Bahaya HIV-AIDS Sejak Kehamilan

Sejak dilaporkan pertama kali pada 1987, jumlah kasus HIV/AIDS terus bertambah di Indonesia. Pada 2009, jumlah orang terinfeksi HIV/AIDS mencapai 298.000 orang, 25% di antaranya perempuan.

Peningkatan jumlah infeksi HIV/AIDS pada perempuan berdampak pada meningkatnya jumlah infeksi HIV/AIDS pada anak. Penyebab infeksi HIV pada 1970 orang perempuan adalah berasal dari pasangannya (Depkes, 2009). Terinfeksi dari suami ini biasanya karena suami pengguna narkoba dengan jarum suntik atau berganti-ganti pasangan.

Infeksi pada anak seringkali terjadi karena ketidaktahuan dan ketidaksadaran ibu akan infeksi HIV. Beberapa di antaranya terjadi karena penanganan yang dilakukan kurang tepat akibat terlambatnya informasi infeksi HIV. Dengan sedini mungkin mengetahui kondisi kesehatan ibu dengan atau tanpa HIV/AIDS, maka infeksi kepada anak dapat diminimalkan. Apa yang bisa kita lakukan?

- Menjalani kehidupan dengan menjauhkan diri dari risiko terinfeksi virus HIV/AIDS

- Jika sudah merasa ada risiko terinfeksi HIV/AIDS, secepatnya lakukan tes darah untuk memastikan.

- Melalui tes sedini mungkin, diharapkan dapat menghindarkan infeksi yang mungkin terjadi.

- Jika sudah terinfeksi saat hamil, lakukan pengobatan dan terapi untuk menghindari infeksi virus pada bayi. Saat persalinan, jika ibu rajin mengonsumsi obat ARV-Profilaksis (Antiretroviral untuk ibu hamil) saat hamil, persalinan dapat dilakukan secara normal, dengan harapan virus HIV/AIDS menurun dan kekebalan ibu meningkat.

Namun, jika konsumsi ARV-Profilaksis terlambat atau tidak rutin, maka sebaiknya persalinan dilakukan melalui operasi.

Konsultan: Husein Habsyi, SKM, MHComm.
Wakil Ketua Yayasan Pelita Ilmu
   

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia