Cerdas Finansial di Masa Krisis


 

Masa pandemi yang sudah kita jalani selama lebih dari 3 bulan ini memang tidak mudah. Banyak usaha terpaksa gulung tikar karena tidak ada pemasukan dan habisnya modal untuk kelanjutan usaha, atau pegawai ‘dirumahkan’ alias diberhentikan sejenak dan tidak bergaji. Dan yang masih punya gaji, meski dipotong, tetap harus bersyukur. Prita Ghozie – Financial Consultant, CEO dan CoFounder ZAP Finance, membagikan kiatnya agar penghasilan kita tetap cukup memenuhi kebutuhan hidup.
 
Dalam acara Ngobrol Bareng di Instagram Live @ayahbunda_ dan Prita Ghozie, banyak muncul pertanyaan seputar mengelola keuangan di masa krisis ini. Ingin berdonasi, ingin membeli barang baru, ingin berinvestasi, dan masih banyak keinginan lainnya dalam kondisi tak menentu ini.

“Dalam menghadapi masa krisis ini, pertama kita harus legowo – mau menerima kondisi ini, karena bukan hanya kita yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Yang kedua, kita harus mengatur ulang bujet rumah tangga. Ketiga, persiapkan cash atau dana tunai,” kata Prita.

Prita mengajak kita untuk cerdas menghadapi krisis agar tidak terpuruk. Berikut tanya jawab seputar keuangan yang penting kita tahu.
 
T: Kalau kita ingin berdonasi dalam kondisi seperti sekarang, bagaimana mengalokasikan dananya?
 
J: Banyak orang terdampak oleh pandemi ini. Banyak orang tidak dapat bekerja lagi, sehingga pemasukan nyaris tidak ada. Bagi yang masih punya penghasilan, memberi bantuan kepada sesama yang paling membutuhkan adalah kebutuhan batin yang sulit dihalangi. Mau berdonasi boleh saja. Lihat sekeliling kita, cari orang yang paling dekat. Kalau mau menolong, tolonglah orang yang dekat saja dulu, lalu lihat keuangan kita. Sesuaikan bujet kita untuk berdonasi.

T: Kalau kita mendapat THR, sebaiknya untuk apa?

J: Di masa sekarang ini kalau ada THR, itu barang mewah. Untuk apa THR itu? Kalau punya pinjaman, lunasi dulu, untuk antisipasi beberapa bulan ke depan bila tidak ada penghasilan.

T: Bagaimana kalau ada keluarga yang minta dana?

J: Kita memang tinggal di dalam sandwhich family. Cek lagi, keluarga minta dana untuk apa? Kalau untuk makan sehari-hari, tentu harus dibantu. Tetapi kalau untuk menopang gaya hidupnya, Anda harus bicara. Komunikasikan kondisi Anda saat ini, jujur apa adanya, jangan bohongi diri sendiri.
 
T: Kalau masih punya cicilan, apa yang harus dilakukan?

J: Kita punya pilihan, yaitu program relaksasi. Kita pilih program relaksasi KPR seperti apa? Apakah dengan memperpanjang durasi pembayarannya, atau mencicil dengan jumlah semampunya? Kalau dana darurat kurang, lebih baik relaksasi dengan cara mencicil semampunya. Kalau memperpanjang durasi, akan semakin lama. Sejalan bertambahnya usia, harusnya semakin sedikit cicilannya. Lebih baik kalau kita tidak punya utang lagi.

T: Usaha apa yang paling tepat di masa ini?

J: Memulai usaha di masa krisis, tidak bijak, karena rencana bisnis bisa berubah. Kalau mau usaha, lihat sekeliling kita. Apa yang sangat dibutuhkan orang? Misal, di bulan Ramadan dan Lebaran, orang sangat butuh makanan beku. Buat itu saja. Kalau tidak tahu cara memasarkannya, cari teman untuk membantu memasarkan. Dalam kondisi seperti sekarang, orang ingin saling menolong.
 
T: Dalam menghadapi krisis ini, apa yang membedakan kita dengan masyarakat negara lain? Apa yang bisa kita pelajari dari negara lain?

J: Kita bandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea, dan Cina. Mereka tidak suka memborong barang untuk stok di rumah. Kita jalankan saja budaya hidup sehat. Indonesia punya matahari yang bersinar sepanjang tahun. Kita manfaatkan itu.
Di masa ini jangan panik, jangan emosional. Bangkit, cari cara yang positif, atur keuangan, donasi sesuai kemampuan, dan bersyukur!

Baca juga:
7 Tip Keuangan Bebas Utang
Kebiasaan Belanja Ini Membuat Keuangan Keluarga Selalu Tekor
6 Cara Mengelola Keuangan Saat Pasangan Berhenti Bekerja
5 Prioritas Penting yang Harus Ada di Perencanaan Keuangan Papa
Peran Mama dalam Keuangan Keluarga
 

(IMMA RACHMANI)
FOTO: PIXABAY

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia