Mengenal Child Grooming, Proses Pedofil Bekerja




Belakangan, sinetron Zahra yang tayang di Indosiar dikecam banyak pihak, lantaran dinilai menormalisasi pedofilia dari peran laki-laki berusia 39 tahun (Pak Tirta) terhadap perempuan yang baru berusia 15 tahun (Zahra). Pak Tirta diceritakan membantu keluarga Zahra untuk membayar biaya pengobatan bapaknya sehingga wibawanya terbangun. Hal ini membuat keluarganya merasa berutang budi.
 
Orang tua perlu tahu, bahwa modus awal predator seksual mengincar targetnya adalah dengan membangun hubungan yang membuat anak merasa nyaman, aman, dan diperhatikan dengan sering memberikan hadiah atau bantuan. Padahal, di situlah manipulasi untuk pelecehan seksual itu dipersiapkan.
 
Dari banyak kasus yang sudah terjadi, pelaku justru adalah orang di dekat anak sendiri. Sebagian memberikan perhatian istimewa dengan hadiah atau uang untuk membangun kepercayaan anak-anak sebelum melecehkannya.
 
Miris! Beberapa Kasus Kejahatan Seksual Pedofilia di Indonesia
Pelaku pedofilia bisa siapa saja, bahkan orang terdekat anak. Dari banyak kasus, mereka adalah keluarga (misal, paman, ayah tiri, sepupu), kerabat, teman keluarga, tetangga, guru (sekolah, les privat, tempat belajar/kursus, termasuk guru agama), pekerja di rumah dan sekolah, orang-orang asing yang mendekat anak-anak secara offline maupun online.
 
Beberapa kasus pedofilia cukup menggemparkan. Misalnya tahun 2010, kasus Baekuni alias Babe (Jakarta), mencabuli dan membunuh 14 anakdengan modus mengajak bermain ding-dong atau memberi makan. Tahun 2014 heboh kasus pelecehan seksual terhadap beberapa murid TK oleh guru dan petugas kebersihan di Jakarta Internasional School/JIS. Di tahun yang sama, Tjandra Adi Gunawan (Surabaya) menyebarkan 10 ribu foto anak di bawah umur, modusnya menyamar jadi dokter di FB yang membahas kesehatan reproduksi remaja. Masih di tahun yang sama, Andri Sobari alias Emon (Sukabumi) ditangkap karena mencabuli lebih dari seratus anak, modus mengiming-imingi uang 25-50 ribu rupiah.
 
Tahun lalu, kasus-kasus yang mencuat dilakukan guru. A, guru SD di Serang melakukan kejahatan seksual terhadap 5 muridnya. Sementara, FCR, seorang guru les musik di Sukabumi mencabuli 19 anak yang dijaring lewat FB.
 
Tahun ini pun kasusnya sudah banyak dan bikin miris. Ujang Beni Ambari, guru ngaji di Bekasi, mencabuli murid berusia 15 tahun. Korban diiming-imingi mukena dan uang 400 ribu rupiah, dijemput dan dibawa ke kamar marbot masjid. AT, anak seorang anggota DPRD Bekasi memerkosa anak usia 15 tahun dan diduga menjualnya ke laki-laki hidung belang. Saat artikel ini ditulis, tengah santer kasus di pelecehan seksual yang dilakukan seorang pendiri sekolah terhadap 15 muridnya di Batu, Malang.
 
Sangat menyedihkan! Dan, masih banyak kasus predator seksual lain, baik yang pelakunya WNI atau WNA di Indonesia!
 
Apa Itu Child Grooming
Sederhananya, child grooming adalah proses predator seksual untuk ‘mempersiapkan’ korbannya. Pelaku menggunakan power-nya (fisik, emosional, atau finansial) untuk membangun hubungan dan ikatan emosional dalam rangka memanipulasi, mengeksploitasi, bahkan melecehkan targetnya yang masih anak-anak.
 
Tahapan Si Predator Bekerja dalam Child Grooming

  • Accesing
Pelaku mencari akses untuk bisa dekat dengan anak. Misal dengan alasan menjaga anak saat orang tua sibuk, mengajak anak main, bekerja di rumah anak, menjadi guru/mentor, mengambil tugas mengantar-jemput anak, dan lain sebagainya.
 
  • Trust Building
Korban sedang ‘dipersiapkan’ (groomed) dengan membangun hubungan, kepercayaan, dan ikatan emosional sehingga mereka berpikir bahwa hubungan tersebut aman dan normal saja. Korban akhirnya merasa teperdaya dan tidak punya pilihan lain selain dilecehkan. Tak jarang, pelaku bahkan juga membangun kepercayaan orang tua korban agar kejahatannya tidak tercium.
 
  • Silenting
Pelaku meminta, memanipulasi, atau bahkan memaksa korban untuk merahasiakan perbuatan bejatnya.
 


Waspada! Ini Ciri-Ciri Perilaku Si Predator dalam Child Grooming
  • Sering memberi hadiah pada anak sehingga anak merasa diperhatikan atau diistimewakan.
  • Sering menunjukkan bantuan pada anak maupun orang tuanya sehingga mereka merasa berutang budi pada pelaku.
  • Sering mencari kesempatan untuk berduaan dengan anak, terutama dalam tempat yang sangat privat.
  • Melancarkan kontak fisik yang tidak pantas seperti memeluk, membelai, mengelus, atau menggelitik.
  • Memaparkan korban pada materi atau tindakan seksual.
 
Child Grooming juga Bisa Terjadi Secara Online.
Permainan maupun aplikasi pertemanan online memungkinkan para predator mengakses anak-anak secara langsung. Oleh karenanya, orang tua juga perlu mendampingi aktivitas online anak-anak.
 
Baca juga:
Lindungi Anak dari Incaran Pedofilia, Ini Caranya!
Menghindarkan Anak dari Kejahatan Pedofilia Online
Ini Karakter Predator Seksual Pemangsa Anak
 
 
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK
 
 
 
 
 



 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia