Agar Anak Suka Belajar Sains

bagaimana agar anak menyukai pelajaran sains


Anak tidak suka belajar sains? Jangan dimarahi dulu, ya, Ma dan Pa…. Tidak semua anak menyukai sains, dan itu hal biasa, karena tiap anak punya minat masing-masing. Tetapi, bukan berarti dia tidak perlu belajar sains sama sekali atau menjauhi sains. Karena hidup kita sebenarnya dikelilingi oleh sains.
 
Selama ini mungkin sains identik dengan mata pelajaran IPA, dengan hafalan yang rumit. Padahal tidak demikian. Anak perlu belajar sains untuk memahami kehidupan. Pada dasarnya, anak-anak memiliki keingintahuan yang cukup besar pada banyak hal, termasuk sains. Ingat saja, si kecil mungkin pernah bertanya kepada Anda mengapa gula yang dituang ke dalam air teh menjadi hilang, kenapa balonnya mengempis, dari mana asal hujan, dan sebagainya.
 
Jika kemudian saat memasuki usia sekolah ia tampak menjauhi sains, penyebabnya bukan karena dia bodoh. Bisa jadi karena ia jadi malas mengulik karena tidak mendapat respons atau jawaban-jawaban yang dia perlukan, dan yang dia dapat hanya teori serta hafalan. Di sekolah pun dia hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru dan semua berdasarkan buku. Sains tidak lagi menarik untuknya. Akan beda hasilnya, jika saat belajar sains anak diajak bereksperimen, merasakan, dan menemukan sendiri jawaban-jawabannya. Bahkan, anak bisa menemukan sains itu cool banget, lewat 7 Superhero Inspirasi Anak Belajar Sains.
 
Baca juga: Manfaat Anak Belajar Sains
 
Lalu, bagaimana jika anak telanjur sebal dengan pelajaran sains? Berikut ini beberapa tip agar anak bisa menyukai pelajaran sains:

1. Hilangkan ketakutan anak terhadap sains.
Sebelum berhubungan dengan sains, ada satu hal yang perlu terlebih dahulu dipastikan, tak ada rasa takut terhadap sains. Anak-anak (dan Anda) harus paham bahwa sains itu menarik. Bermain dengan aneka pewarna, magnet, mainan yang bisa terbang dan bisa bergerak, itu juga sains.  

2. Jangan hentikan rasa ingin tahu anak.
Tahu, kan, bagaimana anak 3 tahun tak henti-hentinya bertanya? Setiap jawaban yang Anda berikan justru mengundang pertanyaan lanjutan. Sebaiknya, jangan hentikan rasa ingin tahunya, jawablah terus meski capek meladeni pertanyaan-pertanyaan anak. Kalau Anda tak tahu jawabannya, akui saja dan lanjutkan dengan mencari tahu jawaban itu bersama-sama si kecil.
 
Baca juga: Menjawab Rasa Ingin Tahu Anak

3. Ajukan pertanyaan kepada anak untuk menstimulasi rasa ingin tahunya.
Misalnya dari kejadian di kehidupan sehari-hari. Saat hujan, tanyakan kepadanya kenapa air bisa turun dari langit. Saat makan buah-buahan, tanyakan bagaimana pohon bisa menghasilkan buah. Atau saat main sepeda, tanyakan bagaimana roda sepeda bisa berputar.

4. Jadikan belajar sebagai hal yang ingin mereka lakukan.
Cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar adalah lewat pengalaman langsung, ketika mereka melihat secara nyata bagaimana sesuatu bekerja. Biarkan mereka memilih aktivitas yang menjadi minatnya dan selipkan sains di situ.
 
Baca juga: Belajar Sains dari Rumah, Selamatkan Masa Depan Anak Indonesia

5. Buatlah science time.
Sediakan waktu setengah jam beberapa kali seminggu untuk melakukan eksperimen-eksperimen menyenangkan bersama anak. Tidak perlu yang susah-susah, kok. Anda dapat menggunakan benda-benda yang memang ada di rumah, seperti gelas plastik, pewarna makanan, air, sayur, buah, apa saja yang bisa Anda temukan sehari-hari.

6. Biarkan anak membuat kesalahan.
Kita sebagai orang tua harus tahu apakah anak membahayakan dirinya atau hanya melakukan sebuah eksperimen. Kalau apa yang dilakukannya tidak berbahaya, sebaiknya orang tua membiarkan saja, bahkan meski anak berisiko merusak atau memecahkan suatu barang. Jika ia melakukan hal itu, jangan dimarahi atau diomeli, karena itu akan membuat hatinya ciut dan tidak mau lagi mencoba.
 
Baca juga:
Tingkatkan Imajinasi Anak Lewat Kursus Sains
Cara Seru Anak Belajar Sains
Gaya Belajar Anak
 
Updated: Januari 2022
Foto: Freepik


Topic

#usiasekolah #parenting #pendidikan #sekolah #sekolahtatapmuka #sains

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia