Taktik Mendisiplinkan Anak Tanpa Berteriak

Ada 4 taktik efektif yang diusulkan Patty Dow, pembicara dalam sebuah parent workshop bertema "How to Master Positive Discipline Strategies”, untuk membuat anak mengerti bahwa kita tidak menyukai perbuatannya.

Empat taktik tersebut yaitu:
 
Taktik 1
Merendahkan suara
Ini saatnya Anda merendahkan suara! Menurut Patty, saat Anda ingin si kecil melakukan sesuatu, perintahkanlah dengan suara berbisik dan gunakan bahasa deskriptif (bukan dengan kata-kata ancaman "Tidak boleh!"). Cara ini akan membuat si kecil menurut pada Anda.

Taktik ini dicoba oleh salah seorang peserta workshop, Francesca Castagnoli, mama dari Conrad (6) dan Dashiell (3) yang tinggal di Montclair, New Jersey. Sebelum tidur, Conrad dan Dashiell punya kebiasaan bertengkar di tempat tidur. Francesca bersemangat untuk mencoba taktik Patty: Ia membungkuk, meletakkan kepalanya di antara anak-anak yang sedang ribut, dan berbicara seserius mungkin dengan suara rendah (nyaris berbisik), "Kalian berdua perlu sikat gigi sementara Mama akan bernyanyi." Francesca kemudian menyanyikan sebuah lagu anak-anak (tentu dengan suara berbisik) yang diingatnya.

Sesaat, keduanya terkejut sang mama tak berteriak marah seperti biasanya jika mereka membuat kegaduhan. Setelah terpana selama beberapa detik, mereka pun berjalan ke kamar mandi dan menyikat gigi selama hampir dua menit. “Kali ini, lagu yang saya nyanyikan menggambarkan hal-hal apa saja yang perlu mereka lakukan selanjutnya: ‘Sekarang, pakailah piyamamu, dan pilih buku cerita yang ingin kamu baca.’ Ajaib, dengan suara pelan, tapi mereka mendapat pesan secara jelas.”

Taktik 2

Sembunyi 15 menit
Salah satu yang paling saya inginkan sepulang dari kantor adalah bermain dengan Kafka. Tapi, ada kalanya saya merasa sangat lelah dan tak memiliki energi lagi begitu menginjakkan kaki di rumah. Belum lagi menghadapi rentetan pertanyaan dan permintaan Kafka yang begitu antusias melihat saya sudah pulang. “Aku mau mewarnai buku ini, Ma!”, “Mama bawa kue buatku, nggak?” Ketika tanggapan saya tidak seperti yang diharapkannya, ia mulai berulah, mungkin untuk mencari perhatian saya. Entah dengan mewarnai tembok, atau melompat-lompat di tempat tidur.

Menurut Patty, sepulang kantor adalah saat dimana Mama paling sering berteriak. Penyebabnya, karena Anda seolah tak memiliki waktu untuk diri sendiri setelah seharian bekerja. Coba trik Patty: Tanpa sepengetahuan anak, cobalah menyelinap masuk ke dalam rumah lewat pintu samping, langsung menuju ke kamar Anda. Anda cukup hanya berdiam diri di kamar, sambil memikirkan dan merasakan apa yang sebenarnya Anda butuhkan saat itu. Apakah saat itu Anda sedang lapar, atau stres karena pekerjaan yang belum selesai. Lakukan perenungan ini selama 15 menit. Setelah itu, Anda pasti akan merasa jauh lebih siap untuk menghadapi anak-anak.

Taktik 3

Mengingat usianya
Hari Sabtu, dimana Anda berharap bisa merasakan ketenangan di pagi hari, juga bisa dihiasi oleh ulah si kecil. Seperti yang dialami Francesca saat ia sedang membacakan komik kepada Conrad. Sang adik, Dashiell, karena merasa bosan dan diabaikan, mengambil salah satu mainan Lego milik Conrad dan melemparkannya ke lantai. Conrad menjerit dan marah. Tapi, alih-alih berteriak pada Dashiell, "Kenapa kamu merusak mainan kakakmu?", Francesca hanya memandang Dashiell sejenak dan berkata, "Apakah kamu berumur tiga tahun?" untuk mengingatkan dirinya sendiri bahwa anak memang baru berusia 3 tahun. Menurut Patty, trik ini mengingatkan Anda dengan segera betapa anak akan bertindak sesuai dengan usianya.

“Saya sadar, Dashiell baru berumur 3 tahun, dan dia merasa cemburu. Jika saya baru hidup selama 36 bulan di bumi ini, mungkin saya juga akan merusak barang-barang ketika sedang marah.” Cara ini sangat efektif untuk Francesca dan suaminya, sehingga ia setia menggunakan cara ini sampai sekarang.

Taktik 4
Gunakan bahasa deskriptif
Bagi Francesca, taktik Patty yang paling berkesan adalah konsep menggunakan bahasa deskriptif yang tidak mengancam. Saat ia menemukan anak-anaknya sedang ‘sibuk’ melukis lantai di ruang bermain, ia memilih untuk mengatakan "Mama melihat cipratan cat di lantai dan itu membuat Mama marah karena kalian tidak mengalasi lantai terlebih dahulu. Sekarang, ambil lap dan bersihkan!" daripada "Nah, siapa lagi ini yang mengecat lantai menjadi biru?"

Tapi, bahasa deskriptif memang perlu keterampilan khusus. Pada awalnya, sangat melelahkan bagi Francesca untuk menegur sebuah pelanggaran dengan bahasa deskriptif yang datar dan akurat.


 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia