Observasi Autisme Sedini Mungkin

Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks pada anak, yang memengaruhi kemampuannya dalam hal perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.

Menurut dr. Attila Dewanti, Sp.A (K), konsultan neurologi anak dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, ciri-ciri autisme sudah dapat dilihat sejak usia bayi, misalnya, bila disuntik vaksinasi bayi tidak menangis, ketika diajak berinteraksi atau bercanda, bayi tidak tertawa.

“Tapi biasanya orang tua baru menyadari adanya ciri-ciri tersebut saat anak berusia 1,5 tahun,” kata dr. Attila.

Sampai saat ini, belum bisa dipastikan apa penyebabnya. Ada yang mengatakan faktor genetis, polusi lingkungan, keracunan logam berat, hingga alergi pada bahan makanan tertentu.

Belakangan, sebuah penelitian yang dilakukan Dr.Andrew Wakefield di Inggris mengatakan bahwa vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella) yang merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit campak, campak jerman dan penyakit gondong, juga terkait dengan timbulnya autisme pada anak.  Gelombang kebingungan pun muncul pada sebagian orang tua, benarkah hasil penelitian ini?

“Tidak benar jika MMR berkaitan dengan autisme. Ternyata, penelitian dr. Wakefield tidak sahih, karena jumlah sampel sangat kecil, hanya 12 anak. Jadi tidak mewakili populasi dunia. Tidak benar juga thimerosal (yang terdapat dalam vaksin) menyebabkan autisme,” papar dr. Attila.

Karena itu, dr. Attila tetap menyarankan pemberian vaksin MMR sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, yaitu pada usia 15 bulan dan diulang pada usia 6 tahun.

Jika Anda mencurigai anak mengalami autisme, sebaiknya segera membawanya ke klinik tumbuh kembang, untuk diobservasi  tingkah lakunya oleh dokter anak spesialisasi syaraf anak atau tumbuh kembang, bersama psikolog.

“Observasi yang dilakukan misalnya, apakah ada kontak mata anak terhadap lawan bicaranya? Adakah perilaku yang diulang-ulang? Seperti melakukan gerakan menge-lilingi meja terus-menerus? Dan, adakah gejala echolalia, yaitu bicara tidak jelas yang diulang-ulang? Setelah dilakukan observasi, baru ditentukan pemeriksaan lanjutan, yang berbeda untuk masing-masing anak,” kata dr. Attila.

Anak perlu terapi sedini mungkin untuk mendapat hasil maksimal. Makin dini diterapi, makin besar kemungkinan keberhasilan optimal. (Penulis: Gracia Danarti/foto: dok. Feminagroup)

Baca artikel penting tentang autisme lainnya, di sini!


 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia