Iri Hati jadi Penyebab Anak Melakukan Bullying




Anak-anak yang memiliki perasaan iri, umumnya merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya atau. Ia melihat bahwa orang lain bisa memiliki sesuatu yang ia tak bisa. Bila anak Anda menunjukkan tanda bahwa ia memiliki perasaan iri pada teman, penting untuk Anda membantunya segera mengatasi perempuan itu.
 
Sebab, menurut Sherri Mabry Gordon, advokat dan konselor bullying serta penulis buku Weaponized Social Media, perasaan iri atau kecemburuan rentan berubah menjadi perilaku bully. Anak-anak menggunakan intimidasi untuk mengancam seseorang yang memiliki sesuatu ‘lebih’ darinya.
 
Sherri menjelaskan ada tiga alasan mengapa perasaan iri dapat mengarah menjadi perilaku bully, yakni :
 

1. Ingin Menghilangkan
Perasaan iri muncul ketika seseorang menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. Misalnya saja, anak-anak iri karena ada orang lain yang lebih pintar, dianggap lebih populer atau disukai di sekolah, dianggap lebih cantik, punya baju-baju yang lebih bagus, maupun lebih disukai guru di sekolah.
 
Hal ini bertambah parah di zaman di mana media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sherri mengatakan bahwa sebagian besar anak berjuang dengan perbandingan saat menggunakan media sosial. Perasaan iri dapat meningkat ketika melihat kehidupan orang lain terlihat sangat baik, hebat, atau menyenangkan di media sosial.
Baca juga: Anak Punya Media Sosial, Ajarkan 6 Hal Ini
 
Ini membuat anak yang melihat unggahan tersebut membandingkan dengan kehidupan mereka yang menurut mereka tidak menarik. Hal ini bisa mengarah pada tindakan bully lantaran mereka ingin mengambil atau menghilangkan ‘apa yang dimiliki’ orang yang mereka cemburui. Mereka menggunakan intimasi meliputi menyebarkan gosip, komentar bernada negatif di internet dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membuat mereka merasa kuat.
 

2. Meningkatkan Harga Diri dengan Cara yang Salah
Anak-anak yang memiliki perasaan iri merasa ada yang tidak cukup pada dirinya, tidak layak, maupun tidak mampu. Perasaan iri berubah menjadi bully untuk menutupi kesenjangan antara apa yang dimiliki orang lain dengan apa yang mereka inginkan. Sherri menuturkan, “Jadi tujuan di balik intimidasi mereka adalah untuk meningkatkan perasaan harga diri mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain.” 
 
Sayangnya, sekalipun sudah melakukan intimidasi, Sherri mengatakan bahwa anak yang iri tidak akan pernah bisa mengembangkan harga dirinya. Ia tetap tidak merubah apapun dari dirinya sendiri. Penderitaan orang yang dicemburui mungkin tampak seperti apa yang mereka inginkan. Namun, hal itu tidak sedikit pun membuat mereka merasa lebih baik tentang siapa mereka. Dan pada akhirnya, mereka masih memiliki masalah harga diri yang sama yang perlu ditangani.
 

3. Kompetisi dan PerfeksionismeIri hati disebabkan oleh persaingan atau kompetisi. Anak-anak bersaing dalam banyak hal, baik itu kehidupan akademik, non akademik, atau kehidupan sosial. Menurut Sherri, anak-anak yang kompetitif dan perfeksionis iri pada orang lain yang nampak memiliki kelebihan. Hal itu membuat mereka merasa kurang sempurna. Akhirnya mereka melakukan intimadasi.
 
Tujuannya menurut Sherri adalah untuk menghilangkan persaingan atau menemukan cara untuk memiliki posisi atau status yang dimiliki target mereka. “Mereka percaya bahwa dengan mengurangi kesuksesan orang lain, mereka pada gilirannya akan membuat diri mereka merasa lebih baik,” ujarnya.
 
Ketika si kecil menunjukkan rasa iri dan kebenciannya pada orang lain, alihkan ia agar tidak fokus pada apa yang tidak ia miliki. Ajarkan ia baaimana mencapai apa yang ia inginkan dengan cara yang sehat. Beri tahukan padanya bahwa  keberhasilan orang lain tidak mengurangi siapa dia.
 
Baca juga:
7 Langkah Lindungi Anak dari Bullying
4 Pelajaran Bergaul agar Anak Terhindar dari Perundungan (Bullying)
Mengapa Anak Tega Melakukan Bullying?
Beda Bullying pada Anak Laki-laki dan Perempuan
 
 
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK
 

 


Topic

#usiasekolah

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia