Kenali 3 Level Kebohongan Si Kecil dan Cara Menghadapinya



 

Anak-anak mulai tahu berbohong sejak usia balita. Hal itu wajar. Ada banyak hal yang membuat mereka berbohong, pertama, di usia yang masih muda, mereka belum mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Saat lebih besar, mereka berbohong karena berbagai alasan, misalnya saja untuk meminta perhatian Anda, tidak ingin membuat Anda cemas, ingin tampak lebih baik dan diterima orang lain, sampai untuk menutupi kesalahannya agar terhindar dari konsekuensi.
 

Matthew Rouse, Ph.D., psikolog klinis di Child Mind Institute, AS, mengatakan bahwa orang tua perlu melihat jenis kebohongan apa dan bagaimana keadaan yang melatarbelakangi kebohongan itu untuk menentukan sikap. “Tergantung pada fungsi kebohongan dan tingkat keparahan masalahnya,” ujarnya. Ia menambahkan, "Level yang berbeda berarti dampak yang berbeda."
 

Matthew menyampaikan tiga level kebohongan si kecil dan cara menghadapinya:
 

Kebohongan Level 1

Kebohongan di level ini adalah sesuatu yang bisa ditolerir seperti kebohongan untuk mencari perhatian Anda atau untuk meningkatkan harga dirinya. Ada kalanya si kecil mengatakan bahwa ia tidak bisa makan sendiri atau memasang balok sendiri hanya karena ingin memiliki lebih banyak waktu untuk menerima perhatian dari Anda. Ada juga kalanya si kecil sesumbar di hadapan orang lain bahwa ia selalu tidur sendiri setiap malam agar dihargai oleh orang lain sebagai anak yang pemberani dan mandiri
 

Matthew mengatakan bahwa jenis kebohongan tingkat rendah ini yang tidak benar-benar menyakiti siapa pun. Akan tetapi, tetap saja bukan perilaku yang baik. Daripada mengatakan “Kamu bohong. Mama tahu kamu tidak begitu!” dengan kasar, Matthew menyarankan untuk mengabaikan dan mengarahkannya pada fakta. Gunakan pendekatan lembut, bukan konsekuensi. Ajak ia mengobrol tentang kecemasannya dan cari solusi bersama.
 

Kebohongan Level 2

Kadang kala, anak-anak berbohong untuk menghindari melakukan sesuatu yang tidak mereka suka atau menutupi kesalahannya. Mereka mungkin saja membuat kebohongan bahwa kotak mainannya terjatuh dan berantakan untuk menghindar dari tugas merapikannya setelah bermain. Ia mungkin juga membuat kebohongan bahwa ada gelas yang terjatuh sendiri dari meja ketika ia tak sengaja menumpahkan susu.
 

Untuk kategori kebohongan ini, Matthew menyarankan orang tua untuk mengajukan pertanyaan lembut yang mengarahkan mereka pada sebuah pengakuan. Orang tua bisa melabeli kebohongan yang penuh dengan karangan itu sebagai dongeng. Anda bisa mengatakan dengan lembut, “Hmm, terdengar seperti dongeng, ya. Kira-kira mungkin tidak, ya, itu terjadi sungguhan? Atau, mungkin kamu bisa mencoba memberi tahu Mama apa yang sebenarnya terjadi.”
 

Kebohongan Level 3

Kebohongan ini tidak bisa ditolerir karena bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Misal, anak-anak menyembunyikan barang milik orang lain dan mengatakan bahwa ia tidak tahu. Atau ketika mereka membuat kebohongan bahwa mereka tidak mengambil makanan di kulkas padahal sudah jelas bahwa mereka lah pelakunya,
 

Untuk kebohongan ini, orang tua bisa memberikan konsekuensi. Akan tetapi, Matthew menegaskan agar konsekuensi tersebut harus relevan dengan kesalahan yang dilakukan si kecil sehingga memberikan kesempatan belajar, serta tidak berlebihan. Misal, ketika ia mengambil cokelat di kulkas dan memakannya tanpa mengaku, maka Anda bisa memberi konsekuensi dengan menghilangkan jatah camilan cokelat untuknya selama beberapa hari. Ketika ia membuat kebohongan yang merugikan orang lain seperti menyembunyikan barang, maka ia harus meminta maaf.

 

Baca juga:

Alasan Balita Berbohong

Lakukan Ini Jika Anak Berbohong

Alasan Anak Sering Berbohong

Penyebab Balita Berbohong

Ketika anak berbohong

 

LELA LATIFA

FOTO: FREEPIK

 

 

 

 

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Kenali 3 Level Kebohongan Si Kecil dan Cara Menghadapinya

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia