Panduan Hadapi Keadaan Darurat

Berikut tips lain yang perlu Anda ketahui bila menghadapi kasus-kasus darurat anak yang paling menakutkan.

Kejang demam
Adalah reaksi terhadap demam oleh otak anak yang belum matang. Umumnya, dialami sekitar 2%-5% dari seluruh anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Munculnya mendadak, tanpa ada gejala awal. Untungnya, tidak ada kerusakan kognitif atau gangguan perilaku dalam jangka panjang. "Kejang demam biasanya perlu dievaluasi segera, namun kebanyakan tidak membahayakan," tutur Kathy Shaw, M.D., pimpinan kepala emergency medicine di Children’s Hospital of Philadelphia. Sebagian besar kasus tergolong ringan, artinya berlangsung kurang dari 10-15 menit dan tidak berulang lagi dalam 24 jam. Umumnya, anak akan dievaluasi dan boleh pulang, serta oke-oke saja.

Tetapi, ada sejumlah kecil kasus dimana anak dengan kejang demam mengalami kondisi kesehatan yang lebih serius, seperti meningitis (lihat halaman berikut). Dan beberapa mengalami kejang yang lebih kompleks & lamanya kejang lebih dari 15 menit atau kejang berulang dalam sehari yang menunjukkan kemungkinan adanya ayan atau epilepsi. (Jangan panik dulu, karena kejang demam yang ringan tidak akan memicu timbulnya ayan.)

Anda tidak bisa betul-betul mencegah kejang demam. Seringnya, kasus ini timbul ketika demam setinggi 39,4oC atau lebih. Anda perlu tahu bahwa segera memberi obat penurun panas setelah anak mulai demam bukanlah jaminan ia akan pasti terhindar dari kejang demam. Bila kejang demam terjadi ketika anak berusia di atas 18 bulan, peluang berulangnya sebesar 30%. Angka kejadian bisa lebih sering lagi jika kejang diturunkan dalam keluarga, juga ketika bayi berumur 18 bulan atau di bawahnya ketika ia pertama kali mengalaminya, atau munculnya dipicu demam yang lebih ringan, misalnya 38,3oC.

Jadi, siap-siap saja. Bila ini merupakan serangan pertama, hubungi dokter. Tidak perlu membawanya ke UGD sendirian bila ia sedang kejang-kejang. Telentangkan anak di atas karpet agar ia tidak terjatuh atau kepalanya terbentur benda keras. Perlahan-lahan, miringkan kepalanya untuk mencegah tersedak (jangan masukkan apapun ke dalam mulutnya, termasuk obat). Tenangkan anak (buka kancing bajunya, kenakan pakaian yang tipis). Setelah itu, biarkan ia tidur dan barulah dibawa ke UGD. Kalau itu adalah serangan kedua dan kejang-kejang pertama termasuk ringan, Anda tidak perlu memanggil dokter (kecuali bila berlangsung lebih dari 5 menit). Begitu serangan berakhir, hubungi dokter anak atau bawa anak ke UGD untuk evaluasi.

Meningitis
Meningitis bakterial (disebabkan bakteri) bisa mematikan. Kabar baiknya adalah angka kejadian terus  berkurang karena kebanyakan anak sekarang diimunisasi dengan dua vaksin pelindung, yakni Hib dan pneumoccocal. Di Indonesia, serangan bakteri ini juga relatif langka. Kebanyakan kasus meningitis (radang selaput yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang) pada saat ini disebabkan virus, bukan bakteri, dan tidak membahayakan nyawa anak. Meski begitu, tetap saja termasuk kasus darurat karena meningitis bakterial harus tetap disembuhkan.

Tanda-tanda umum:

  • pusing
  • demam
  • leher kaku
  • keletihan

Hati-hati bila terjadi demam (yang ringan sekalipun) dan leher kaku. Bila anak mengalami kedua gejala tersebut, cepat-cepat bawa ke UGD.

Bagi bayi dan batita, yang notabene belum bisa bilang kalau lehernya kaku, coba lihat apakah ia kelihatan gelisah, hilang nafsu makan, muntah-muntah dan demam tinggi. Satu petunjuk: Anak terus-terusan gelisah. "Ketika rewel, biasanya bayi minta digendong dan dipeluk. Namun, hal ini malah membuat si kecil kesakitan karena jaringan saraf tulang belakang sedang meradang," ujar Dr. Shaw.

Bayi akan menangis lebih hebat lagi saat popoknya diganti karena merasa kesakitan ketika kakinya diangkat. Bila Anda sudah memberi obat penurun panas, itu sudah oke. Tetapi, segera hubungi dokter atau cepat menuju UGD begitu Anda menduga adanya gejala meningitis. Jangan tunda hubungi dokter anak, bila si kecil tampak sangat lesu, salah satu gejala penyakit sudah berlanjut.

Di UGD, si kecil mungkin akan disuntik pada celah ruas tulang belakang untuk mendiagnosa adanya meningitis bakterial. Ia juga akan diinfus antibiotika untuk berjaga-jaga kemungkinan kasus yang dideritanya dikarenakan bakteri. Bila virus yang jadi biang keladinya, anak tetap perlu diinfus bila ia dehidrasi, dan juga mendapat obat-obatan pengurang rasa sakit -- dan penurun demam --, serta diinapkan di rumah sakit selama 1-2 hari. Bila terkena meningitis bakterial, si kecil harus dirawat minimal selama seminggu, sampai meningitisnya hilang.

Tersedak

Bila anak kelihatannya seperti tersedak tetapi agak batuk-batuk, itu berarti saluran napas tidak seluruhnya terhambat, dan benda penghalangnya bisa keluar sendiri. Makanya, doronglah anak untuk batuk terus. Kalau ia tidak bisa batuk, bernapas, atau ngomong, lakukan tindakan P3K (catatan: ini hanya bila Anda sudah benar-benar mahir melakukannya ya!), lalu hubungi dokter begitu tidak berhasil. (Atau minta orang lain menghubungi dokter sambil Anda tetap melakukan P3K).

Begitu pernapasannya normal kembali, segera ke UGD untuk perawatan medis, sekalipun si kecil kelihatannya sudah sehat. Anak mungkin saja mengalami gangguan pernapasan, cedera perut saat dilakukan P3K, rusak jaringan di tenggorokan, atau otot-otot tenggorokan membengkak, menurut Palang Merah Amerika.


Cedera kepala

Sekitar 600.000 anak di Amerika Serikat dibawa ke UGD setiap tahunnya gara-gara cedera kepala. Kebanyakan sih, mereka terjatuh ketika berlari, naik atau turun tangga, atau terguling dari tempat tidur. Ada juga, anak yang cedera kepala saat berolahraga. Sebagian besar kasus cedera kepala termasuk ringan.

Sebenarnya, jatuhnya anak tidak termasuk kasus darurat, kecuali ia  pingsan, kejang-kejang, atau mengalami perdarahan hebat. Bila ini yang terjadi, atau ia agak linglung, pusing hebat, terus muntah-muntah, limbung, atau terganggu penglihatan atau ingatannya, cepat ke UGD.

Tetapi, jika gejalanya termasuk ringan (pusing sedikit, sekali muntah-muntah), telepon saja dokter anak. Bila Anda tidak berhasil menghubungi dokter, pantau kondisi anak selama 4-6 jam berikut bila kondisinya tidak memburuk. Boleh (dan aman) kok Anda memberinya acetaminophen atau ibuprofen untuk pusingnya. Dan jangan takut bila dia tertidurÑtetap diawasi saja. Begitu ia agak baikan, periksakan ke dokter anak besoknya.

Bila Anda membawanya ke rumah sakit, ia akan diperiksa fungsi sarafnya, seperti penglihatan, keseimbangan tubuh, dan gerakan. "Yang kami khawatirkan adalah beberapa kasus dimana terjadi perdarahan dalam yang harus diatasi," ujar Dr. Gorelick. Sekitar setengah dari anak-anak yang dibawa ke UGD karena cedera kepala diperiksa dengan CT scan, tetapi hanya sekitar 5% anak di antaranya yang betul-betul mengalami perdarahan dan banyak di antaranya termasuk kasus ringan dan tidak perlu dioperasi atau mendapatkan pengobatan khusus.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia