Apa Itu Anemia Defisiensi Besi pada Anak?



Anemia defisiensi besi (ADB) pada anak adalah sebuah kondisi kekurangan jumlah sel darah merah akibat kurangnya asupan zat besi. Akibatnya, perkembangan kognitif atau kecerdasan anak terganggu, mengalami perlambatan pertumbuhan dan perkembangan, serta daya tahan tubuhnya bermasalah.

Masalah nutrisi ini sering tidak diketahui oleh orang tua sebelum benar-benar terjadi. Untuk mengetahuinya pun, dokter tidak bisa langsung menjatuhkan diagnosis sebelum melakukan tes darah untuk mendeteksi jumlah sel darah merah.


Sebenarnya apa saja yang menyebabkan seorang anak bisa mengalami anemia defisiensi besi?

  • Ibu kekurangan zat besi pada saat hamil sehingga bayi kekurangan cadangan zat besi saat lahir.

  • Tidak mendapatkan cukup asupan zat besi yang banyak ditemukan pada makanan sumber protein hewani berdaging merah atau sayur berdaun hijau seperti bayam.

  • Mengalami alergi susu sapi sehingga asupan zat besi yang masuk ke tubuh lebih sedikit.

  • Terlalu banyak minum susu (lebih dari 710 ml per hari). Sebab, ada pendapat yang menyatakan bahwa kandungan kalsium dan kasein dalam susu sapi dapat menghambat proses penyerapan zat besi di dalam tubuh. Akan tetapi, ada yang menyebutkan bahwa hal ini tidak akan terjadi bila susu difortifikasi dengan zat besi. Hanya saja, walaupun demikian, terlalu banyak minum susu adalah salah satu ciri diet yang buruk. Karena, anak-anak hanya akan “kenyang susu” sehingga mengurangi perasaan lapar mereka pada makanan yang tinggi zat besi.

  • Anak picky eater atau suka pilih-pilih makanan sehingga memperkecil potensi masuknya zat besi.

  • Pola makan vegetarian. Anak-anak memang bisa mengonsumsi sayur yang mengandung zat besi. Hanya saja, kandungan zat besi di dalam sayur tidak lebih besar daripada yang terkandung di dalam daging merah. Sehingga, dibutuhkan jumlah sayur yang lebih banyak untuk menyamai kandungan zat besinya. Di samping itu, kandungan zat besi pada daging merah lebih mudah diserap tubuh dibandingkan dengan kandungan zat besi dari sayur.

  • Mengalami masalah penyerapan nutrisi atau malabsorbsi sehingga zat besi juga tidak terserap baik.

  • Anak-anak praremaja yang sudah mengalami menstruasi juga berisiko mengalami anemia defisiensi besi lantaran tubuh mereka tidak dapat menyimpan lebih banyak zat besi dan kehilangan darah selama menstruasi.
     

Cara Menangani

1. Memberikan Suplementasi Zat Besi

Selain menganjurkan makanan yang tinggi zat besi, dokter umumnya akan meresepkan zat besi tambahan untuk mengatasi anemia defisiensi pada anak Anda. Melansir dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), zat besi tambahan dapat diberikan secara oral dengan dosis 3 mg/kg berat badan anak sebelum makan atau 5 mg/kg berat badan setelah makan yang dibagi dalam dua dosis. Zat besi tambahan ini umumnya harus dikonsumsi hingga 2 – 3 bulan sampai kadar hemoglobin anak kembali normal.

2. Pemberian Vitamin

Masih dari IDAI, vitamin C dengan dosis 2 x 50 mg/hari dibutuhkan untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Di samping itu, pemberian asam folat 2 x 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas eritropoiesis atau pembentukan sel darah merah.

3. Untuk ADB Kronis

Untuk masalah anemia defisiensi besi kronis, anak-anak butuh tindakan medis seperti transfusi sel darah merah dengan donor atau transplantasi sumsum tulang, tergantung pada penyebabnya.
Di samping upaya pengobatan tersebut, anak-anak juga harus menghindari makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti teh, susu murni, kuning telur, serat, atau obat seperti antasida dan kloramfenikol. Anak-anak juga harus banyak minum air mineral untuk mencegah terjadinya konstipasi sebagai efek samping pemberian suplementasi besi.
 

Baca juga:
HB Anak Rendah? Jangan Sepelekan, Itu Tanda Anemia
Beda dari Darah Rendah, Ini Cara Atasi Anemia
Kenali Gejala Anemia Anak
Penyebab Anak Anemia
 

(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia