5 Jenis Cedera Saat Anak Olahraga


Jika anak gemar bermain sepak bola atau olahraga lainnya, jangan heran, ya, Ma, kalau ia ‘langganan’ memar dan lecet sepulang berlatih. Bagaimana jika terjadi cedera yang lebih serius ketimbang memar dan lecet? Menurut kidshealth.org., cedera pada anak usia 8 tahun atau kurang umumnya terjadi karena koordinasinya belum terlalu baik atau waktu reaktifnya yang lebih lambat. Tak usah khawatir dulu, Ma! Ini semata-mata karena mereka masih berkembang. Namun, perkembangan yang berbeda-beda bisa berujung pada tinggi dan berat badan yang beragam, meski berada di usia yang sama.

Akibatnya? Cedera bisa terjadi saat mereka berolahraga bersama. Meski demikian, anak umumnya mengalami cedera karena belum paham betul mengenai konsep cedera. Yang ada di benak hanyalah bermain sepuasnya. Orang tua dan pelatihlah yang wajib mengawasi saat mereka sedang asyik berolahraga. Sebelum Anda khawatir berlebihan, kenali jenis cedera beserta tindakan pencegahan dan cara mengatasinya. Lecet termasuk cedera ringan yang umum terjadi pada anak. Tapi, bukan tak mungkin anak mengalami kondisi lebih serius, seperti cedera tulang belakang. Berikut ini cedera yang umum terjadi.

1. Sprain dan Strain 
Dalam bahasa Indonesia, keduanya sering diterjemahkan sebagai keseleo dan/atau terkilir. Padahal, sebenarnya berbeda. Sprain adalah cedera pada ligament ( jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang). Sprain itu seperti ada rasa otot tertarik. Sprain pada pergelangan kaki adalah jenis cedera atletik yang paling umum. Sedangkan strain adalah cedera pada otot atau tendon (jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang). Menurut Bobby Ferdian, M.Pd, certified personal training yang memiliki gelar Master of Sport Education, cedera strain lebih parah daripada sprain. “Bisa jadi, tendonnya sobek. Mungkin ini terjadi karena hentakan atau ‘mengerem’ mendadak saat berolahraga. Pada anak yang sudah rutin berolahraga, biasanya cedera strain lebih minim. Namun, bila anak jarang berolahraga, lalu sekalinya bermain –misalnya sepak bola– dilakukan dengan penuh semangat tapi tanpa kontrol, kemungkinan strain lebih tinggi.”

2. Cedera Akut
Ini adalah jenis cedera yang muncul seketika dan umumnya berkaitan dengan trauma. Sprain dan strain sebenarnya termasuk dalam jenis cedera akut, demikian juga dengan memar ringan. Bentuk cedera akut yang lebih parah bisa mencakup cedera pada mata, patah tulang, hingga cedera tulang belakang atau gegar otak. Tidak menggunakan peralatan yang tepat atau tidak tepat menggunakannya merupakan salah satu penyebabnya.

3. Cedera Growth Plate
Growth plate adalah area yang terdiri dari jaringan yang masih berkembang yang berada di ujung tulang panjang, seperti tangan atau kaki. Saat pertumbuhannya sudah komplet, growth plate akan digantikan dengan tulang permanen. “Dari semua area tersebut, yang paling dominan dan bisa memengaruhi perkembangan tubuhnya adalah yang di lutut,” jelas Bobby. Ia memberi ilustrasi para atlet senam anak-anak di masa lampau yang pertumbuhan tubuhnya tidak terlalu tinggi karena growth plate lututnya sudah ‘habis’ akibat ‘digempur’ latihan yang keras. Untunglah, pola latihan kemudian berubah. Kini, orientasi prestasi tidak setinggi dulu, sehingga atlet anak-anak bisa berkembang normal. “Karena itu, bila untuk atlet anak-anak yang latihannya lebih keras saja kita tidak perlu khawatir, apalagi untuk anak-anak kebanyakan.”

4. Cedera karena aktivitas yang berulang
Cedera ini muncul karena aktivitas berulang yang menyebabkan tekanan (stress) berlebih pada tulang dan otot. Semakin lama waktu yang dihabiskan anak dalam berolahraga, semakin besar pula kemungkinan cedera. Biasanya, atlet yang berpotensi mengalaminya. “Bila anak berolahraga dalam batas sewajarnya, Anda tak perlu khawatir,” jelas Bobby. Namun, bila ia tergabung dalam tim olahraga di sekolah, tak ada salahnya Mama memberi perhatian ekstra. Misalnya, menjelang lomba, di mana biasanya frekuensi dan durasi latihan akan diperbanyak. Selain itu, melakukan jenis olahraga yang sama terus-menerus berarti anak menggunakan otot yang sama dengan cara yang sama berulang kali. Agar tidak overuse, variasikan olahraganya. Misalnya, selingi latihan basketnya dengan berenang.

5. Cedera karena kepanasan
Skalanya mulai dari dehidrasi, heat exhaustion, hingga heat stroke. Gejala heat exhaustion antara lain pusing, sakit kepala, kulit menjadi pucat, sulit bernapas, dan detak jantung melemah. Sedangkan gejala heat stroke bisa sama seperti heat exhaustion, namun dalam taraf yang lebih parah, bahkan bisa berujung pada pingsan atau kematian. Menurut Bobby, ini perlu diwaspadai karena anak-anak suka lupa minum saat keasyikan berolahraga. Jadi, sangat penting mengingatkannya untuk mengambil rehat dan minum, baik saat olaraga di dalam ruangan, namun terutama saat di luar ruangan. (foto: 123rf)

Baca juga :
4 Cara Ini Cegah Anak Cedera Olahraga
Bila Anak Tak Suka Olahraga Permainan



 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia