Dampak Psikologis Kehamilan yang Tak Direncanakan



Kehamilan, bagi banyak orang adalah kabar yang sangat ditunggu-tunggu dan menggembirakan. Akan tetapi, tidak demikian bila kehamilan tersebut di luar rencana. Psikolog Anak & Keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si., mengatakan, “Kehamilan tidak direncanakan ini, kan, ada beberapa hal, ya, bisa jadi memang tidak diinginkan, belum direncanakan, atau kesundulan.”
 
Menurut psikolog yang kerap dipanggil Nina, kehamilan yang diluar dugaan berpotensi membuat seorang calon ibu dilanda perasaan bersalah. “Andai saja nggak hamil. Andai saja nggak melakukan itu. Andai saja nggak telat minum pil atau suntik,” ujarnya memberi contoh.
 
Nina sendiri mengatakan bahwa di masa pandemi, di mana ada anjuran untuk di rumah saja ini, ada wacana fenomena baby boom atau banyaknya kehamilan sebab pasangan berada di rumah terus. “Karena pandemi ini, kan, banyak yang pakai KB suntik jadi nggak bisa teratur jadwalnya. Persediaan pil KB juga beritanya sempat susah dicari,” tuturnya. Ini bisa menjadi salah satu penyebab kehamilan di luar perencanaan atau kesundulan.
 
Psikolog anak dan keluarga tersebut mengatakan bahwa kehamilan yang tidak direncanakan pasti memiliki dampak psikologis bagi calon ibu. “Wajar banget bahwa sesuatu yang mengagetkan itu menimbulkan kebingungan. Kebingungan menimbulkan sebuah tekanan. Tekanan itulah yang kita sebut dengan stres,” ujarnya. Apa saja yang dialami ibu dengan kehamilan yang tidak direncanakan?


1. Berkurangnya Minat Memelihara Kandungan

Sesuatu yang di luar rencana umumnya sulit untuk diterima. Ibu mungkin saja menolak kehadiran bayi dan melakukan hal-hal yang dapat merugikannya dengan bayinya. “Misal, tetap melakukan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, nggak mau minum folat, dan lain sebagainya,” ujar Nina. “Berkurangnya minat memelihara kandungan ini adalah salah satu dampak psikologis yang akan berakibat buruk pada kesehatan janin,” cetusnya.

2. Depresi di Masa Kehamilan

Ibu bisa jadi terus menyalahkan apa yang terjadi sehingga mengalami depresi di masa kehamilan. “Ini bisa punya efek ke perkembangan janin dan kesehatan mental anak yang dikandungnya.”

3. Mengalami Kesulitan Menjalani Peran sebagai Istri dan Ibu

Setelah melahirkan, depresi bisa tetap berlanjut. “Masih ada risiko postpartum depression atau depresi pascamelahirkan,” ujar Nina. Seorang ibu dengan depresi akan mengalami berbagai kesulitan dalam perannya baik sebagai seorang istri maupun ibu. “Sebagai istri, ada perasaan kesal, bersalah, yang mungkin menghalangi bersikap baik ke suami. Sebagai ibu, ada juga kesulitan untuk melakukan pengasuhan. Terutama bila kehadiran si anak dirasa bisa menghambat dirinya sendiri, seperti karier,” jelas Nina.

4. Masalah Kesehatan Mental

Bila semua hal ini tetap berlanjut, Nina mengatakan bahwa kepuasan ibu terhadap dirinya sendiri akan lebih rendah. “Karena berbagai macam penyesalan, kesejahteraan psikologisnya menurun. Merembet lagi, nih, masalahnya, yakni ke kesehatan mental si ibu,” tuturnya.
 
Nina mengatakan bahwa selama kehamilan ini tidak diterima sebagai anugerah, maka akan terus jadi musibah. Oleh karenanya perlu manajemen psikologi yang tepat agar ibu berdamai dengan hal-hal di luar rencana ini.
 
Menyelesaikan Kehamilan tak Berarti Masalah Selesai
Menyelesaikan kehamilan dengan cara aborsi misalnya, menurut Nina bukan berarti akan menyelesaikan masalah begitu saja. “Justru efek psikologis dari perasaan bersalahnya akan bertahan lebih lama,” tandasnya.
 
 
Baca juga:
Alasan Punya Anak Kedua
Agar Cepat Hamil Anak Kedua
Benarkah Hamil Anak Kedua Lebih Sulit?
4 Penyebab Hamil Lagi Meski Masih Menyusui
Hamil Lagi Setelah Baru Melahirkan
 
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: PIXABAY
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia