Cara Ini Bisa Bantu Anak Atasi Bullying


Apa saja nilai-nilai yang orang tua ajarkan agar anak tumbuh dengan karakter baik? Menjadi anak penyayang teman-temannya dan hormat kepada orang tua? Anak harus juara di kelasnya? Anna Surti Ariani, S.Psi., M.si, Psikolog (Nina), dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mengungkap, pada dasarnya, semua nilai dan karakter baik yang ditumbuhkan dalam diri anak bertujuan positif dan penting. Mana yang terpenting, sebenarnya tergantung kepada nilai-nilai yang paling dianut keluarga. Tetapi, dasar dari semua itu, untuk memiliki mental merdeka dari bullying, nilai dan karakter yang perlu dikembangkan dalam diri anak adalah rasa percaya diri. “Karena rasa percaya diri ibarat dasar semuanya. Kalau tidak percaya diri, anak bisa mempunyai banyak masalah di kemudian hari. Percaya diri itu menyangkut banyak hal, dari keberanian hingga prestasi,” kata Nina.

Dari polling yang dilakukan Parenting Indonesia, terungkap bahwa orang tua masa kini pun menyadari bahwa memiliki rasa percaya diri adalah paling penting (77%) ditumbuhkan sejak dini. Anak yang percaya diri itu seperti apa, sih? Ia adalah anak yang yakin kemampuan-kemampuan dirinya. Anak juga tahu bahwa dirinya bukan hanya bisa, tetapi tahu apa yang ia mau. Percaya diri bukan semata terkait dengan keberaniannya tampil di depan (menghadapi) orang lain. Tetapi termasuk tahu bahwa dia benar dan bisa mempertahankan hal yang benar.

“Anak percaya diri akan berpikir: Saya baik, kamu juga baik. Bukan yang berlebihan: saya bagus, orang lain jelek. Ketika anak memiliki rasa percaya diri, yakin kepada diri sendiri, maka ia tidak merasa kurang dibandingkan orang lain. Ia akan lebih tangguh. Kalau sampai mengalami bullying, ia bisa dengan cepat memperbaiki diri, melakukan hal-hal lebih baik. Ia juga tidak merasa orang lain lebih rendah daripada dirinya, atau merasa perlu merendahkan orang lain melalui perilaku bullying,” papar Nina.

Anak-anak yang percaya diri bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terlihat ragu. Misal, saat makan, ia bisa melakukan sendiri dengan nyaman tanpa ketakutan. Mau berantakan atau rapi, ia tahu bahwa ia bisa makan sendiri. Dan, tahukah Anda, menurut Nina, salah satu ciri anak yang percaya diri adalah berani membangkang! Misalnya, saat diajak mandi, ia tidak mau karena masih mau main dahulu. Artinya, ia tahu, ia maunya main, bukan mandi. Jadi, orang tua harus mampu bernegosiasi dan mengakomodir penolakannya, sehingga anak tetap pede, tetapi ikut aturan. Akan berbeda hasilnya, jika saat membangkang, ia malah dimarah-marahi. Karena, ia sudah percaya diri (tahu apa yang ia mau), tetapi kemudian ia dijatuhkan.

Untuk membangkitkan rasa percaya diri anak, saran Nina, Anda harus menjadi orang tua yang hangat dan sensitif. “Kehangatan membuat anak merasa diterima dan nyaman berada bersama orang tuanya. Ketika ia merasa bisa percaya kepada orang tuanya, maka ia bisa dengan cepat memunculkan rasa percaya kepada dirinya sendiri. Pada anak, rasa percaya diri memang akan muncul ketika ada rasa percaya terhadap lingkungannya. Jadi, anak sangat butuh orang tua yang hangat,” jelas Nina.

Sementara itu, anak pun membutuhkan orang tua yang sensitif, yang bisa cepat menangkap kebutuhannya. Misal, saat anak menangis, orang tua yang sensitif bisa segera tahu penyebabnya (lapar, haus, sakit, atau bosan), dan menangani dengan lebih tepat sesuai kebutuhan anak. Sehingga, anak pun belajar bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan orang tuanya saat membutuhkan sesuatu.

Orang tua perlu membuat lingkungan rumah aman untuk anak. Mulai dari hal-hal sederhana, misal menutup colokan listrik yang berada di jangkauan anak, ujung meja tak tajam, lantai tak licin, orang yang menjaga pun bisa dipercaya, hingga tetangga sekitar yang saling menjaga. “Untuk bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak diperlukan lingkungan yang aman, dan orang tua jadi tak banyak melarang. Larangan dan hambatan menimbulkan kecemasan di dirinya. Ketika merasa aman dan nyaman, anak akan makin nyaman dengan dirinya sendiri. Ia merasa bisa percaya kepada lingkungannya, sehingga ia yakin bahwa ia mampu di lingkungan ini,” kata Nina.

Bentuk-bentuk rasa percaya diri di awal kehidupan anak, salah satu contohnya adalah saat anak baru belajar jalan, ia tahu bahwa ia tidak akan tersandung atau terpeleset, dan akan ada orang-orang yang menjaganya, sehingga ia bisa belajar berjalan dengan baik, mengambil jus di atas meja tanpa takut terkendala apa pun, bisa meminta tolong mama saat ia perlu kapan saja, dll.

Tip: Laporkan tindak kekerasan terhadap anak di sekolah ke sekolahaman.kemdikbud.go.id. Jangan takut melapor, Ma, karena kerahasiaan pelapor dijamin, kok!

Baca Juga: Membangun Rasa Percaya Diri Anak


Anak Bisa Jadi Korban Bully di Rumah
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia