3 Fase Perkembangan Anak Prasekolah


Menurut Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si, psikolog dan play therapist dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, lewat bermain, anak-anak prasekolah akan mengembangkan 3 ranah, yakni:
  •  KOGNITIF. Ini adalah dasar-dasar untuk belajar di sekolah nanti. Misalnya, ia belajar tentang ukuran, warna, bentuk, atau arah. Hal ini akan menjadi modal dasar berprestasi di bidang akademis nantinya.
  •  PSIKOSOSIAL. Ini meliputi anak belajar bergaul dengan anak lain, mengelola diri, serta melatih rasa percaya diri dan kemandirian.
  •  FISIK MOTORIK. Kondisi fisik motoriknya harus prima. Jika canggung gerakannya, ia tidak bisa mengikuti aktivitas dengan teman-teman sebaya secara fun dan skillful. Ia bisa tersisih dari pergaulan.
Nah, agar semua keterampilan anak berkembang secara optimal, ketiga ranah ini harus seimbang. Orang dewasa tetap diperlukan sebagai teman bermainnya. Karena, orang dewasa bisa memberi ide-ide, sehingga kemampuan anak berimajinasi dan pengetahuannya akan lebih luas. Pada usia 0 – 2 tahun, anak sangat memerlukan orang dewasa sebagai teman bermain. Usia 2 – 6 tahun, anak bermain dengan orang dewasa dan juga teman sebaya. Usia 6 tahun ke atas, anak akan lebih banyak bermain dengan teman sebayanya dan fungsi orang tua tidak sebesar waktu ia masih prasekolah.

 Ada berbagai hal yang harus diperhatikan oleh orang tua:
  •  Jangan memaksa anak. Jika anak tidak menyukai permainan yang dilakukan, Anda harus memodifikasinya sesuai karakter anak.
  •  Harus konsisten. Kalau mau anak belajar sesuatu, aktivitas ini harus dilakukan secara teratur. Pengulangan memudahkan anak memahami segala sesuatu.
  •  Durasi. Cari tahu apakah anak ‘tahan’ bermain selama 10 menit, 15 menit, atau 30 menit. Permainan disesuaikan kebutuhan anak.
  •  Jangan mementingkan target. Selain membuat anak stres, orang tua pun bisa frustrasi bila anak tidak mencapai target.
(foto: fotosearch)

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia