Dampak Kebiasaan Gemeretuk Gigi

Anak punya kebiasaan gemeretuk gigi saat tidur? Berbahayakah? 


Umumnya, kebiasaan gigi gemeretuk (bruxism) terjadi saat tidur, khususnya di awal anak baru tertidur. Termasuk kondisi ringan yang tidak memerlukan terapi apapun. 


Sampai saat ini, tidak diketahui persis penyebabnya. Cuma saja, menggertakkan gigi terkait dengan proses tumbuh kembang anak. Beberapa ahli menyatakan, kondisi tersebut akibat posisi gigi atas dan gigi bawah yang tidak beradu dengan baik. Dialami oleh 30% anak dan biasanya sih di usia lima sampai enam tahun. Akan hilang sendiri sebelum tumbuhnya gigi dewasa. Paling lambat pada usia sepuluh tahun. 


Jadi, Anda tak perlu cemas dan buru-buru ke dokter, kecuali bruxism-nya berat sehingga gigi rusak atau anak mengeluh nyeri di rahang, telinga, atau wajah. Saat kontrol ke dokter gigi, jangan lupa kemukakan masalah ini agar diperiksa adakah kelainan letak gigi atau lainnya. Dan, bisa ditentukan apakah cukup diobservasi saja atau harus dilakukan sesuatu. Pada anak besar (remaja), dianjurkan untuk berlatih menutup bibir dengan gigi yang tidak merapat dan lidah diletakkan di langit-langit. Latihan ini membantu mencegah bertemunya barisan gigi atas dengan gigi bawah.  


Jika anak Anda di usia sekolah dasar, ngobrollah untuk mencari tahu apakah ada yang mengganggu ketenangan batinnya. Misalnya, ia stres di sekolah. Bila tidak, tunggu saja. Toh, kebiasaan ini akan hilang pada saatnya nanti.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia