Temanku idolaku

Memasuki usianya delapan ke atas, hubungan pertemanan merupakan hal yang sangat dominan sejalan dengan kebutuhan sosialisasi yang meningkat dan lingkup pergaulan anak yang semakin luas. Anak mulai berkelompok dengan teman dan sudah bisa memilih mana teman yang ia sukai atau ia hindari. Biasanya teman yang dijadikan idola adalah anak-anak yang memiliki keunggulan seperti pintar, sering juara, suka menolong, mengayomi, suka memberi, lucu, atau bisa memimpin. Intinya, anak Anda merasa nyaman berteman dengannya. Sang idola juga tidak harus seorang selebritis. Yang penting ia punya keunggulan yang dikagumi anak Anda.

Selama sang idola membawa pengaruh positif pada anak, tentu saja tak masalah. Misalnya, anak menjadi terpacu untuk belajar hingga bisa berprestasi seperti idolanya. Namun, ada juga akibat negatif yang mungkin perlu diwaspadai:

Anak meniru perilaku negatif sang idola. Contoh, anak bersikap ‘bossy’ seperti sikap idolanya pada anak-anak lain.

Pergaulan anak jadi terbatas karena selalu ‘mengekor’ ke mana pun sang idola pergi. Kesehariannya di sekolah dihabiskan bersama sang idola. Jika sang idola tidak masuk, ia kurang merasa nyaman dan canggung bergabung dengan teman lainnya.

Anak mudah dipengaruhi untuk memenuhi keinginan sang idola. Contoh, sering diminta menraktir, disuruh ini-itu, diajak memusuhi teman yang lain, dihasut untuk bolos sekolah. Sang idola biasanya mengancam akan menjauh jika tidak dituruti kemauannya.

Anak menjadi plagiator. Dalam rangka ingin menyamai sang idola, anak meniru semua yang ada pada diri idolanya, mulai dari gaya bicara sampai barang-barang milik sang idola. Akibatnya, anak jadi tak punya jati diri sendiri.


Nah, kalau begitu apa yang bisa Anda lakukan agar hal-hal di atas tidak terjadi?

Tingkatkan rasa percaya diri anak dengan menunjukkan kelebihan yang dia miliki. Dengarkan ceritanya tentang temannya, dan katakan bahwa dia juga istimewa.

Bangkitkan keyakinannya bahwa dia juga bisa jadi idola. “Kalau orang lain bisa, mengapa kamu tidak?” begitu kata-kata yang diucapkan Dwi Wahyuningsih  dari Taman Rasuna, Jakarta, pada anaknya, Rifda.

Beri contoh dan penjelasan tentang perilaku yang baik, sehingga anak punya patokan dan tidak mudah terpengaruh oleh perilaku negatif sang idola.

Batasi. Jika setiap hari tema cerita anak selalu tentang idolanya, Anda bisa mengalihkan dengan menanyakan teman yang lain atau tentang pelajaran. Berikan pula pengertian, boleh saja mengidolakan seseorang asalkan tidak berlebihan.

Kenalilah idola anak. Cari tahu kenapa anak Anda suka padanya dan seperti apa sang idola ini secara keseluruhan. Dengan mengenali sisi positif maupun negatif sang idola, Anda bisa menjadi penetral ketika anak terlalu ‘fanatik’ terhadap idolanya. Anda bisa menunjukkan bahwa sang idola tidak selalu positif dan juga punya kekurangan. “Temanmu itu baik tapi kok suka main perintah gitu ya...Itu kan tidak baik.”

Doronglah anak untuk selalu memperluas pergaulan, tidak hanya di sekolah tapi juga di tempat les atau di lingkungan rumah. Dengan demikian dia tak akan terpaku pada sang idola saja.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia