Kalimat Efektif Berkomunikasi dengan Anak (Part 1)



Kalimat-kalimat ini bisa menjadi pembuka untuk mengawali percakapan Anda dengan anak. Selain menciptakan relasi yang kuat antara orang tua dan anak, percakapan berkualitas melatih keterampilan komunikasi anak, serta membentuk perilaku masa depan mereka.

1. "Mama suka kamu."
Berbeda dari “Mama sayang kamu,” kalimat ini cenderung bermakna, “Mama suka kepribadian atau perilakumu.” Menurut Psikolog Anna Surti Ariani (Nina), kalimat ini akan lebih efektif bila lebih spesifik dan disesuaikan dengan konteks. Misal, “Mama suka, deh, kalau kamu membersihkan kamar tanpa disuruh.” Atau, “Mama suka karena kamu mau berbagi dengan adik.” Dengan merinci perilaku baik yang sudah anak lakukan, ia akan memahami perilaku yang disukai Mama, dan lebih mudah mengulangi perbuatan tersebut.

2. "Kamu cepat paham, ya."
Anak kecil luar biasa cepat mempelajari sesuatu. Yang Anda ucapkan saat mereka berusia dini akan memengaruhi cara belajar mereka di masa depan. “Kalimat ini lebih efektif daripada sekadar ‘kamu pintar’ karena lebih spesifik. Pintar terdiri atas beberapa aspek, antara lain cepat memahami sesuatu, punya daya ingat bagus dan mampu berkonsentrasi,” tutur Nina. Coba ucapkan setelah anak menguasai kemampuan baru. Misal, ucapkan saat Mama mengajari si bungsu cara menutup kotak makanan sendiri, lalu ia bisa melakukannya. Dengan begitu, anak memahami, yang dipuji adalah kecepatannya memproses informasi. Kelak, ia akan berusaha mereproduksi kemampuan itu agar bisa menunjukkan lagi kepada Mama.

3. "Terima kasih!"
Sopan santun sederhana adalah tanda respek. Hal ini akan mengasah kemampuan sosial dan emosional anak. Sekar Ayu, mama dari Hario (6), sudah melatih putranya berterima kasih, dengan mencontohkan. Sejak Hario kecil, Sekar selalu berterima kasih bila ia berbuat baik kepadanya, atau melakukan tugas sederhana. Ia juga memberi teladan dengan berterima kasih kepada orang lain yang membantu atau melayaninya. Hasilnya, saat ini Hario sudah pandai berterima kasih. Sekar teringat ketika mereka berkunjung ke kebun binatang di luar kota. Ia sebenarnya kurang menikmati karena kondisi kebun binatang itu kotor, becek, gelap, dan kurang pengawasan petugas. Sebaliknya, Hario senang dan merasa pengalaman itu seru sekali. Di akhir perjalanan, seluruh lelah Sekar terbayar ketika mendengar Hario berkata manis, “Ibu, terima kasih jalan-jalan hari ini, ya.”

4. "Bagaimana kalau kita sepakat untuk..."
Menyepakati perjanjian akan membantu Anda menghindari masalah-masalah yang biasa terjadi, dan mungkin muncul. Menurut Nina, melibatkan anak dalam menegakkan peraturan adalah tanda pola asuh autoritatif atau moderat. Ni Luh Ketut Ayu selalu membuat kesepakatan dengan kedua putrinya, Rassa (12) dan Gayatri (4). Ayu punya banyak sekali kesepakatan dengan mereka. Misalnya, untuk 30 menit bermain gadget, Rassa harus
berlatih soal-soal Ujian Nasional selama 30 menit, sedangkan Gayatri harus merapikan mainannya sendiri. Bila mereka melanggar, Ayu akan memperingatkan, dan sanksi terberat adalah menyita gadget – walau hal itu belum pernah terjadi. Bila Rassa ingin bermain gadget lebih lama, misalnya, mereka tinggal mengulang kesepakatan agar Rassa menambah waktu belajarnya.

5. "Ceritain, dong. Terus bagaimana?"
Selain menunjukkan bahwa Anda berminat dan perhatian kepada anak, kalimat ini akan memacu perkembangan kognitif anak, merangsang kecerdasan bahasa dan merangsangnya agar lebih mudah mengungkapkan ide. Anak sulung Lea Roosa yang bernama Miska (8) dulu cenderung tertutup dan jarang bercerita banyak kepada orang lain, termasuk kedua orang tuanya. Namun, Lea setiap hari sabar memancingnya dengan kalimat, “Bagaimana tadi di sekolah? Asyik, nggak? Tadi main sama anak kelas lain, nggak? Sama siapa saja? Terus?” Biasanya Lea juga melihat kondisi Miska. Bila Miska sedang lelah sehabis pulang sekolah dan ogah-ogahan menjawab, Lea tak meneruskan pertanyaannya. Namun bila Miska terlihat sudah segar, Lea kembali memancing dengan menceritakan pengalamannya sendiri sewaktu kecil. Kini Miska jauh lebih terbuka dan kerap bercerita panjang lebar kepada orang tuanya, juga kepada teman-temannya. Menurutnya, kemauan dan kemampuan anak bercerita sangat menyehatkan jiwa. Selain itu, ketika anak bercerita kepada orang lain, ia akan mendapatkan banyak masukan dan pendapat yang memperkaya wawasannya.

Klik di sini untuk kalimat-kalimat efektif lainnya.

Foto : Fotosearch

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia