Bila Anak Alami Kesulitan Belajar

Jika Anda menduga anak mengalami kesulitan belajar, bawa saja ke psikolog. Kenapa? Agar anak diidentifikasi masalah yang dihadapinya. Apakah ia sekadar terlambat matang atau memang ada masalah saraf yang berujung pada kesulitan belajar. Menurut Annelia Sari Sani, S.Psi, psikolog di Klinik Psikologi RSAB Harapan Kita dan Petak Pintar – Center for Learning Problems, dalam penanganan kesulitan belajar, yang paling kuat plus cocok menjadi ‘kapten’ adalah psikolog. Kenapa?

“Berdasarkan pengalaman saya, psikolog lebih fleksibel karena bisa menjembatani antara orang tua dengan dokter, orang tua dengan terapis, terapis dengan dokter, terapis dengan sekolah, dll. Makanya, sebaiknya Anda bertemu psikolog dulu. Dan, karena penanganannya bukan secara individual, namun multidisipliner, akan melibatkan tim, yakni psikolog, dokter, terapis, sekolah, guru, dan orang tua. Ya, orang tua juga menjadi salah satu ahli bagi anaknya sendiri,” katanya lagi.

Ia melanjutkan, setelah diagnosisnya jelas, barulah psikolog akan merujuk apakah anak perlu ke dokter atau terapis. Bila ada gangguan organik, seperti kejang, trauma kepala, lama disadarkannya kalau bengong, dll, akan dirujuk ke dokter saraf. Jika tidak ada tanda-tanda ini, anak akan dirujuk ke terapis. Nah, terapis ini akan bekerjasama dengan guru sekolah sebagai suatu tim. Kenapa guru perlu dilibatkan? Anak, kan, menghabiskan hari-harinya di rumah dan sekolah.

“Jadi, psikolog itu menghadapi masalah anak ala helicopter view. Dan, penanganan anak harus holistik. Ia sadar dan mengerti kalau dirinya mampu atau pintar, namun pada kenyataannya tugasnya salah melulu. Ia pun bingung dan frustrasi. Ya, kesulitan belajar sering berdampak pada kondisi emosi dan sosial anak. Akibatnya, ia pun mogok sekolah. Itu sebabnya psikolog, terapis, guru, atau orang tua harus 1 suara dan melakukan terapi secara stimultan,” kata Anne.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia