Mengukur Perkembangan Tubuh Ideal Anak



Selain dari berat badannya, pertumbuhan anak juga bisa dipantau melalui pertambahan panjang atau tinggi badannya. Pengukuran yang biasa
dilakukan adalah perbandingan tinggi badan terhadap usia anak atau tinggi badan terhadap BB anak. Untuk keperluan ini, baik WHO dan CDC mengeluarkan kurva pertumbuhan tinggi badan anak. Kurva pertumbuhan WHO ditujukan untuk anak di bawah usia 5 tahun, sedangkan kurva pertumbuhan CDC terbagi menjadi untuk anak usia 0 - 3 tahun dan 2 - 20 tahun. “Khusus balita, Indonesia menggunakan kurva pertumbuhan WHO sebab lebih sesuai untuk anak-anak kita,” kata DR. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), dokter anak di sub bagian tumbuh kembang RS Bunda, Jakarta.

Parameter pertumbuhan berikutnya adalah Body Mass Index alias Indeks Massa Tubuh. Sebenarnya, IMT merupakan parameter untuk skrining kasar obesitas. Pengukurannya dilakukan berdasarkan perhitungan berat badan (dalam satuan kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam satuan m). Untuk orang dewasa, IMT cukup dilihat berdasarkan angka yang dihasilkan dari rumus di atas, sedangkan untuk anak, angka yang dihasilkan lagi-lagi harus diplot dahulu dikurva pertumbuhan anak berdasarkan IMT. Misalnya, seorang anak laki-laki usia 4 tahun memiliki BB 24 kg dan tinggi badan 120 cm (1,2 m), ini berarti IMT-nya 16. Angka tersebut tergolong underweight pada tabel IMT dewasa (IMT sehat adalah 18,5 – 24,9), tapi saat diplot di kurva pertumbuhan, anak dengan IMT 16 tersebut masih termasuk sehat. Alasan penggunaan kurva masih sama, yaitu
memudahkan orang tua dan tenaga kesehatan memantau garis tren pertumbuhan anak.

Masih ada cara pengukuran lainnya, yakni LiLA atau Lingkar Lengan Atas. Pengukuran ini biasanya dilakukan untuk skrining kurang gizi. “Pengukuran dilakukan oleh tenaga kesehatan pada bagian tengah lengan kiri anak karena lengan ini jarang digunakan untuk beraktivitas. Setelah lingkar lengan atas anak diukur, barulah bisa dilihat pada tabel apakah anak termasuk kurang atau cukup gizi,” kata dr. Rini.

Menurut dr. Rini, orang tua bisa belajar mengukur berat, tinggi badan, dan indeks massa tubuh anak secara tepat, lalu memplotnya di kurva pertumbuhan. Para orang tua nampaknya memang sering lupa memantau aspek pertumbuhan lain dari anak, “Seolah pertumbuhan yang baik hanya memerlukan parameter berupa BB. Jadi, ketika ke dokter, jangan lupa konsultasikan parameter pertumbuhan anak yang lainnya, ya,” dr. Wati menambahkan. Nah, untuk mendapatkan kurva BB anak, TB anak, dan BMI yang bisa dicetak, serta cara membuat plot di kurva pertumbuhan tersebut, mama bisa klik di www.parenting.co.id.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia