Anak Pacaran, Kapan Perlu Cemas?

Saat memasuki masa praremaja, anak-anak biasanya mulai menyukai lawan jenisnya.

Pergaulan anak-anak di usia praremaja mulai diwarnai dengan rasa suka dengan lawan jenis. Setiap praremaja memiliki waktu yang berbeda-beda untuk mulai tertarik dengan temannya Ada yang cepat mengalami ketertarikan dengan lawan jenis, ada juga yang lambat. Jika anak Mama adalah salah satu anak yang termasuk cepat mengalami ‘cinta monyet’, sebenarnya itu normal. Namun, Mama tetap harus bijak menyikapinya, karena bagaimanapun, anak-anak lebih baik berteman biasa saja dulu saat masih duduk di bangku SD dan SMP.

Jika anak bertanya apakah ia boleh berpacaran, Mama bisa mencoba memancing anak dengan pertanyaan, “Boleh saja. Tapi, kalau pacaran, kamu mau apa dan tujuannya apa? Kalau dia pegang tangan kamu, gimana? Dia boleh cium kamu nggak?”.

Mama perlu memancing agar anak menjawab jujur. Jika ada perilaku yang membuat Mama khawatir, Mama bisa melontarkan pertanyaan seperti, “Kalau kamu nonton berduaan saja, kok Mama ngeri, ya?”. Tapi, jangan melarang dengan keras, apalagi disertai amarah ya, Ma, karena itu justru akan membuat anak merasa dikekang dan cenderung mencoba berbohong.

Mama juga bisa menyampaikan harapan Mama jika memang Mama sebenarnya belum mengizinkan anak pacaran. Mama bisa mengatakan pada anak, “Kalau Mama sih pengennya kamu pacaran kalau sudah SMA saja, nak. Masa SD dan SMP akan lebih menyenangkan jika kamu gunakan untuk mencari banyak teman. Kalau kamu sekarang sudah berpacaran, nanti kamu berdua terus sama pacar kamu. Lupa deh sama teman-teman. Jangan-jangan nanti kamu lupa kerjain PR juga, nak.”,

Intinya, apapun prinsip yang Mama dan Papa pegang untuk anak-anak, cara penyampaiannya tidak boleh keras dan mendikte ya, Ma. Di usianya yang sedang mencari jati diri, orang tua perlu lebih sabar untuk menjelaskan berbagai macam hal yang mulai membuat anak tertarik, dan salah satunya adalah berpacaran.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia