Kenali Gejala Kejang Anak

Kejang adalah salah satu bentuk gangguan saraf. Sekitar 2-5 persen anak akan mengalami kejang sebelum berusia 3 tahun.

Sedangkan sebagian besar anak mengalami kondisi seperti kejang, padahal bukan kejang. Keadaan ini terutama terjadi pada anak yang sebelum dan sesudah kejadian tidak merasa sakit. Menurut Kevin Chapman, dokter anak sub spesialis saraf di Phoenix, Amerika, berikut beberapa contoh kejadian yang seperti kejang:

1. Yang terjadi : saat makan, bayi meregangkan punggung dan melebarkan tangan.
Artinya : Gastroesophageal Reflux (GER), masalah pencernaan umum
Tindakan Anda : Tanyakan pada dokter strategi pemberian makan alternatif.

2. Yang terjadi : bayi Anda menghentakkan kepala ke depan dan belakang
Artinya : getaran ringan, suatu refleks yang dipicu rasa senang
Tindakan Anda : konsultasikan pada dokter anak untuk meyakinkan penyebab kejadian.

3. Yang terjadi: anak Anda berkedut beberapa kali saat tertidur
Artinya : gangguan tidur ringan disebut myoklonus, biasanya hilang saat anak berusia 3 tahun.
Tindakan Anda: bangunkan anak dengan halus agar kedutan berhenti. Informasikan pada dokter anak untuk meyakinkan penyebabnya.

4. Yang terjadi : anak Anda marah dan menahan napasnya. Warna kulit dapat berubah membiru, pucat hingga tubuhnya kaku, namun kemudian baik-baik saja setelah satu menit.
Artinya : reaksi tubuh berhenti bernapas akibat marah, takut atau merasa sakit. Serangan seperti ini terjadi saat bayi dan biasanya berhenti saat anak berusia 5 tahun.
Tindakan Anda: segera cari bantuan medis jika anak Anda membiru tanpa diketahui penyebabnya. Serangan ini biasanya tidak berbahaya, namun tetap kabari dokter Anda.

5. Yang terjadi : bayi atau anak Anda mengalami demam, lalu kedutan, mengentak dan tubuhnya kaku.
Artinya : kejang demam. 3-5 persen balita mengalaminya.
Tindakan Anda : setelah kejang, beri obat penurun panas dan hubungi dokter Anda segera.

6. Yang terjadi : anak Anda tiba-tiba tidak sadarkan diri, mungkin ditambah dengan gerakan tak terkontrol pada mata, wajah dan tubuh. Setelah itu ia merasa mengantuk atau lemah.
Artinya : kejang epilepsi, yang mungkin terjadi pada 1 persen anak-anak (risiko ini lebih tinggi pada anak dengan masalah pertumbuhan)
Tindakan Anda: jangan menahan tubuhnya ataupun menaruh apapun di mulutnya. Segera hubungi dokter dan usahakan Anda menghitung durasi kejang tersebut.  (Fina Khairaty/Foto:dok.Feminagroup)

Baca juga: Kejang Demam, Bisakah Dicegah?

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia