Tangani Fimosis dengan Sunat

Fimosis bisa dialami anak laki-laki, yang dapat ditangani dengan proses sunat. Kondisi ini merupakan penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga kepala penis tidak bisa terbuka sepenuhnya.


Ismawati adalah satu dari sekian banyak mama yang telah membuktikan manfaat sunat bagi kesehatan. Di usianya yang baru 10 bulan, Farhan (sekarang 1,5) terpaksa harus disunat gara-gara mengalami fimosis.


“Diawali dengan demam tinggi, dan dokter mendiagnosa telah terjadi infeksi pada tubuh Farhan. Kemungkinan infeksi terjadi di ujung penis karena terlihat kemerahan. Dokter juga memperhatikan bahwa kulit di ujung penis Farhan susah terbuka dengan penarikan normal,” cerita mama yang berdomisili di Cipayung, Jakarta Timur, ini. 


Ketika demam tinggi terjadi lagi dalam kurun waktu dua minggu, dokter menyarankan Isma untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah anak.


“Kata dokter, jika fimosis dibiarkan, kotoran-kotoran yang tertinggal di ujung penis akan sering menimbulkan infeksi. Anak pun lebih sering demam. Bisa-bisa masa pertumbuhan anak akan terganggu akibat bolak-balik sakit,” ujar Isma menirukan penjelasan dokter anaknya. 


Dokter memberi pilihan pada Isma dan suaminya, apakah menyunat Farhan untuk mengatasi fimosisnya, atau membiarkan saja fimosisnya hingga hilang dengan sendirinya seiring pertumbuhan anak. Meski ada rasa tak tega karena harus menyunat putranya di usia 10 bulan, toh, Isma akhirnya memilih melakukannya. “Saya tidak berani mempertaruhkan kesehatan Farhan,” kata mama dari dua anak ini. Benar juga. Paska sunat, fimosis tak pernah datang lagi.  


Baca juga: Persiapan Sebelum Sunat pada Anak Laki-laki


 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia