Bila Anak Suka Memukul Tembok

Beberapa anak yang memukul dan membentur kepalanya ke tembok karena merasa frustrasi akibat tak mendapatkan apa yang diinginkannya, sementara beberapa anak justru melakukannya karena mendapat sensasi menyenangkan. Misalnya, reaksi orang tua yang terlihat kaget. Dan, kebiasaan ini sering dialami bayi dan batita.
 
Namun, ini tak berarti didiamkan saja, lho. Jika kepala terus dibenturkan ke tembok, bisa menyebabkan perdarahan di otak. Apa efeknya? Tergantung pada bagian yang terkena benturan. Secara garis besar, fungsi otak bisa menurun. Dan, pada kondisi tertentu (jika benturannya sangat keras) bisa menyebabkan kelumpuhan atau gangguan medis lain.
 
Meski tak boleh didiamkan, bukan berarti Anda melarangnya sambil menjerit, memarahi, atau menghukumnya. Ini adalah cara mendisiplinkan yang tidak efektif.

  • Pertama, karena anak belum paham apa efek perilakunya. Ia juga belum mampu sepenuhnya mengatur gerakannya.
  • Kedua, kemarahan dan hukuman Anda bisa menimbulkan trauma dan ini bisa berpengaruh negatif pada perkembangan emosionalnya.
  • Ketiga, ada cara lain, kok, untuk mengurangi perilakunya, tanpa marah dan menghukum.
  • Keempat, kadang jeritan kepanikan dan kemarahan Anda justru menarik anak. Ia pun mengulang perilakunya demi mendapatkan reaksi Anda. Akibatnya, Anda panik dan kesal dengan perilakunya.
Apa yang bisa dilakukan? Kurangi kemungkinan anak frustrasi lewat beberapa cara, seperti buatlah rutinitas harian yang relatif sama, sehingga anak merasa lebih nyaman. 
 
Selain itu, kurangi sensasi menyenangkan anak ketika memukul atau membenturkan kepalanya. Jika selama ini Anda terlihat kaget dan marah, bersikaplah lebih kalem. Pegang tangannya dengan tegas (namun lembut), dan alihkan pukulannya ke guling atau bantal.


Psikolog
Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si.
Psikolog anak dan keluarga, Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI – Depok &
Pachealth, Plaza Indonesia - Jakarta

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia