastikan semua kotoran yang menempel di tangan sudah bersih, ya).

Memberi anak sesuatu yang sudah jatuh ke lantai
Dalam banyak kasus, kontak langsung dengan lantai bukanlah sesuatu yang perlu dicemaskan. Nyatanya, kuman di atas lantai tidak lebih tinggi risikonya bagi kesehatan ketimbang dengan yang ada di permukaan meja. Kalau anak menelan bakteri, “Asam lambung akan melindunginya terhadap banyak hal,” kata Michelle Bender, M.D., dokter anak di Short Hills, New Jersey.
Menyeka kotoran dengan blus atau saputangan mungkin bisa menyingkirkan beberapa kotoran yang bisa dilihat dengan mata, dan jauh lebih baik ketimbang membersihkan kotoran dengan mulut Anda.

Melewatkan gosok gigi
Ternyata, satu atau dua  hari tanpa membersihkan gigi tak akan menimbulkan masalah besar, menurut Cynthia Sherwood, dokter gigi di Independence, Kansas, dan jurubicara Academy of General Dentistry. Sebelumnya, Anda mesti benar-benar memerhatikan apa yang dimakan anak sebelum tidur malam. Gigi wajib dibersihkan setelah ia makan makanan penyebab gigi berlubang, yakni karbohidrat dan makanan yang asam. Jika gigi sudah pernah ditambal, ia harus menggosoknya setiap hari. Atau, paling tidak minta anak untuk berkumur-kumur dengan air, lalu dikeluarkan lagi untuk mengurangi asam plus membilas partikel-partikel makanan yang masih menyelip.

Tidak menyapu atau menyedot debu
“Orangtua begitu mencemaskan debu,” kata James Sublett, M.D., direktur divisi alergi dan imunologi bagian kedokteran anak di University of Louisville School of Medicine, Kentucky. Tapi, biang keladi alergi sesungguhnya adalah tungau dan partikel mikroskopis lain yang bersarang di karpet, seprai, selimut, dan kain pembungkus sofa. Mencuci seprai, sarung bantal, dan sarung guling dengan air panas – idealnya seminggu sekali – akan membuatnya tetap bersih.
“Alat penyedot debu bisa mengacaukan fragmen-fragmen yang mengganggu, seperti serpihan kulit hewan dan pemicu alergi lain.” Sublett menyarankan menggunakan alat penyedot debu dengan penyaring HEPA atau High Efficiency Particulate Air filter (bisa menyaring debu yang ukurannya amat kecil) dan, kalau si kecil alergi, lakukan saat pergi cukup lama (beberapa jam, misalnya). Untuk permukaan lantai yang halus, seperti lantai keramik atau kayu, bersihkan dengan kain pel saja.

Tidak mengganti air mandi setelah anak pipis di dalamnya
“Urin itu steril,” kata Ivy Faske, M.D., dokter anak di Palm Beach Gardens, Florida. “Lagipula, Anda tidak mengekspos anak terhadap kuman.” (Walau kedengarannya sangat jorok!), pipis di kolam renang umum juga kecil risikonya untuk mengganggu kesehatan.

Membersihkan wajah anak dengan air liur Anda
Air liur bukan media pembersih yang ideal, karena bisa menghantarkan penyakit. Meski demikian, air liur memiliki beberapa elemen antibakteri, yakni melindungi dan membasuh gigi serta mulut Anda. “Asalkan Anda tidak sedang sakit, kemungkinan besar, sih, tak akan membahayakan,” ujar Dr. Faske. Intinya: Ini hanya berlaku selama Anda hanya menggunakan sedikit air liur untuk bagian wajah si kecil (dan bukan, katakanlah, untuk menyeka matanya).

Anak memakai lengan baju sebagai ‘saputangan.’
“Ingus yang telah mengering pada pakaian anak aman-aman saja, kok,” kata Dr. Edwards. “Setelah mengering, cairan tersebut tidak akan menyebarkan infeksi lagi.” Menggunakan lengan baju untuk menyeka ingus masih lebih baik ketimbang membiarkan ingus jatuh di atas permukaan tempat umum. Ini karena cairan tersebut bisa menyebarkan kuman pada orang lain.

Tidak memakai tisu basah saat mengganti popok basah
Kalau penyebab popok basah hanyalah urin, Anda tidak harus selalu menggunakan penyeka, menurut Dr. Bender: “Daya serap popok masa kini begitu hebatnya, sehingga bisa menyerap semua urin dari kulit bayi.” Karena urin adalah cairan yang bersih, tak apa-apa membiarkan sejumlah kecil urin di kulit anak mengering, kecuali kalau kulitnya ruam akibat popok atau ada pup di popok. Jadi, pastikan saja kulit anak tidak lembap. Caranya? Biarkan kulit anak kering (di udara terbuka) sebelum Anda memakaikan popok baru.

Pada akhirnya, “Santai-santai sajalah dalam menjaga kebersihan anak,” kata Dr. Bender, mama 3 anak yang terpaksa mengangkat bahu saja ketika putranya makan remah kue yang diambil dari lantai sebuah toko roti. “Kalau tubuh kita sangat sensitif, bisa-bisa kita sakit terus!”

PAR 0408

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia